Bab III : Owlsville Court
Owlsville Court berada di ujung desa Tala, sekitar satu jam perjalanan dari pusat kota Zerka, ibukota Provinsi Hega. Jika Dandami dan ibukotanya Partur terkenal dengan bangunan-bangunan tinggi perkantoran, Gewa sebagai pusat industri, Itya dengan hasil lautnya, maka Hega terkenal dengan tanah-tanah luas dan hasil perkebunan, pertanian serta peternakannya.
Desa Tala juga dikenal dengan rumah-rumah gaya Eropa yang menjadi pilihan tinggal para pensiunan yang ingin mencari udara segar dan hidup damai jauh dari suara bising kendaraan. Tidak mengherankan jika di desa ini jarang sekali terlihat kendaraan berlalu lalang, kecuali kendaraan yang mengangkut hasil pertanian dan perkebunan penduduk Tala untuk dikirim ke ibukota atau wilayah Tora lainnya. Bahkan, jarak satu rumah ke rumah lainnya tergolong cukup jauh karena tiap-tiap pemilik tanah biasanya memiliki ratusan hektar tanah untuk mereka kelola bersama para pekerja masing- masing.
Owlsville sendiri adalah sebuah bangunan tua yang terletak di ujung desa dan sudah menjadi rumah tinggal William sejak Serena, istrinya, meninggal dunia sepuluh tahun lalu. Rumah bergaya klasik Eropa dengan bata merah dan tanaman sulur yang hampir memenuhi seluruh bagian depannya itu dibeli dengan tabungan selama menjadi anggota militer negara dan dimaksudkan untuk rumah mereka menua bersama. Namun, kanker hati stadium akhir yang diam-diam diderita sang istri yang selalu ditinggal tugas itu merenggut impian sederhana William. Membuatnya harus menghabiskan masa tuanya hanya dengan para pelayan dan pengawalnya saja.
Rumah besar yang harusnya penuh kehangatan itu tampak hampa selama ini. Owlsville tak ubahnya seperti manor di abad pertengahan yang bergerak dengan sistem yang Sam jalankan. William selaku tuan tanah memiliki banyak pekerja perkebunan, pertanian dan peternakan yang setiap hari menjalankan bisnis keluarga tersebut.
Bedanya, William membagi asetnya berupa saham untuk masing-masing pekerja yang menunjukkan loyalitas, menjamin pendidikan anak-anak mereka sampai Peringgi, dan membebaskan apakah anak-anak itu kembali ke desa atau memilih pekerjaan lain di luar sana.
Tiga tahun yang lalu, pangeran kedua atau putra bungsu raja yang selama ini disembunyikan juga mulai menghuni Owlsville. Buntut dari usulan Perdana Menteri Kelan yang baru menjabat agar istana tempat tinggal keluarga kerajaan dibuka untuk umum dengan alasan agar keluarga kerajaan semakin dekat dengan masyarakat. Usulan yang sempat menjadi kontroversi itu akhirnya disetujui dengan syarat hanya dilakukan saat akhir pekan dan beberapa lokasi saja. Membuat keberadaan Pangeran Andrew rawan terendus media.
Dengan banyak pertimbangan dan usulan tempat tinggal baru —termasuk di kediaman raja sebelumnya atau sang kakek dari pihak ayah, Andrew akhirnya diungsikan ke Owlsville dengan pertimbangan keluarga dari pihak ibu tidak terlalu sering disorot media. Bahkan nama panggilannya pun diganti menjadi Zach untuk mengelabui masyarakat sekitar.
Owlsville terasa lebih hidup sejak itu. Seperti remaja seusianya, Zach sangat ingin tahu tentang banyak hal. Berkeliling dari satu ruangan ke ruangan lainnya untuk banyak bertanya atau sekedar mengganggu para pengurus rumah dan pengawal. William juga tidak sedatar sebelumnya. Lebih banyak ekspresi wajah yang ditunjukan oleh ayah dari sang ratu itu sejak cucu bungsunya menetap di sana.
