Samantha

Para perias baru saja keluar dari kamar yang telah mengurung Sam sejak semalam. Dan pikiran Sam mulai tak terkendali, karena satu jam lagi namanya akan berubah dari Samantha Finnegan menjadi Samantha Cortez. Dia tidak menginginkan itu, sedikit pun tidak menginginkannya. Bahkan tidak dalam mimpi terliarnya sekali pun.

"Tutup saja mulutmu, Jules! Itu tidak akan berhasil!" bentak Sam saat pintu kamarnya kembali terbuka.

Ia tidak ingin bersikap kasar pada kakaknya, tapi persetan dengan itu. Dia tidak ingin menderita selama sisa hidupnya.

"Ayah memintaku untuk bicara denganmu," ucap Jules. Dia melangkah masuk dan berdiri di balik punggung Sam, tangannya menyentuh bahu adiknya dan matanya menatap ke pantulan darinya dan adiknya yang ada di cermin.

"Meminta? Aku yakin itu lebih ke memerintah!" dengus Sam. Kakaknya hanya dapat mengangkat bahunya dengan sikap tak berdaya.

"Maafkan aku," ucap Jules dan dia berpaling dari pantulan tatapan adiknya.

Sam mendesah, dan mulai berpikir kalau dia akan meledak sekarang. "Jangan minta maaf, Jules! Itu bukan salahmu, dan aku tidak membutuhkannya."

Sam berdiri dan berbalik untuk menghadapi saudarinya. Jules wanita yang cantik dengan rambut coklat yang saat ini tersanggul dengan indah, tubuh tinggi dan seksi dan Sam harus mengakui perut Jules yang mulai membuncit karena kehamilannya telah memasuki bulan ke tujuh, membuat Jules terlihat dua kali lebih mempesona dengan cara yang Sam tidak mengerti.

"Aku harusnya bisa membujuk ayah," ucap Jules sedih.

"Tidak akan berhasil. Ayah ingin perusahaan kita memiliki kerja sama yang baik dengan CortTrans. Dan dia akan melakukan apapun untuk itu, termasuk menjualku. Itu bakan salahmu," ucap Sam getir. Dia sebenarnya ingin menyalahkan semua orang , tapi dia tahu itu tidak ada gunanya dan dia sudah menyusun rencana. Tapi itu akan gagal jika semua orang tidak mempercayai bahwa dirinya sudah menyerah.

"Itu tidak akan seburuk yang kau bayangkan," ucap Jules dan Sam tertawa.

"Siapa yang kau tipu Jules? Aku atau dirimu sendiri? Kita berdua tahu, kau tidak bahagia dengan pernikahanmu," ucapan Sam kali ini benar-benar membuat wajah Jules berubah menjadi merah padam. "Tapi sudahlah, tidak ada yang bisa aku lakukan untuk lolos kali ini. Aku akan menikah dengan pria Cortez ini dan kemudian aku akan berusaha untuk membuat hidupnya terasa seperti di neraka."

Jules meringis tapi kemudian dia mengangguk pada adiknya. "Aku akan mengatakan pada ayah kalau dia tidak perlu mengkhawatirkkan apapun sekarang."

Sam tersenyum dan berusaha menyembunyikan antusiasme pelarian dirinya. "Tentu saja, katakan padanya. Dan juga katakan padanya salam perpisahan dariku."

Jules mendesah masih merasa bersalah dan kemudian memeluk adiknya, tidak menyadari kalau itu akan menjadi pelukan terakhir mereka.

***

Sam berada di mobil menuju ke salah satu gereja yang akan menjadi tempat berlangsungnya pernikahannya sore itu. Dia sendirian di mobil itu bersama dengan supirnya. Ayahnya cukup yakin kalau dia tidak akan melakukan hal bodoh tapi itu jelas salah. Sam benar-benar tidak ingin menikah sore itu. Dan dia akan melakukan apapun untuk lolos.

