20: Ego
Mercusuar, Cosmin 20XX
"Apa maksudmu?" sergah Ruby menyeka rambutnya yang basah. Dia berdiri berhadapan dengan Taher yang kini wajahnya memerah, penuh amarah. Sekali lagi dia mendorong Ruby hingga terjatuh ke atas pasir. Melihat pergerakan Taher, Bing menarik pemuda itu menjauh, "Ta- Taher berhenti."
"Kau membunuh orang tuaku!"
"Apa yang kau bicarakan sialan?" Ruby mengumpat, mengepalkan kedua tangan di sisi tubuh mendekati Taher yang ditahan Bing agar mundur. Menggelengkan kepala kuat-kuat, Taher menyorot Ruby di depannya tak berpaling. Jika bola mata bisa ke luar maka Taher sudah kehilangan matanya saat itu juga.
"Jika bukan karena keegoisanmu seharusnya orag tuaku tidak mati!"
"Keegoisanku? Pfft, kau harusnya melihat dirimu sendiri. Jika bukan karenaku dan yang lain kau sudah ikut mati dengan orang tuamu itu."
"Ruby!"
"Menyingkir dan jangan halangi jalanku." Ruby bergerak cepat menubruk bahu Taher dan berjalan menuju arah mercusuar. Udara malam semakin menusuk, membuat tubuh mereka menggigil, meringkuk memeluk diri sendiri. Ruby menoleh ke belakang. "Ayo, kita pergi. Kita harus masuk ke tempat hangat. Terlebih untuk Andrew."
Mereka melirik Taher yang berdiam diri di tempat tidak berkutik, pada akhirnya mereka mengikuti langkah Ruby untuk masuk ke arah mercusuar. Bing terpaku beberapa saat, melihat Olive yang menggeleng---gadis itu sudah cukup sadar karena menolong Taher dia masuk penjara---sedang Andrew juga mulai bersin mengeluarkan ingus, formula sihir ratu tak bertahan di daratan. Bing mendesah mengulurkan tangan memberikan kebaikan sekecil apa pun, setidaknya dia harus menolong Taher. "Ja- jangan keras kepala. Ki- kita harus masuk."
"Aku tak peduli. Kalian saja yang masuk." Dia bersikeras, terduduk dan memeluk kedua kakinya di atas pasir, merajuk. Bing masih menoleh ke belakang ragu-ragu. "Bing. Ayo, masuk!" panggil Olive yang pada akhirnya menarik tangan bocah itu masuk ke dalam mercusuar.
Mercusuar yang mereka masuki memiliki ketinggian empat ratus kaki dari daratan. Di bagian atasnya lampu pijar berwarna kuning menyala, biasanya ditandai untuk menuntun para pelaut agar tak tersesat dan menandai kawasan laut yang berbahaya memiliki daratan yang dangkal. Berada di tengah lautan di daratan kecil, mereka beruntung menemukan mercusuar kosong, mungkin penjaganya cuti dan sebagainya.
"Ini hanya ada pakaian orang dewasa." Mereka memasuki mercusuar dengan anak tangga memutar yang menjulang tinggi. Ada dua kamar setelah puluhan anak tangga terlewati, tepat di bagian tengah mercusuar, di sana terdapat lemari yang memuat pakaian pria. "Kita pakai yang ada menunggu pakaian basah kita kering." Ruby mengomando sembari mengacak-acak lemari, ditemukan di dalamnya kemeja dan celana pria dewasa.
"Uh, pakaian ini bau apek."
"Oh, ayolah. Jangan mengeluh anak manja."
Olive tertawa lepas mengambil kemeja biru besar, dia mengganti pakaiannya dengan kemeja yang hampir menyentuh mata kaki. Menjemur pakaian basah di tepi jendela, dia melirik ke arah Ruby dengan bagian lengan yang menjuntai mengenai lantai kayu. Ruby juga hampir dalam kondisi serupa, tidak, ini kondisi mereka semua. Mereka berempat tertawa termasuk Andrew yang langsung mengambil selimut menidurkan diri di atas ranjang. "Aku pikir aku sekarat."
"Ba- bagaimana dengan Ta- Taher?"
Ruby hanya memutar bola mata, Bing dengan pakaian kebesarannya menghampiri masih tampak khawatir. "Olive pikir dia harus tahu bahwa dia salah. Lagi pula pintu masih terbuka lebar di bawah. Kita tidak ke mana-mana." Ruby mengangguk, mengusap kepala Olive. Langit masih gelap dan mereka harus beristirahat.
"Kami akan pakai kamar sebelah." Ruby merunduk, meremas bahu Bing lembut, kemudian beranjak pergi bersama Olive menuju kamar lain. Bing melirik ke luar jendela. Akhirnya memilih menyerah memikirkan itu lantas pergi ke atas kasur. "Jangan menyentuh ranjangku. Aku tidak terbiasa berbagi."
Bing mendesah. Ya, dia harus berurusan dengan pangeran ini dahulu.
...
Apakah dia yang egois?
Taher bertanya-tanya pada dirinya sendiri, riak deras ombak menghantam pasir terdengar nyaring. Angin berembus kencang, dia memeluk dirinya semakin erat. Orang tuanya mati, kini tinggal dirinya seorang yang hidup, plus adik kecilnya. Taher mengubur wajahnya pada lipatan tangan semakin dalam.
Apakah meminta menyelamatkan orang tuanya adalah hal yang egois? Tidakkah mereka yang tidak punya hati? Tapi mereka sudah menolongnya sejauh ini, menarik napas dalam dia membiarkan dirinya diterpa dinginnya angin malam. Dingin, basah dan berpasir. Sekarang dia yakin sudah kembali ke daratan.
