Bab XIV : Missing Piece
Zach ikut mengangkat kotak-kotak berisi mainan dan buku-buku untuk anak panti. Hari ini anggota The Sacred Seven berencana mengadakan bakti sosial pertamanya ke panti-panti asuhan dan rumah-rumah singgah yang tersebar di sekitar Melawa.
Angota organisasi yang terbilang cukup banyak memungkinan untuk mereka membagi beberapa titik lokasi dengan satu anggota inti di setiap rombongan. Ada sekitar 15 mobil yang disiapkan dan sudah bersiap di depan gerbang akademi.
Zach berada satu rombongan bersama Rein. Cukup mengejutkan melihat anak itu mau bergabung di organisasi sosial seperti ini mengingat bagaimana sifatnya selama ini. Tapi Zach memilih tidak ambil pusing sebab ada hal lain yang lebih merusak mood-nya sejak memasuki minivan putih yang dikemudikan oleh salah satu anggota inti The Sacred Seven bernama Finnian Griffin itu, ada Daniel Radfield di kursi penumpang depan. Sungguh amat, sangat sial.
Finnian Griffin tidak kalah terkenal dari anggota inti yang lain. Perawakan tinggi dengan mata tajam dan kulit coklat cerahnya sering menjadi bahan pembicaraan di kalangan anak-anak akademi. Tapi, lebih dari itu, Zach justru menyoroti bagaimana sikap seniornya itu yang sangat mudah mencairkan suasana. Finnian tampak menguasai banyak hal membuat dia mudah disukai bahkan oleh orang baru sepertinya.
Butuh sekitar dua jam perjalanan untuk sampai di panti asuhan yang mereka tuju. Finnian bilang bangunan itu dulunya adalah bekas sekolah di pinggiran kota. Bangunan itu mulai ditinggalkan karena banyak yang memilih untuk sekolah di pusat ibukota.
Zach mengedarkan pandang. Mobil mereka berhenti di bawah pohon flamboyan besar yang ada di depan bangunan setelah melewati gerbang besi tua yang terbuka lebar. Ada halaman luas dengan rumput hijau yang terhampar dari bawah pohon sampai ke pintu utama panti. Beberapa orang dewasa tampak berdiri di sana menyambut kedatangan mereka.
Finnian dan Daniel bergerak paling depan. Sepertinya Daniel cukup punya nama di organisasi ini. Beberapa kali dia pernah melihatnya bersama salah satu atau lebih anggota inti. Saat ini keduanya sedang terlibat percakapan dengan seorang perempuan paruh baya berwajah teduh yang menyapa mereka ramah. Di kanan kirinya ada laki-laki muda dan remaja perempuan sekitar 15 tahunan tampak ikut menanggapi.
Zach melihat Rein yang bergerak ke arah remaja perempuan di pintu depan. Keduanya tampak mengobrol akrab. Zach bahkan bersumpah dia melihat Rein beberapa kali menyunggingkan senyumnya yang langka itu. Membuat rasa penasaran memenuhi pikirannya. Saat pandangannya masih berfokus pada keduanya, Finnian mendekat dan mulai menyampaikan instruksi.
"Anak-anak berusia 6-9 tahun akan mengadakan kunjungan ke istana hari ini," kata Finnian sambil mengedarkan pandang ke arah mereka semua. "Beberapa dari kita akan tetap tinggal untuk membantu kegiatan di panti dan beberapa yang lain ikut ke istana untuk menjaga anak-anak. Kita bagi saat sudah di dalam. Sekarang, ayo keluarkan box-box itu dan bawa masuk."
Setengah jam kemudian mereka sudah berada di dalam minivan kembali. Berkendara sedikit pelan karena mengikuti bus tidak terlalu besar yang membawa anak-anak panti dan beberapa pengasuhnya.
Zach bahkan tidak terlalu peduli dengan fakta bahwa Daniel dan Rein sedang mengapitnya di kursi penumpang tengah. Dia mengusap telapak tangannya yang mulai berkeringat padahal pendingin mobil dalam keadaan menyala. Jantungnya bergerak lebih cepat dari seharusnya. Jika tahu akan segugup ini, lebih baik dia memilih bergabung bersama rombongan yang tinggal. Tapi, tidak bisa dipungkiri jika dia juga ingin melihat keluarganya.