Jadi ketika Sam pikir jarak antara mobilnya dan mobil-mobil rombongan para tamu undangan sudah cukup jauh ia mengeluarkan pisau buah yang tadi ia selipkan di bawah gaun pengantinnya dan tampa keraguan menekannya ke leher supirnya untuk mengancamnya. Tidak cukup keras hingga dapat benar-benar mengiris kulit itu tapi cukup meyakinkan kalau dia serius. "Belok kanan!" ucap Sam.

"Tapi Miss Finnegan, kita seharusnya belok kiri," ucap supir itu gugup.

Sam mendengus, dia tahu kalau mereka seharusnya mengambil tikungan sebelah kiri tapi itu hanya akan terjadi jika neraka membeku. "Lakukan atau aku akan benar-benar memutus urat nadimu, berengsek!"

"Tapi ...."

"Lakukan!" Sam menekan pisau itu makin keras. Dia berharap dia tidak perlu benar-benar menyakiti supir itu. Dia tidak menginginkan ada yang terluka dalam pelariannya ini.

Dan dia menghela napas lega saat mobilnya mengambil tikungan di sebelah kanan dan detik berikutnya dia tahu mobil yang lain akan segera menambah kecepatan untuk mengejarnya tapi itu juga sudah dia pikirkan. "Sekarang injak pedal gas!" bentak Sam, dia tidak bermaksud menekan pisaunya makin dalam tapi itu efektif untuk membuat supirnya tidak mempertanyakan perintahnya lagi. Dan seperti dugaannya mobil di belakangnya mulai mengejar. Yang terdepan adalah mobil milik ayahnya.

Yah, Sam ingin melemparkan kotoran ke ayahnya tapi dia belum benar-benar lolos sekarang. "Ada perempatan di depan dan aku mau kau berhenti!"

Supir itu mengangguk tidak membantahnya lagi dan saat mobilnya berhenti dia melompat keluar, tidak menengok ke belakang lagi saat ia berbaur dengan para pejalan kaki. Yang ia tahu kalau itu akan mustahil dengan gaun pengantin sialannya. Tapi itu adalah masalah yang perlu ia pikirkan untuk nanti karena sekarang ia tidak tahu siapa yang tiba-tiba membekap mulutnya dari belakang dan memasukkannya ke dalam sebuah mobil SUV BMW dan melaju begitu saja.

"Sialan! Berhenti!" Sam berteriak pada penculiknya. Tapi kemudian dia berhenti karena sial! Penculiknya sangat panas.

Rambut gelap yang terpangkas rapi, mata biru kehijauan yang membuatnya sesak napas dan wajah pria itu. Demi Tuhan! Sam pikir dia telah diculik oleh malaikat. Dan Sam mulai mendapat dorongan untuk mencium bibir pria itu. Sam pikir dia benar-benar berubah menjadi gila sekarang.

"Tenanglah! Aku tidak akan menyakitimu," balas pria itu santai dan melemparkan senyum yang membuat Sam kehilangan pikirannya. Dan yang aneh Sam percaya kalau pria itu tidak akan menyakitinya.

Dan di otaknya, Sam mencatat, dia diculik oleh pria tampan dan super seksi. Sial! Apa dia akan ingin lolos dari pria itu? Sam tidak tahu.

"Apa yang kau inginkan?" tanya Sam hati-hati, ia masih membawa pisau buahnya tapi dia ragu kalau itu akan beguna. Pria itu terlihat mematikan dengan jaket kulit hitamnya.

"Membantumu lari dari calon suamimu, dan kemudian kita bisa memesan kamar hotel atau ke penthouse-ku?" jawab pria itu, lagi-lagi dengan nada santai seolah mereka adalah teman lama.

Sam ternganga, tapi dia juga tidak akan menolak itu. Ayolah ini Vegas, semua orang di sini gila. Jadi kenapa dia tidak jadi gila juga?

***

Hallo, terima kasih sudah menyempatkan waktu untuk membaca karyaku dan jangan lupa vote dan comment jika kalian menyukainya, karena itu sangat berarti untukku. Salam manis Arum Sulistyani.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top