Bab X : Roommate
"Gila! Bagaimana bisa kau bersikap setenang ini setelah membuat kehebohan?" tanya anak laki-laki berkulit coklat gelap, rambut berantakan dan bermata sipit yang berjalan di sebelah kanan Zach. "Kau harus lihat sendiri bagaimana namamu mendadak viral di TAverse. "
"Apa itu TAverse?"
"Forum academy, astaga! Kau seperti baru keluar dari goa. Kita penghuni Toraq punya forum khusus sendiri untuk saling berbagi kabar. Sejenis Facebook jika kau kesulitan mengerti. Dan namamu sudah berseliweran di sana sejak dua minggu lalu. "
Di sebelah kirinya, anak laki-laki lebih tinggi dengan kaca mata bulatnya tampak mengerutkan kening. Mereka adalah teman sekamar Zach yang baru sampai asrama tadi pagi. Dua koper besar dengan warna berbeda dibiarkan begitu saja di dekat pintu asrama karena ketiganya terburu-buru menuju aula tempat penyambutan siswa baru hari ketiga diadakan.
"Aneh sekali, aku tidak pernah mendengar namamu. Jika kau cukup mampu berada di urutan pertama dengan lebih dari lima nilai A+ di mata pelajaran pilihan, harusnya namamu sering terdengar, " kata anak berkacamata bernama Aiden.
Satu informasi yang baru Zach terima dari dua teman barunya, namanya ternyata berada di urutan pertama dari ratusan siswa yang masuk ke Torac, menjawab rasa penasarannya kenapa bahkan penjaga asrama bisa tahu dirinya di hari pertama. Cukup mengejutkan juga baginya karena selama ini dia tidak punya orang lain sebagai pembanding untuk nilai-nilainya.
"Ya! Aiden benar. Kau berasal dari mana tadi?" tanya si rambut berantakan, Jason, yang paling berisik di antara mereka bertiga.
"Perbatasan Hega, " jawab Zach acuh. Dia lelah, sangat. Perjalanan panjang ditambah lagi tidur di tempat asing benar-benar menyiksanya. Dia bahkan sudah mengumpat pagi-pagi karena teman asrama pertamanya pergi begitu saja tanpa ada niatan untuk membangunkannya tadi pagi. Tanpa kedatangan Jason dan Aiden mungkin dia akan kembali absen hari ini dan tetap berada di ranjangnya sampai sore.
Moodnya benar-benar berantakan. Badannya sakit semua, nyeri di beberapa tempat dan mengantuk. Ditambah lagi rasa lapar yang menyerangnya sejak semalam. Jadi ketimbang meladeni dua temannya yang terlalu bersemangat, dia lebih memilih untuk menghemat energinya.
Mereka bertiga berjalan keluar dari asrama bersama-sama, melewati Rex dan John yang menyapa Zach kelewat antusias. Kekesalan Zach teralihkan saat melewati bangunan-bangunan di sekitarnya yang semalam hanya sempat dia lihat sekilas. Mereka bertiga kini berada di koridor sebelah utara yang merupakan salah satu pintu masuk menuju seluruh bagian Torac.
Ada total empat bangunan utama berbentuk bersegi panjang-- dua di antaranya memiliki tiga lantai termasuk bangunan dengan koridor yang sedang mereka lewati--mengelilingi lapangan indoor dengan rumput hijau yang nyaman.
Di ujung sebelah timur, tepat di mana pintu masuk utama berada, Zach melihat bangunan yang dia kira berbentuk angka delapan semalam. Bangunan itu tampak lebih menakjubkan jika dilihat siang hari, dengan atap terang berwarna biru transparan.
"Infinite Guest Build, mengambil bentuk lambang tak terhingga. Menakjubkan, bukan? Knowledge is as infinite as the universe, salah satu slogan Torac juga di cetak di pintu masuknya, " terang Aiden seolah menjawab kebingungan di wajah Zach.
Zach menoleh sekilas dan mengangguk. Cukup beruntung karena teman satu kamarnya adalah murid lama Torac yang sudah tahu seluk-beluk sekolah ini. Zach jadi merasa tidak perlu lagi membuka situs sekolah karena ada mereka.
Mereka terus berjalan sampai ke aula utama yang ada di ujung koridor, tepat di sebelah Infinite Guest Build berada. Terlalu asyik mengamati bangunan megah di depannya sampai tidak menyadari keadaan sepi di sekitarnya.
Sebagian besar murid senior memang belum hadir di sekolah, hanya para murid baru dan pengurus sekolah serta dewan guru yang semuanya sudah berada di dalam aula. Membuat ketiganya terdiam seketika saat membuka pintu aula yang sunyi dan pandangan mereka semua tertuju padanya. Zach melirik jam dinding besar di sudut kanan atas. Menelan ludah kasar karena baru menyadari ketiganya datang terlambat.
"Oh, sepertinya ada yang tersesat. Silakan cari tempat duduk yang kosong untuk mendengarlan pidatoku yang membosankan, " ucap Kepala Sekolah yang berdiri di tengah podium.
Di belakang podium Zach dapat melihat deretan dewan guru yang hadir hari ini, disusul para pengurus sekolah di kursi berikutnya. Semuanya tampak kaku dan tanpa senyum dengan tatapan tajam ke arah mereka, membuat Zach dan kedua temannya semakin gugup saat bergerak mencari kursi kosong terdekat secepat mungkin.
