5.2 Janji Temu
"Mas Jo, ada bunga," ucap Nanang, karyawan bagian finance, yang tak sengaja bertemu Joel di anak tangga terbawah.
"Bunga? Ibu yang kirim?"
"Kalau itu saya kurang tahu." Nanang menunjuk ruang tengah yang kini berfungsi sebagai ruang santai bersama. "Kata Ina disuruh taruh situ aja, jadi saya taruh situ."
Bibir Joel membulat tanpa mengeluarkan suara. Pria bermata bulat itu tersenyum ramah, kemudian menepuk bahu Nanang, sebagai kata ganti ucapan terima kasih. Niatnya untuk langsung menuju garasi tertunda. Langkahnya berbelok menghampiri buket bunga yang tergeletak di meja kaca.
Hal pertama yang Joel lakukan ialah mencari kartu nama si pengirim. Senyumnya langsung sirna begitu menemukan nama Henrietta tercetak bersamaan pesan singkat "I'm sorry".
Joel berdecak. Kemarin Henrietta melamarnya. Hari ini wanita itu malah mengirimi bunga.
"Ah, sudah lihat, ya, Mas?"
Joel menoleh. Dia menggeleng kecil menggambarkan ekspresi sedikit kesal. Bunga itu pun berpindah ke tangan Inasa.
"Kalau ada kiriman lagi dari orang yang sama, langsung antar ke depan kamar gue aja, Na. Kalau kelihatan karyawan lain, bisa-bisa malah jadi bahan gosip."
Inasa meringis. "Terus, ini mau dibuang saja?"
"Sebentar." Joel mengeluarkan ponsel. Dia memfoto buket bunga. "Sudah. Terserah lo mau diapain."
Joel:
Nggak perlu kirim bunga
Saya nggak suka bunga
08.19
Joel tidak mengharapkan pesannya langsung dibalas. Jadi, dia menyimpan kembali ponselnya. Selama perjalanan menuju kantor pusat, Joel berusaha menghalau bayang-bayang Henrietta dan segala hal tentangnya.
Pesan balasan masuk ketika Joel baru saja mematikan mesin mobil, sesampainya di tempat parkir.
Hen:
Saya minta maaf kalau chat saya kemarin menyinggung perasaan kamu.
Kalau boleh jujur, sebenarnya saya juga sedang dalam posisi sulit. Saya butuh bantuan kamu, Joel.
08.37
Joel membaca pesan dengan mengecilkan mata. Alisnya nyaris menyatu karena terlampau keras berpikir. Joel mengabaikan pesan tersebut, padahal selama menghadiri rapat pikirannya tentang Henrietta semakin menjadi-jadi.
Bantuan jenis apa yang membuat wanita setangguh Henrietta sampai tiba-tiba melamar Joel? Tak mau bertanya-tanya sendiri, Joel langsung meraih ponsel. Jawabannya tentu hanya ada di dalam kepala Henrietta, dan Joel harus mencari tahu.
Joel:
Ajakan melamar kemarin itu main-main kan?
08.53
Hen:
Kalau saya bilang beneran, kamu bakal marah lagi?
08.54
Joel:
Saya nggak marah, cuma nggak habis pikir
Untuk apa mbak lamar saya?
Apa hubungannya dengan perusahaan?
Terlebih lagi, saya sama sekali nggak berniat menikah sebelum usia saya masuk kepala 3
Dan saya punya cita-cita menikahi perempuan yang saya cinta
08.56
Hen:
Saya pun begitu. Tapi saya harus mengedepankan logika. Saya butuh pernikahan 'sekarang', nggak ada waktu untuk jatuh cinta.
08.57
Joel:
Sabar, sabar
Sepertinya mbak lebih butuh bantuan daripada perusahaan saya
Boleh saya tahu masalahnya apa?
Mungkin ada solusi lain, selain pernikahan yang terburu-buru
09.19
Hen:
Saya yakin kamu tahu bagaimana dunia entertainment bekerja. Baju apa yang kamu pakai, kendaraan apa yang kamu bawa, sampai tangan siapa yang kamu gandeng, itu semua menunjukkan status sosial.
09.20
Joel:
Then?
09.22
Hen:
Soon saya akan berusia 32 th, usia yg terlalu matang disebut sebagai gadis oleh keluarga saya. Ayah dan kakak-kakak saya mulai belingsatan merencanakan perjodohan. Saya nggak setuju. Apalagi pria yg mereka tawarkan jelas-jelas nggak bisa mengakomodasi keinginan saya untuk terus berkarier.
Lalu, saat gala dinner acara ulang tahun TV swasta minggu lalu, saya ketemu ibu kamu, Bu Hilda. Saya jadi teringat bahwa meskipun kamu terhitung sebagai artis di bawah label Abraham, kamu sebenarnya punya andil besar membesarkan perusahaan. Meskipun susunan organisasi perusahaan kamu sgt tertutup, saya menebak kamu masuk dalam jajaran boards of directors.
10.09.
Henrietta memang hanya mengirim dua pesan, tetapi isinya panjang-panjang berupa paragraf. Semakin dibaca, semakin membuat pusing. Joel memijat pelipis. Setelah berpikir lama, akhirnya dia sampai pada satu kesimpulan terbijak.
Joel:
Sebaiknya kita bicarakan ini langsung
10.11
Urusan perusahaan saja sudah cukup berat. Joel tidak mengerti kenapa dirinya tidak memilih mengabaikan penderitaan Henrietta. Mungkin ada sebagian dari dirinya yang penasaran sejauh mana Henrietta, kompetitor bisnis Joel, mengetahui kemalangan Abraham Records & Artist Management. Mungkin juga Joel sebatas kasihan pada nasib Henrietta, yang selama ini digembor-gemborkan media sebagai salah satu tokoh wanita yang berpengaruh dalam perkembangan industri hiburan tanah air.
Maka, setelah Henrietta mengamini ajakan bertemu, Joel langsung menghubungi Inasa. Dia butuh saksi mata, sekaligus alibi, supaya pembahasan nanti malam tidak terkesan terlalu personal.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top