Bab XVII : The Queen's Secret Mission
Zach terbangun dalam keadaan linglung. Kepalanya lunglai ke depan, berat sekali. Dia bahkan kesulitan untuk membuka mata karena pening yang masih menguasai. Belum lagi nyeri di sekujur tubuh seolah-olah ingin mengambil bagian juga. Rasanya dia ingin berbaring tapi tubuhnya dipaksa duduk tegak.
Zach merasakan kebas di kedua tangannya. Namun, saat dia hendak mengangkat tangan itu dan meregangkannya, dia justru menyadari geraknya yang terbatas. Lengannya terjulur ke belakang dengan kedua ujung yang saling bersetuhan. Detik itu juga Zach menyadari bahwa dia sedang duduk tegak dalam keadaan terikat.
"Ststttt... berhenti menggeseknya terus menerus, itu akan menyakiti pergelangan tanganmu, " ucap suara di sebelah kanan Zach.
Zach mengangkat sedikit kepalanya untuk melihat siapa yang bicara. Butuh beberapa saat untuk memfokuskan pandangan. Saat penglihatannya mulai membaik, orang pertama yang dia lihat adalah Daniel. Duduk tegak dalam keadaan terikat juga di sebelah kirinya. Zach menoleh cepat ke arah kanan untuk melihat Rein yang sedang melakukan sesuatu dengan ikatannya sendiri.
"Di mana ini?" tanya Zach serak. Seingat Zach, orang-orang berbaju hitam tadi tidak melakukan apapun padanya selain menutup mulut dan matanya dengan kain hitam. Jadi Zach menebak dia tidak sadarkan diri karena kondisinya sendiri.
Dia mengedarkan pandang hanya untuk mendapati dinding-dinding yang kusam dengan satu jendela kaca kecil di ujung jauh. Walau ruangan ini cukup luas, tidak ada barang apapun di sana. Banyaknya sarang laba-laba dan debu yang tebal menjadi bukti bahwa tempat ini tak terpakai dalam waktu lama. Bahkan, Satu-satunya penerangan hanyalah lampu berdaya kecil yang ada di atas kepala mereka.
Mereka bertiga terikat dengan punggung saling menempel satu sama lain. Rein yang sejak tadi tidak mengeluarkan suara mendapat mendesis pelan saat akhirnya berhasil melepas tali yang mengikatnya. Dia kemudian beralih ke ikatan Zach yang sepertinya mulai meninggalkan lebam membiru di pergelangan anak itu.
Zach melihat Daniel bangkit dari duduknya saat ikatan di tangannya terlepas. Dia berjalan pelan ke arah jendela kecil yang sepertinya di segel mati dari luar. Dia mengintip sebentar sebelum kembali ke tempat Zach dan Rein berada.
"Aneh, kalau dari jarak tempuh yang ku bayangkan, kita seharusnya tidak jauh dari akademi. Kalau perkiraan ku tidak meleset, kita hanya berkendara sekitar dua sampai dua setengah jam saja. Tapi ini seperti di dekat hutan. Di mana hutan yang letaknya tidak jauh dari ibukota?" tanyanya pelan. Lebih kepada diri sendiri daripada dua orang yang masih terduduk di lantai.
Mereka hanya bisa mengira-ngira waktu karena mata ketiganya di tutup kain hitam sejak masuk ke dalam mobil. Sepertinya saat ini sudah hampir tengah malam.
"Siapa mereka sebenarnya?" tanya Rein yang sejak tadi diam.
Tidak ada yang menjawab. Mereka bertiga memilih mundur dan bersandar ke dinding. Penerangan yang tidak terlalu memadai membuat mereka kesulitan mengecek keadaan masing-masing.
Keadaan yang kelewat sunyi membuat ketiganya menyadari saat ada beberapa derap kaki yang mendekat. Secara otomatis ketiganya berdiri siaga, menatap satu-satunya pintu yang ada tepat di seberang mereka.
Pintu itu terdorong begitu saja dan menabrak dinding dengan keras. Menyebabkan gaung yang cukup mengejutkan telinga ketiganya yang mulai terbiasa dengan senyap. Ketakutan yang sejak tadi berusaha mereka abaikan seolah mulai menggantung di udara.
