Bab XIII : History Teacher
Setelah tiga hari dirawat di rumah sakit, Zach kembali pada rutinitasnya di pekan kedua. Di hari pertama dia diserbu banyak pertanyaan dari Jason dan Aiden, sedang murid-murid lain hanya menatapnya tertarik atau bahkan berbisik saat Zach melewati kerumuman mereka. Mereka mungkin merasa tidak cukup dekat untuk ikut mengajukan pertanyaan secara langsung.
Zach terpaksa berbohong dengan cerita karangan yang sudah dia, Dr. Marvin dan Kepala Sekolah sepakati. Kelelahan dan anemia. Karena seandainya suatu saat nanti identitasnya terungkap, setidaknya penyakitnya tidak.
Cerita itu tidak sulit diterima karena menurut informasi yang Aiden berikan, daripada alasan di balik tumbangnya dirinya di kamar mandi, murid-murid justru ingin tahu ada hubungan apa antara dirinya dan Daniel Radfield yang terkenal. Dan dari pengamatan mereka tentang keduanya yang tidak akur membuat cerita itu berkali-kali lipat lebih menarik.
Zach bisa mengabaikan bisik-bisik itu, tapi tidak dengan kedua teman sekamarnya. Mereka seolah tidak pernah puas dengan penjelasan Zach dan setiap ada kesempatan selalu bertanya hal yang sama. Tidak ada satu hari pun menjadi hari tenang untuk Zach setelah hari itu.
Zach hanya terbebas dari dua teman cerewetnya saat akhir pekan. Jason dan Aiden adalah murid part boarding yang hanya di asrama saat weekday saja. Sedangkan Rein yang mengambil full boarding sama sepertinya justru terlihat semakin mengambil jarak.
Menurut cerita Dr. Marvin, anak yang berdiri di luar bilik saat kejadian itu adalah Rein. Tapi anak itu sama sekali tidak menunjukkan reaksi saat dia pertama kali muncul di pintu asrama.
Rein bersikap seperti tidak ada yang terjadi. Bahkan dia menjadi lebih dingin dari sebelumnya. Tidak pernah ingin berada satu ruangan dengan mereka terlalu lama, atau bahkan langsung membalik badan dan memunggungi mereka saat waktunya tidur tanpa berniat berbasa-basi terlebih dulu.
Bahkan setiap akhir pekan, saat seharusnya dia punya banyak waktu luang seperti Zach, Rein lebih memilih izin keluar asrama. Membuat Zach benar-benar bingung dengan teman sekamarnya itu. Zach bahkan sempat overthinking kalau Joan atau Dr. Marvin mengancam Rein yang langsung dibantah dengan tegas oleh keduanya.
Zach yang tidak punya teman selain Aiden dan Jason biasanya akan menghabiskan waktunya di perpustakaan akademi. Atau jika Dr. Marvin tidak ada kegiatan di luar, Zach akan mengunjungi dan mengganggu waktu santainya. Padahal mereka terus bertemu dua hari sekali karena alasan kesehatan Zach, tapi dia tidak punya pilihan.
Pagi ini Zach terpaksa berpisah jalan dari Jason dan Aiden. Dia harus mengambil buku Sejarah Tora Tingkat 3 di perpustakaan. Teman kelasnya yang lain sudah memilikinya karena saat pertama kali pelajaran itu berlangsung, Zach justru harus kembali absen karena Dr. Marvin memintanya untuk check up.
Zach bergerak cepat menyusuri koridor yang sepi karena pelajaran dimulai beberapa menit lagi. Walau rute menuju perpustakaan sudah di luar kepalanya, tapi luasnya kawasan akademi cukup memakan waktu.
Zach sampai di belokan terakhir. Dia yang hampir berlari ke arah pintu perpustakaan mendadak berhenti saat melihat dua orang berdiri tegang di depannya. Dua orang berbeda usia itu tampak habis berdebat karena dari tempatnya berdiri Zach dapat melihat tangan yang lebih tua tampak berada di kerah seragam yang lebih muda.