Variasi makanan pun lebih beragam dan semakin diperhatikan karena semua orang di rumah itu paham bahwa kondisi tubuh tuan muda mereka sedikit spesial. Perabot-perabot yang sekiranya rawan membuat terluka semuanya diganti. Para pengawal juga tersebar di sekitar rumah walau tidak selalu menampakkan diri. Kendati Zach sangat aktif dan suka mengganggu, ada saat-saat anak itu terlihat tidak menyukai terlalu banyak orang. Karenanya, William membuat bangunan khusus untuk para pekerja di belakang bangunan utama. Sebisa mungkin membuat Zach merasa lebih nyaman.
Namun, ada yang berbeda dengan Owlsville seminggu belakangan ini. Tuan muda mereka yang biasanya senang berpindah tempat ke sana-ke mari itu terlihat berbeda. Anak itu bahkan lebih sering menghabiskan waktu di ruang baca atau di ruang santai yang terletak di bahu timur bangunan utama dengan buku tebal di pangkuan dan segelas susu hangat favoritnya, seperti yang didapati Sam siang ini, saat hujan lebat tiba-tiba mengguyur Tala sejak pagi hari.
"Apa yang sedang Tuan Muda baca?" tanya Sam membuka percakapan.
Pasalnya, buku yang ada di pangkuan Zach bukanlah buku yang mudah ditemukan sekarang ini. Sam bahkan lupa kapan terakhir kali dia melihatnya. Walau begitu Sam ingat seperti apa sampul buku yang dulu sempat menjadi kontroversi itu.
"Sejarah Tora Tingkat 3. Ntahlah aku lupa judul pastinya," ucap Zach tanpa mengalihkan pandangan dari halaman yang dia baca.
"Dari mana Anda mendapatkannya? Itu, itu agak, itu seharusnya tidak "
"Tidak apa? Tidak boleh kubaca juga? Apa membaca sejarah juga termasuk laranganku sekarang?" potong Zach dengan nada datarnya. Terlampau biasa mendengar larangan ini dan itu sampai tidak ada lagi emosi tersisa.
Sam yang menyadari kekeliruannya berusaha memperbaiki suasana. Mencoba mencari alasan lain karena buku itu memang tidak seharusnya dibaca sebebas ini. Dalam hati dia berpikir bagaimana cara menjauhkan buku itu dari tuan mudanya sesegara mungkin.
"Bukan begitu maksud saya. Hanya saja Sejarah Tora yang belum direvisi tidak akan banyak membantu Anda jika ingin mengikuti ujian. Lebih baik membaca yang edisi terbaru."
"Tidak masalah. Aku hanya ingin membacanya karena isinya seru. Seperti membaca dongeng."
Suasana kembali tenang seperti sebelumnya. Hanya terdengar rintik hujan yang sepertinya masih enggan untuk reda. Buku di depan Zach masih terbuka tetapi mata anak itu sudah tidak berada di sana sama sekali. Sam melihat perubahan di wajah remaja yang sudah tiga tahun ini menjadi tanggung jawabnya. Ada hal yang mengganggu pikiran tuan mudanya, dia tahu itu.
"Tuan Besar ingin mengajak Anda bermain catur, mungkin bisa sedikit menghilangkan bosan?" saran Sam setelah beberapa saat.
Zach menggeleng malas. "Tidak minat."
"Ingin ke dapur dan membantu Bibi Ann membuat kudapan? Ada susu segar yang baru dikirim dari peternakan juga pagi tadi. "
"Aku kenyang."
"Mau bermain Playstation di ruang keluarga? Saya bisa meminta Mark jadi lawan Anda."
Zach menoleh ke arah Sam dengan mata memicing. Orang dewasa satu ini cerewet sekali, batinnya. Zach hanya ingin waktu tenang untuk menjernihkan pikirannya yang belakangan ini terlalu sibuk.
"Aku tidak ingin melakukan apa pun," ucap Zach sambil menutup buku di pangkuannya. Ditariknya ujung selimut yang sejak tadi membungkus tubuhnya. Dia beranjak dari tempatnya duduk dan bergerak perlahan menuju ke arah pintu kaca yang menghubungkan ruangan itu dengan teras kecil yang menghadap langsung pada hamparan rumput hijau yang masih setia diguyur hujan.
"Tuan Muda, hujannya masih cukup deras. Sebaiknya, Anda kembali ke dalam," kata Sam sambil berjalan mengikuti Zach menuju teras.