Sosok-sosok berbaju hitam memasuki ruangan. Ada sekitar empat atau lima orang Zach menebak. Penerangan yang buruk membuat dia tidak tahu pasti berapa jumlah mereka.
"Hello, Boys! " suara familiar terdengar di telinga Zach. Matanya menyipit untuk dapat melihat jika dugaannya tidak keliru. Saat cahaya yang terbatas mengenai sosok yang paling depan, mata Zach membola terkejut.
"Mr.Mourice?" ucap Rein tak percaya. Dia mungkin tidak dekat dengan seseorang di depan mereka ini, tapi dia merasa tidak pernah punya masalah dengan guru sejarahnya itu.
"Wah, wah, wah. Keberuntungan macam apa ini? Kejutan sekali!" ucapnya sambil tersenyum senang.
"Kau hanya punya berurusan denganku. Biarkan mereka pergi, mereka tidak tahu apa-apa, " ucap Daniel sambil maju selangkah. Membuat Zach yang berada tepat di sebelahnya menengok cepat dan melotot tajam. Apa-apaan anak ini, sok jagoan sekali. Sialnya, kalimat yang diucapkan Daniel barusan terdengar cukup keren.
"Oh, tentu saja tidak bisa begitu. Tujuan awalnya memang hanya mngambil satu, tapi jika ada tiga, jangan ditolak. Dan lagi, bukannya ada orang special yang juga hadir di sini? " ucap Mr. Mourice lagi sambil melirik ke arah Zach, membuat Daniel secara otomatis bergerak pelan ke depan Zach dan menutup pandangan guru itu.
"Mereka hanya berada di tempat yang salah di waktu yang salah. Biarkan mereka pergi. Dan aku janji akan ikut dengan patuh. "
Zach melotot tajam dan menarik pakaian bagian belakang Daniel dengan kencang. Menunjukkan keberatannya. Daniel hanya melirik sekilas dan kembali menatap ke arah depan.
"HAHAHAHAHAHAHAAHAAA!" tawa keras memenuhi ruangan itu. Membuat mereka semua bergidik ngeri. Mr. Mourice sepertinya sedang dalam suasana yang sangat baik. "Itulah kenapa aku tak pernah setuju saat Master memilihmu. Kau lemah. Aku bahkan sudah memberitahumu tentang orang-orang yang hanya memanfaatkanmu dan kau masih berdiri sebagai tameng mereka? Ckckck.. Kau sudah tidak menarik. Lebih baik aku bermain-main dengan si kecil saja. "
Zach merasakan bagaimana dua orang di kanan kirinya berdiri tegang dan lebih merapat ke arahnya. Dia hampir saja ingin menangis terharu jika tidak ingat situasi mereka yang tidak baik. Kombinasi mereka bertiga jelas tidak dapat siapapun terima. Tapi siapa sangka, dua orang dingin itu menyimpan kepedulian padanya.
"Mau mendengar cerita menarik, Zachary? " tanya Mr. Mourice. Kali ini benar-benar memfokuskan atensi hanya pada Zach. "Ah, atau kita ubah panggilannya. Bagaimana kalau mendengar aku mendongeng, Pangeran Andrew Windsover?"
Ketegangan memenuhi seluruh ruangan saat nama itu selesai disebut. Bahkan orang-orang berbaju hitam di belakang Mr. Mourice menunjukkan gelagat terkejut yang sama. Mereka jelas tidak mengira jika salah satu remaja yang mereka tangkap adalah anggota kerajaan. Dan jika mereka tidak salah ingat, menyakiti atau sekedar menghina anggota kerajaan akan mendapat hukuman berat.
"Apa kau lupa padaku, Pangeran? Dulu saat aku berkunjung ke istana kau yang lepas dari pengawalmu tanpa sengaja menabrak tubuhku. Bahkan hanya untuk bermain saja kau harus sembunyi-sembunyi begitu, malang sekali," ucap Mr. Mourice memulai.
"Ku rasa kau tidak cukup penting sampai harus membekas di ingatanku, " ucap Zach dingin. Walau begitu, dia berusaha mengingat peristiwa itu. Tapi Zach benar-benar tidak menemukan sosok guru sejarahnya itu di sudut memorinya. Saat dia masih diam dan tenggelam dalam pikirannya, Daniel tiba-tiba berbalik dan memegang kedua bahunya.