Suara derap langkah Zach membawa kembali kesadaran dua manusia itu. Yang lebih tua, dan Zach tebak sebagai salah satu pengajar di sini,
lebih dulu menguasai situasi. Laki-laki itu melepas cengkeraman pada kerah anak di depannya dan membuat gerakan seolah sedang merapikannya. Zach tidak sebodoh itu untuk tidak bisa membaca situasi, tapi dia memilih tidak ikut campur.
"Pikirkan lagi tentang tawaranku, Dan. Kau tahu itu bagus untuk masa depanmu, " ucap laki-laki dengan kaca mata tebal itu. "Masuk lah ke kelasmu, sebentar lagi pelajaran dimulai. "
Zach mengamati bagaimana tatapan Daniel yang tak terbaca justru mengarah padanya. Anak itu bahkan tidak merespon ucapan perpisahan dari yang lebih tua. Zach segera menunduk dan memberi salam saat pengajar ber-name tag Aston Mourice itu sampai di tempatnya.
"Apa yang kau lakukan di sini di jam seperti ini, Nak?" Kalimat tanya itu terdengar ramah, tapi Zach dapat menangkap nada tidak suka di dalamnya. Jadi, daripada dia berurusan dengan salah satu pengajar dan membuatnya semakin diperhatikan di sini, dia berusaha secepat mungkin memberi penjelasan.
"Saya ingin meminjam Buku Sejarah Tora tingkat 3, Mister. Ada kelasnya setelah ini. "
"Oh, jadi kau yang melewatkan kelasku di minggu pertama? Sudah satu minggu berlalu dan kau baru meminjam bukunya hari ini? Wah, wah, wah! Pastikan kau tidak telat satu menit saja di kelasku kali ini, karena aku tidak bisa memberi keringanan lagi, " ucap Mr. Mourice sambil melangkah pergi dari sana.
Zach mengumpat dalam hati. Sial sekali hari ini. Dia harus segera masuk ke dalam, karena jika Mr. Mourice langsung masuk ke kelasnya tanpa singgah di manapun, Zach sudah pasti akan kena masalah.
"Kau suka sorotan, ya, ternyata, " ucap Daniel remeh. Ekspresi datarnya sudah berganti menjadi menyebalkan.
"Sepertinya aku tidak tahu apa maksud, Senior. Ah, maaf, bisa bergeser sedikit, Senior menutup jalanku, " ucap Zach berusaha ramah. Jika Daniel tidak tepat berada di depan pintu perpustakaan, Zach akan memilih mengabaikan anak itu.
Zach bergerak ke samping kanan saat melihat ada sedikit celah antara Daniel dan dinding, tapi lagi-lagi anak itu menggeser tubuhnya untuk kembali menghalangi jalannya. Saat Zach bergeser ke kiri, Daniel kembali mengikuti. Zach menutup matanya sejenak, berusaha menenangkan bisikan di kepalanya untuk melayangkan setidaknya satu pukulan ke wajah senior di depannya ini.
"Urutan pertama saat penerimaan. Datang terlambat saat di aula. Membuat kehebohan di hari pertama. Absen di kelas pertama guru killer. Kau ingin menonjolkan diri?"
Zach melihat ke arah Daniel dan memicing tak percaya. Bagaimana mungkin hal-hal konyol dan tidak masuk akal itu sengaja dia lakukan. Seperti apapun hubungan mereka sekarang, Daniel harusnya tahu bagaimana sifat Zach yang sebenarnya.
"Apapun yang aku lakukan sepertinya tidak ada kaitannya dengan Senior. Jadi maaf sekali, aku tidak punya kewajiban untuk menjawab pertanyaan itu, " jawab Zach sambil bergerak cepat ke arah pintu perpustakaan. Dia benar-benar harus segera pergi dari sini.
Namun, saat tangannya sudah ada di pegangan pintu, Zach kembali berbalik dan menatap Daniel yang juga melihat ke arahnya.
"Jika Senior merasa punya masalah denganku, hubungi aku. Dan jika Senior tidak punya kontakku, itu berarti kita tidak cukup dekat untuk menjadi penyebab masalah satu sama lain, " lanjut Zach dengan tatapan yang berubah dingin.