Tunggu. Di mana ini?
Di mercusuar?
Mercusuar adalah tanda di mana satu wilayah berbahaya. Tunggu! Jika memang daratan ini terpencil dan dekat dengan kerajaan duyung, maka mereka akan segera ditemukan tak terkecuali. Dia harus memperingatkan yang lain! Taher berlari tergesa-gesa masuk ke dalam mercusuar, kakinya melangkah cepat menyusuri anak tangga. "Hey, kalian! Bangun-bangun!"
Taher masuk ke salah satu kamar menemukan Andrew dan Bing yang tertidur pulas di atas ranjang. Yang terpenting di mana para penjaga mercusuar? Sebagai seorang nelayan dia memiliki paman yang bekerja di mercusuar dan mereka jelas tidak memiliki jatah cuti kecuali ada yang menggantikan mereka berjaga. Bagaimana jika mereka sudah tertangkap oleh duyung monster itu? Dia menarik selimut berseru kencang. "Kalian! Cepatlah pergi dari sini!"
"Hoam ...." Terkantuk-kantuk keduanya setengah sadar terhuyung-huyung limbung hampir terjatuh. "Apa ... yang kau katakan ...?" Taher menggeram, menarik kedua lengan mereka turun dari atas sana. Kemudian kembali berseru, "Ruby! Olive! Kita harus segera pergi!" Ruby dengan sigap terbangun, matanya masih sayu sedikit memerah, jelas gadis kecil itu lelah, tapi mendapatkan alarm bahaya dia menarik Olive terbangun. Pada awalnya dia masih skeptis melihat Taher, sebelum berpikir ulang soal Taher yang ahli soal laut dan memilih menurut.
"Andrew bawa selimut. Ada perahu di bawah kita bisa gunakan untuk pergi!" titahnya segera, mendengar seruan Ruby mereka mengangguk serentak segera beranjak turun menarik perahu keluar dari mercusuar dan mendorongnya menuju pesisir pantai. "Ini di mana Taher?" tanya Andrew membawa selimut menutupi setengah tubuhnya.
"Aku tak tahu, jika laut sejauh ini yang terdapat mercusuar mungkin di daerah Cosmin. Pelosok Negeri Philia." Ruby masih bertanya-tanya akan perubahan perilaku Taher tapi memilih memendamnya sebelum mereka berhasil menaiki perahu dan mulai mendayung. "Apa yang membuatmu berubah pikiran?"
Taher membantu mendayung perahu menatap langit, mengikuti garis lintang bintang yang bersinar. "Aku tidak ingin kita mati. Ini balas budi. Kalian telah menolongku maka aku menolong kalian," jawab Taher ringkas mengalihkan pandangan, tak mau bertemu mata dengan Ruby. Gadis itu hanya mengangguk mendayung mengikuti arahan Taher.
"Ke- kenapa kita harus per- pergi?" Bing ikut mendayung melirik Taher. Dengan napas panjang akhirnya Taher menjelaskan perkara mercusuar dan tempat kerajaan duyung, mereka mendengarkan dengan seksama mulai mempercepat laju perahu. "Ja- jadi duyung ma- masih bisa melacak ki- kita?"
"Itu benar."
Mereka semua tercengang mendengar suara lain yang menginterupsi. Dari arah belakang terdapat ratu yang mulai menampakkan diri dengan sosok menyeramkan sebelumnya. Mereka terus mendayung dan mendayung akan tetapi tidak bisa menjauh lebih cepat, ini perahu manual, menggunakan sampan sebagai penggerak. Ratu tertawa menghina, tangannya terjulur membuat pusaran dan melubangi bawah perahu, air merembes naik memenuhi perahu, perlahan mulai tenggelam.
"Harus ada yang melompat!"
Ruby berseru, melihat perahu yang mulai tenggelam, mau bagaimanapun dia menutupi lubang tidak bisa menghentikan laju air yang memasuki perahu ditambah massa berat yang membebani perahu. Ruby berpikir cepat, ada yang harus ke luar dari tempat ini agar perahu tidak tenggelam. "Kalian harus melompat ke luar!"
"Apa maksudmu?" Andrew bertanya, belum sempat mendapatkan jawaban tubuhnya didorong masuk ke dalam air. Benar, jika mereka semua tidak selamat maka Ruby harus memikirkan dirinya sendiri. Ketiga yang lain menatap tidak percaya pada Ruby. "Segera melompat!" titah Ruby sekali lagi. Akhirnya tanpa persiapan Ruby mendorong Olive dan Bing terjatuh ke laut, Taher tak kuasa lagi menahan gejolak amarah mengguncangkan tubuh Ruby kuat-kuat. "Kau gila?!"
"Ini cara untuk bertahan."
"Kau egois Ruby!"
Taher menggelengkan kepala tak percaya, pada akhirnya dengan rambut hitam terjulur panjang ratu menarik ketiga tubuh yang terjatuh ke dalam laut dan meremasnya erat-erat. Ruby terus berusaha menjauhkan perahu, mendayung sampan sementara Taher ikut melompat, dari sakunya dia mengeluarkan belati kecil yang terbuat dari taring hiu pemberian ayahnya dan menusuk ekor sang ratu.
Ruby terus mendayung, akan tetapi ratu yang meringis merasakan sakit ditusuk menarik perahu dan menghancurkannya dalam sekali remasan termasuk Ruby di dalamnya. Mereka yang tak sadarkan diri membuat entitas lain yang lebih kejam hadir, lubang hitam raksasa yang menelan tubuh mereka bulat-bulat, membuat mereka menghilang begitu saja.
Bersambung ....
30 Desember 2023
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top