"Jangan dengarkan apapun kata-katanya. Cukup percaya pada keluargamu. Dia sudah membenci keluarga kerajaan cukup lama. Jadi jangan terpengaruh pada apa yang keluar dari mulutnya. "
"Wah, kau mengganggu kesenanganku. Tahan dua anak yang lain, aku akan bicara pada Pangeran Kecil kita dulu. "
Ketiganya berdiri waspada saat dua orang berbadan kekar mulai mendekat. Rein berlari menghindari saat salah satu orang itu mencoba menangkapnya, sedang Daniel berusaha melawan. Dia mengangkat tendangannya dan mengenai tepat di dada laki-laki pertama, membuatnya mundur beberapa langkah.
Zach tidak mau tinggal diam, dia memutar ke belakang lawan Daniel dan menendang tepat di betis pria itu. Membuatnya jatuh berlutut dan berteriak kencang.
"Wah, tendanganku lumayan juga, " ucapnya dan membuat Daniel yang mendengarnya mendengkus keras.
"Fokus. Jangan banyak gunakan tubuhmu. Berdiri saja di belakangku. "
"Jangan sok keren!"
Zach memilih berlari ke arah Rein dan mengejutkan lawan anak itu dengan tendangan memutar yang mengarah pada perutnya. Rein yang melihat ada sedikit celah mengangkat sikunya dan menghantam dagu si penyerang dengan telak. Membuat laki-laki itu jatuh di depannya setelah sebelumnya berteriak dengan keras.
Terdengar tepuk tangan yang memenuhi ruangan membuat ketiganya kembali waspada. Berdiri berdekatan satu sama lain dengan punggung saling menempel. Zach bisa merasakan napas teman-temannya yang terdengar memburu. Mereka tidak pernah disiapkan untuk situasi seperti ini. Walau menguasai bela diri, tapi sepertinya agak berbeda saat harus mempraktekkannya secara langsung seperti ini.
"Lumayan. Kalian cukup kuat untuk anak belasan tahun. Ah, tapi Pangeran, bukannya seharusnya kau tidak boleh terlalu memaksa tubuhmu? "
Zach jatuh terduduk tepat setelah Mr. Mourice selesai bicara demikian. Pergelangan kakinya terasa nyeri dan tidak bisa untuk sekedar diajak berdiri. Daniel yang tanggap langsung memeriksanya.
"Kenapa? Ada yang terluka?"
Zach hanya menggeleng. Tapi tangannya memegang pergelangan kakinya yang mulai membiru. Daniel mencoba menarik dan membawanya bersandar ke dinding.
"Rein, apapun yang terjadi setelah ini, tolong pastikan agar Drew maksudku Zach tidak terluka, sedikitpun. Bisa aku minta bantuanmu? "
Rein mengangguk tanpa memprotes. Situasinya jelas bukan saat yang tepat untuk meminta penjelasan.
"Lihatlah bagaimana persahabatan anak-anak ini. Sungguh mengharukan. Nah, sambil kalian mengembalikan energi lagi sebelum pertarungan selanjutnya, bagaimana jika kita lanjutkan ceritanya?"
Mr. Mourice mendudukkan diri begitu saja di depan ketiganya yang masih kelelahan. Orang itu tampak lebih percaya diri saat beberapa lagi orang berbaju hitam mendekat ke arah mereka. Zach tidak tahu lagi apa dia masih sanggup bertarung melihat banyaknya orang-orang berbadan kekar itu. Untuk sekarang, sebaiknya dia mendengar pak tua itu bercerita sambil memulihkan tenaga.
"Aku tulus saat mengajak kalian bergabung bersama kami. Kalian akan hidup lebih baik di tempat kami berada. Pangeran, aku tahu bagaimana rasanya diperlakukan tidak adil. Kau pasti sedih kan selama ini? Tidak pernah diperlihatkan pada dunia. Tidak pernah dilihat prestasinya. Bahkan mungkin sempat dilupakan keberadaannya.