Zach bergeming. Berdiri di dekat pagar pembatas dengan telapak tangan menengadah ke atas, berusaha merasakan air langit itu secara langsung. Remaja laki-laki yang akan berusia lima belas tahun itu tidak mengerti kenapa kepalanya dipenuhi hal-hal aneh tentang keluarganya belakangan ini. Bagaimana dia bisa sangat emosional hanya dengan melihat foto ayah, ibu dan dua kakaknya di halaman depan Harian Ibukota kemarin pagi. Atau, hari sebelumnya saat di koran yang sama, dia melihat foto ibunya dengan seorang remaja yang selama ini memang mendapat perhatian khusus dari sang ratu karena kejeniusannya.
Zach merasa ada yang salah. Ada sesuatu yang tidak benar yang membuatnya sesak. Namun, dia belum bisa melabeli perasaan apa itu karena masih terasa sangat asing untuknya.
"Sam, sejak kapan kau bekerja pada Kakek?" tanya anak itu tiba-tiba, berbalik menghadap Sam dengan sebelah tangan dibiarkan tetap berada pada pagar pembatas yang dingin.
Sam mengernyit bingung. Namun, dia tetap menjawab pertanyaan itu. "Sejak saya lulus Peringgi, menggantikan Ayah saya yang pensiun."
"Cukup lama juga. Bagaimana dengan keluargamu?
Apa kau dekat dengan ibumu?"
"Tentu saja. Ibu saya transmigran dari Itya, dan olahan ikannya adalah yang terbaik. Satu hal yang membuat saya selalu menyempatkan diri untuk pulang."
"Pasti sangat enak. Lalu, bagaimana dengan ayahmu?"
"Hubungan kami baik jika itu yang Tuan Muda maksud. Hanya saja karena kesibukan masing-masing kami tidak banyak berinteraksi. Saya cukup berambisi sejak kecil ngomong-ngomong. Tapi, beliau selalu datang setiap kali saya diwisuda. Dan menurut saya itu sudah lebih dari cukup mengingat pekerjaan ayah yang sangat banyak."
"Benar. Itu sudah lebih dari cukup. Tidak harus selalu ada, tapi setidaknya keberadaannya bisa dirasakan saat kita benar-benar membutuhkannya."
Suaranya melirih bahkan sebelum kalimatnya selesai. Membuat Sam yang mendengarnya menjadi khawatir. Anak itu kembali bermain air dan sudah tidak menghadap padanya lagi.
"Apa ada yang sedang mengganggu pikiran Anda?" "Tidak. Tentu saja tidak ada. Hal penting apa yang bisa dipikirkan anak kecil sepertiku?"
Jawaban yang keluar terlalu cepat itu justru membuat Sam yakin jika Zach sedang tidak baik-baik saja. Namun, anak itu sepertinya masih menyangkal perasaannya sendiri.
Hujan masih mengguyur Owlsville walau sudah tidak sederas sebelumnya. Dua manusia berbeda usia yang berdiri di teras itu tetap bergeming, larut dengan pikiran masing-masing. Setelah cukup lama hening, yang lebih muda kembali membuka suara.
"Sam, "
"Ya, Tuan Muda?"
"Apa sampai mati aku akan seperti ini?"
Sam membolakan mata mendengar pertanyaan tiba- tiba yang keluar dari pemuda di depannya.
"A-apa maksud Anda? Bagaimana bisa Anda berbicara seperti itu?"
"Apa sampai mati aku bahkan tidak boleh mengakui keluargaku sendiri? Apa selamanya fotoku bahkan tidak akan pernah berada di pigura yang sama dengan mereka?"
Tbc
*******
Sorry for the late update, meet the members of sacred seven here guys :
Martin Karl Windsover
- The Crown Price
- 26 tahun
- baru saja lulus S3
- anggota inti yang sudah lengser dari jabatan ketua Sacred Seven
- Terlihat acuh tapi menyeramkan saat benar-benar marah
Joan Axel Felton
- Keturunan keluarga Felton yang merupakan perdana menteri pertama Tora
- 24 tahun
- mengajar bahasa asing tingkat Semenat di Tora Academy
- otak dari The Sacred Seven yang sebenarnya
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top