Zach mengambil buku Sejarah Tora Tingkat 3 dan berlari secepat mungkin menuju kelas Mr. Mourice. Sayangnya, saat dia sampai di depan kelas guru sejarahnya itu sudah duduk dengan tenang. Zach perlahan mendekat dan berhenti tepat di samping meja guru dengan tatapan seluruh kelas tertuju padanya.
"Zachary Lautner, benar?" tanya Mr. Mourice setelah melihat sekilas buku absen di depannya.
"Ya, Sir, " jawab Zach pelan. Dia tidak menoleh sedikit pun ke arah teman-temannya, tapi ketegangan di ruangan itu dapat dia rasakan dengan sangat jelas.
"Namamu cukup banyak dibicarakan oleh para guru. Bagaimana kalau kita uji sedikit sebagai konsekuensi karena melewatkan pelajaran pertamaku dan telat di hari kedua? " terdengar seperti pertanyaan tapi Zach tahu itu pernyataan. Dia menelan ludahnya gugup.
"Okay, Mr. Lautner, bisakah kau ceritakan kapan tepatnya sistem pemerintahan negara kita beralih dari sistem monarki absolut menjadi monarki konstitusi? Aku mau versi lengkapnya, sekarang, di sini. Aku yakin dengan nilai ujian penerimaan yang seperti itu kau bukan murid biasa. "
Zach melihat bagaimana seringai tipis muncul di sudut bibir laki-laki di depannya. Membuat kepala Zach yakin jika guru sejarahnya ini sedang berusaha membuatnya malu. Namun, dia sama sekali tidak menemukan alasan kenapa sang guru melakukan itu.
Mengabaikan sejenak pikiran negatif dalam kepalanya, Zach memutar badan untuk menghadap ke arah teman-temannya. Di barisan depan dia bisa melihat Jason dan Aiden yang menatap khawatir ke arahnya, beberapa meja di belakang, Rein tampat menyilangkan tangan di depan dada dengan ekspresi datar andalannya.
Zach tidak punya pilihan. Dia hanya harus melakukan apa yang Mr. Mourice inginkan dan mengakhiri ini dengan cepat. Berbekal ingatannya yang samar tentang Buku Sejarah Tora yang dia baca di perpustakaan di Owlsville, Zach memulai penjelasannya.
"Sebelum menjadi negara dengan sistem pemerintahan Monarki Konstitusional, Tora sempat menerapkan sistem pemerintahan Monarki Absolut dengan Raja sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan sekaligus. Pada tahun 1920, terdapat kudeta yang dilakukan karena beberapa hal : Raja yang mengekploitasi warga, pemungutan pajak yang tidak masuk akal, dan tidak adanya kebebasan berpendapat.
"Banyak rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Pengangguran di mana-mana membuat beberapa anak muda berpikir untuk memulai sebuah aksi. Kudeta dilakukan oleh adik sang raja sendiri dengan dibantu oleh dua orang sahabatnya yang memang terkenal sebagai aktivis aktif pada saat itu. Perang saudara tidak dapat dielakkan hingga menyebabkan kematian.
"Beberapa tahun setelah penggulingan kekuasaan itu terjadi, salah seorang pahlawan dari masyarakat biasa akhirnya ditetapkan menjadi perdana menteri pertama setelah melewati proses hukum yang berlaku. "
Zach tidak tahu harus menjelaskan sampai tahap mana jadi dia memutuskan untuk berhenti. Dia menoleh ke arah Mr. Mourice yang sejak tadi terdiam dan mengernyit bingung saat melihat guru sejarahnya itu sedang menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan. Tidak ada lagi ekspresi meremehkan.
"Sepertinya kau membaca buku yang salah, Mr. Lautner. Aku tidak pernah mendengar sejarah negara kita dengan versi seperti ini sebelumnya. "
Zach membulatkan matanya. Dia yakin sekali tentang ini karena dia sudah sering membaca sejarah Tora di perpustakaan kakeknya dulu. Dia menoleh cepat ke arah teman-teman kelasnya dan mendapati ekspresi kebingungan yang hampir serupa di wajah semua anak. Apa ingatanku bermasalah? Ucapnya dalam hati.
******
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top