Kepala Sekolah mulai melanjutkan pidato, tapi bahkan kepala Zach tidak dapat menangkap satu pun maksudnya. Sosok-sosok di deretan kedua di belakang para guru berada menarik seluruh atensinya.
Zach merasa udara di sekitarnya menipis tiba-tiba. Tangannya terasa dingin dengan buliran keringat yang mulai bermunculan. Keduanya saling meremas tanpa dia bisa cegah. Bahkan, matanya semakin memicing saat melihat dua sosok itu mendekatkan kepala dan saling berbisik. Membuat sesuatu dalam dada Zach semakin bergemuruh tidak nyaman.
"Jangan bilang kau tertarik pada Putri Selena, " bisik Jason dari sebelah kirinya, ikut melihat ke arah mana mata teman barunya itu tertuju, membuat Zach menghembuskan napas panjang, tersadar jika sejak tadi dia ternyata sedang menahan napas. "Jangan macam-macam, kau lihat laki-laki berkulit pucat di ujung deretan kursi para guru? Ku dengar itu adalah kekasih Tuan Putri, dan hubungan mereka sudah berjalan cukup lama. Kau tidak akan ada kesempatan. "
"Bukannya kekasih Putri Selena berada di jurusan yang sama dengannya? Itu kabar yang ku dengar, " kata Zach ikut berbisik. Di depan sana, Kepala Sekolah sudah berganti tempat dengan Penjaga Sekolah yang sedang menyampaikan larangan-larangan selama menjadi pelajar di Torac.
"Memang benar. Tapi wartawan tidak menulis lebih spesifik. Senior di jurusan yang sama lebih tepatnya. Sudah ku bilang, mundur saja, jangan pernah coba-coba. "
Zach mendengkus. Siapa juga yang tertarik dengan manusia super cerewet itu, batin Zach.
"Siapa orang-orang yang duduk di belakang para guru itu?" Zach kali ini bertanya pada Aiden yang sejak tadi hanya menyimak percakapannya dengan Jason.
"Pengurus Sekolah, Ketua organisasi, ketua ekstrakurikuler, dan beberapa pembimbingnya, " jawab Aiden tanpa mengalihkan pandangannya dari podium.
Benar saja, saat ini di depan mereka para ketua ekstrakurikuler mulai menjelaskan tentang kelebihan kegiatan yang mereka pimpin. Mencoba menarik sebanyak mungkin murid baru agar bergabung bersama mereka.
Zach yang awalnya tidak menaruh banyak minat mulai bergerak gelisah di kursinya saat melihat rombongan Putri Selena mendekat. Sekarang giliran mereka mengenalkan kegiatan mereka dan Zach dapat melihat bagaimana murid-murid baru terlihat lebih antusias ketimbang sebelum-sebelumnya.
"Selamat siang, semuanya! Karena waktunya tidak banyak, kami akan langsung memperkenalkan diri dengan sejelas dan sesingkat mungkin.
"Kami adalah organisasi sosial pemuda yang mulai tahun ini akan menjadi bagian ekstrakurikuler di Tora Academy dan dikenal dengan nama The Sacred Seven. The Sacred Seven mengundang siapa saja yang memiliki jiwa sosial yang tinggi, memiliki kepedulian pada sesama dan menjunjung tinggi kesetaraan untuk dapat bergabung bersama kami dan siap berproses menjadi manusia yang bisa memanusiakan manusia lain.
"Kegiatan kami tidak akan mengganggu kegiatan utama adik-adik di sekolah. Semuanya sudah terstruktur tanpa membuat kalian harus memilih antara tugas sekolah dan kegiatan di organisasi. Tidak ada paksaan untuk mengikuti semua kegiatan yang kami adakan. Dan sebagai bonusnya, kegiatan-kegiatan sosial yang tercatat oleh pemerintah akan menambah Poin adik-adik yang sudah memasuki usia legal. Poin-poin ini akan menambah referensi kalian memilih universitas yang dituju atau saat mencari lowongan pekerjaan nanti.
"Tapi, saya ingatkan sekali lagi, poin ini hanya sekedar bonus. Kegiatan sosial yang kami lakukan lebih dimaksudkan untuk mengasah kepekaan kalian pada sekitar. Jadi, silakan bergabung dan lihat lebih dalam apa saja yang The Sacred Seven bisa berikan untuk kalian. "
Gemuruh tepuk tangan memenuhi aula. Dari sekian banyak ekstrakurikuler yang dikenalkan sepertinya The Sacred Seven yang mendapat antusias paling tinggi. Entah karena kegiatannya yang memang menarik atau orang-orang di dalamnya yang ternyata bukan orang biasa.
"Sacred Seven itu bentukan Putra Mahkota," ucap Aiden lagi saat mereka akhirnya keluar dari aula dan menuju ke kantin. "Tapi sekarang Putri Selena ketuanya. Mr. Felton, Mr. Wilson dan Mr. Blaire juga termasuk anggota inti saat ini. Selain mereka, angotanya sekarang lebih banyak di peringgi, hanya beberapa yang masih setingkat semenat, Daniel salah satunya. "
Zach menoleh cepat saat nama terakhir disebut. Perutnya mendadak terasa tak nyaman, dan dia yakin itu tidak ada hubungannya dengan rasa laparnya sejak tadi.
"Sepertinya aku tertarik, " ucap Zach tiba-tiba saat mereka akhirnya sampai di pintu kantin lantai satu, membuat kedua temannya menoleh bersamaan.
"Tertarik untuk?"
"Tentu saja menjadi manusia sosial dan bergabung dengan mereka. "
******
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top