"Namamu Zach, kan? Kau, okay? Kau terlihat sangat gelisah sejak tadi, " lamunan Zach buyar saat nada bertanya terdengar dari arah depan. Dia mengangkat wajahnya cepat dan menyadari seisi minivan sedang menatap ke arahnya, bahkan Rein yang biasanya acuh sekalipun. Zach merasakan Daniel bergerak gelisah di sebelahnya, tapi dia acuhkan.
Zach mengangguk kaku. Lidahnya kelu untuk sekedar mengeluarkan suara. Tapi dia berusaha meyakinkan senior di depannya dengan anggukan tegas berkali-kali.
Finnian menatapnya beberapa lama sebelum akhirnya memutar tubuhnya ke depan dan membuka pintu kemudi. "Kalau begitu ayo turun. Anak-anak seusia mereka pasti sedang aktif-aktifnya. Jangan sampai kecolongan apalagi ini di dalam istana."
Zach pasti sibuk dengan kepalanya yang berisik sejak tadi sampai tidak menyadari mobil yang mereka kendarai sudah berhenti. Mereka sudah berada di lingkungan istana. Ada banyak mobil terparkir di sana termasuk bus yang membawa anak-anak yang harus dia jaga.
Zach sendiri tidak memiliki perasaan khusus dengan bangunan tua bergaya Eropa di depannya ini. Dia bahkan tidak pernah menginjakkan kakinya di istana depan. Kegugupannya berasal dari pikiran akan kemungkinan bertemu salah satu anggota keluarganya.
Mereka mendekati anak-anak yang tampak sangat gugup di tengah ratusan manusia dewasa yang juga akan memasuki istana. Mereka semua menunggu dengan tertip karena gerbang istana baru akan dibuka beberapa menit lagi. Sepertinya istana sedang membuat acara karena Zach juga bisa melihat banyak wartawan dengan kamera-kamera di sekitar mereka.
Saat gerbang dibuka, satu persatu pengunjung mulai memasuki istana. Mereka disambut taman bunga luas yang memiliki air mancur dengan patung malaikat di tengahnya. Perjalanan menuju istana utama pasti akan menyenangkan dengan pemandangan seperti ini.
Sayangnya, mereka tidak bertindak sebagai turis saat ini. Mereka adalah penjaga anak lima tahunan dengan keiingintahuan yang tak terbendung. Jadi, alih-alih menikmati taman bunga di sekelilingnya, Zach dan yang lain sibuk menghalau anak-anak kelewat antusias yang ingin memetik setiap bunga mekar yang mereka lihat. Zach bahkan melupakan kegugupannya saking sibuknya berurusan dengan anak-anak itu.
Zach sedang mengusap telapak tangan salah seorang anak yang terjatuh saat mendengar sorakan antusias di sekitarnya. Dia mengangkat tubuhnya yang merunduk dengan tangan si anak masih dalam genggamannya, mencoba mencari sumber keributan itu. Salah seorang teman rombongan menepuk bahunya dan menunjuk ke arah depan.
Di depan sana, tepat di undakan paling atas dekat dengan para wartawan yang berkumpul, keluarga inti kerajaan tampak berdiri mempesona dengan banyak pengawal di sekitar mereka.
Ada Raja Andreas, Ratu Sybill, Pangeran Mahkota Martin dan Putri Selena yang melambai antusias ke arah pengunjung-pengunjung yang datang ke istana hari ini.
Zach melihat ayahnya yang tegas menarik sedikit garis senyumnya. Laki-laki yang akan berusia 53 tahun itu sedang berinteraksi dengan reporter berbadan besar yang sepertinya kenalan lamanya. Beberapa helai rambut putih yang terlihat di antara rambut ayahnya yang hitam tebal membuat tatapan Zach menyendu.
Ratu Sybill mengenakan dress motif bunga dengan outer selutut berwarna putih tulang, lengkap dengan penutup kepala berhias pita besar berwarna serupa. Cantik seperti biasanya. Tangan ibunya sedang digenggam akrab oleh seorang perempuan paruh baya yang tampak sangat antusias bercerita. Senyuman lembut tak lepas dari wajahnya.