"Mereka selalu beralasan itu untuk kebaikanmu, tapi mereka tidak pernah bertanya padamu kebaikan seperti apa yang mereka mau. Benar kan? Ah, dan apa kau tahu alasan sebenarnya sahabat kecilmu dijauhkan darimu? Ratu membesarkan seorang anak dengan lampu sorotan langsung darinya. Memberinya seolah-olah tempat istimewa. Membuat dunia melihatnya. Tapi bahkan Sybill Winsover sekalipun punya kebusukan. Dia membesarkan Daniel dengan begitu banyak lampu sorot agar dunia mulai lupa padamu dan tidak lagi ingn tahu keberadaanmu. Dia membesarkan seorang anak hanya untuk mengorbankannya suatu saat nanti. Menggantikanmu yang sejak awal memang diinginkan organisasi kami. Aku sudah berusaha meyakinkan Daniel sejak lama, tapi dia bertindak seolah dia Ismail yang siap disembelih kapan saja. Sahabat yang kau benci selama ini adalah tumbal yang dikorbankan ibumu."
Zach menggeleng tak percaya mendengar penjelasan tentang ibunya. Dia menoleh pada Daniel yang juga sedang menggeleng, memintanya untuk tidak mendengar apapun dari orang gila ini.
Mereka masih mencerna cerita yang mengejutkan itu saat suara sirine mengejutkan semua yang ada di sana. Zach melihat Mr. Mourice yang terbangun tiba-tiba dan menatap pintu waspada.
"Mereka menemukan kita! " kata salah satu pengawal.
"Bawa Pangeran, setidaknya dia bisa jadi jaminan. "
Zach berdiri tertatih tepat saat Rein dan Daniel lagi-lagi berdiri sebagai tameng untuknya.
"Waktu aku bilang dia tidak boleh terluka, itu bukan kiasan. Benar-benar tidak boleh ada satu pun goresan di tubuhnya. Kau mengerti?"
Beberapa saat kemudian baku hantam kembali terjadi. Daniel dan Rein menyerang bahkan tanpa memikirkan jurus apa yang mereka pakai. Semua anggota tubuh mereka gunakan. Manapun itu asal bisa mengenai lawan.
Zach tidak tinggal diam. Dia bergerak ke arah lawan bahkan dengan kaki tertatih. Sebagian dari orang-orang itu sudah berjalan keluar ruangan termasuk Mr. Mourice yang sudah di ambang pintu. Dia masih sempat meneriakkan perintah untuk segera menangkapnya sebelum menghilang di balik pintu.
Keadaan semakin kacau saat orang-orang itu mulai panik mendengar sirine yang semakin banyak. Semua orang menghambur keluar. Menyisakan satu orang tersisa yang masih fokus menyerang Daniel dan tepat mengenai dada, membuat anak itu merunduk seketika karena kesulitan menarik napas. Saat perhatiannya teralihkan melihat ruangan yang tampak sepi, Laki-laki itu tiba-tiba mengeluarkan pisau kecil dari saku depannya. Membuat tiga anak remaja itu melotot tajam.
Peristiwa setelahnya terjadi begitu cepat. Zach yang melihat Daniel masih merunduk untuk menormalkan pernapasannya tidak menyadari saat sang penyerang mengayunkan pisau kecilnya.
Zach berlari begitu saja. Melupakan sejenak sakit di pergelangan kaki hanya untuk menahan ayunan pisau itu. Dia meringis saat melihat darah mulai keluar dari telapak tangannya. Tapi sepertinya si laki-laki belum cukup puas, dia kembali menerima luka di lengan atas saat masih sibuk menahan telapak tangannya. Saat laki-laki itu akan mengayunkan pisau kembali, Rein menendang tangannya hingga membuat pisau itu terlepas. Daniel yang baru menyadari situasinya ikut melayangkan tendangan ke arah pelipis, disusul tendangan lain tepat di dada. Membuat laki-laki itu terjatuh dan tidak sadarkan diri.
Mereka tidak sempat merayakan kemenangan. Karena saat mereka mengalihkan pandangan dari musuh yang sudah terkapar, Zach terduduk di bawah mereka dengan lengan berlumuran darah, membuat keduanya membeku seketika.
******
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top