Dia beralih kepada kedua kakaknya yang tampak sedang memusatkan perhatian pada laki-laki muda di depan mereka. Meskipun Zach pernah berada dalam satu ruangan dengan mereka belum lama ini, Zach merasa jarak mereka tidak berkurang sedikit pun karena memang tidak ada interaksi. Zach mencoba mengingat kapan terakhir kali mereka bicara, sepertinya sudah lama sekali.
Zach menarik napas dan mengembuskannya kasar. Dia harus bisa mengendalikan ekspresinya. Sebentar lagi giliran rombongan mereka yang berkesempatan untuk bertemu dengan keluarga inti kerajaan. Di barisan paling depan, dilihatnya anak-anak yang dijaga oleh Finnian dan Daniel sedang bergantian memberi salam pada Raja, Ratu dan kedua anaknya.
"Wah, bukannya ini Daniel Radfield yang terkenal? " celetuk salah satu wartawan dengan antusias. Suasana di sekitar mereka mendadak mulai ramai. Banyak dari para pengunjung yang ingin melihat lebih jelas anak yang terkenal sebagai anak emas Ratu itu. "Jika tidak keberatan, bisakah kami mengambil foto kalian berlima? Akan sangat menyenangkan untuk menyimpannya sebagai kenang-kenangan. "
Banyak gumam setuju yang terdengar di sekitar mereka. Akan sangat bagus jika foto itu juga terpampang di halaman depan harian ibukota besok pagi.
Melihat antrian yang masih panjang, keluarga kerajaan akhirnya menyetujui keinginan para wartawan itu agar yang lain segera mendapat giliran. Daniel berdiri di tengah dengan diapit oleh keempatnya. Wartawan dengan antusias mengambil foto mereka sebanyak mungkin.
Zach berdiri tidak jauh dari sana, tertutup tubuh Rein yang sedikit lebih besar darinya, tapi dia bisa melihat semuanya dengan jelas.
Dia membeku. Matanya terpaku pada sosok-sosok yang sudah lama tidak dijumpainya itu. Dadanya tiba-tiba terasa sesak luar biasa. Udara di sekitarnya seolah menyusut drastis membuatnya kesulitan menarik napas. Selama sepersekian detik, Zach tidak bisa mendengar apapun.
Kesadarannya kembali saat seseorang di belakangnya memegang lengannya pelan. Zach menoleh cepat dan mendapati salah satu pengasuh dari panti asuhan memberitahunya untuk bergeser.
Zach mengikuti yang lain dan menggiring anak-anak yang menjadi tanggungjawabnya bergerak mendekati keluarga kepala negara Tora berada. Selena yang berada paling dekat dengannya tampak antusias saat melihat anak-anak itu. Berbeda dengan Martin yang tampak membeku di sebelahnya karena keduanya sudah beradu pandang beberapa saat yang lalu.
Zach melihat saat Selena yang bingung dengan sikap Martin mulai menegakkan tubuhnya dan mengikuti arah pandang sang kakak hanya untuk membuat kakak perempuannya itu ikut terdiam membeku. Tatapan mereka bahkan sempat bertemu untuk beberapa saat.
Tidak mau terlalu terbawa suasana, Zach memutus kontak mata itu lebih dulu dan menjabat tangan Selena yang menggantung di udara. Tak lupa dia membungkuk sedikit untuk memberi salam.
"Senang bertemu dengan Anda, Yang Mulia Putri Selena. "
Zach melakukan hal yang sama di depan Pangeran Martin. Ingin sekali memukul kepala kakak pertamanya ini karena tidak bisa mengendalikan raut wajahnya.
Saat beralih kepada kedua orang tuanya yang juga menunjukkan ekspresi terkejut, Zach sudah sepenuhnya menguasai keadaan. Walau tanpa senyum di wajahnya, suaranya sudah tidak lagi bergetar. Dia mengenggam tangan ibunya yang berlapis sarung tangan beludru lembut itu sejenak, sebelum beralih pada tangan kekar sang ayah.
"Senang bertemu dengan Anda, Yang Mulia. "
******
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top