Chapter 5 - First Step
Permata itu muncul dan langsung melayang ke tangan Nicholas.
Dia seperti sudah menunggu sangat lama untuk dilepaskan kembali oleh pemiliknya. Pendar cahayanya sangat terang, hingga Nicholas sempat merasa silau dan menutup mata sejenak. Tapi dia kemudian menyimpan segera mutiara ke dalam saku bajunya.
Wujud Nicholas juga sudah kembali ke wujud manusia.
Dia langsung berubah wujud, saat mutiara tersebut menyentuh tangannya.
Pria itu menarik napas panjang. Dia merasa lega karena satu misi telah diselesaikan. Tapi ada sebuah keanehan yang dirasakan Nicholas begitu dia mengantongi permata merah yang bersinar itu. Yakni pendarnya yang bisa menembus kain baju yang dikenakan oleh Nicolas.
Hingga menerangi seluruh lorong karenanya.
Nicholas bisa mengetahui itu karena obor di lorong tambang juga padam bersamaan dengan terbukanya peti kayu. Tapi ruangan itu tetap bercahaya. Dan itu membuat Nicholas merasa was-was dengan pendar cahayanya. Sebab menurut Nicholas, pendar cahaya itu bisa mengundang perhatian hewan buas atau sosok jahat lain yang mungkin bersembunyi di antara tambang dan juga hutan.
Sehingga Nicholas sekarang berusaha mencari keberadaan kain atau benda lain yang mirip dengan peti kayu itu, tapi lebih kecil untuk tempatnya menyimpan sang permata dengan lebih aman.
Dia membuka kembali peti kayunya, tapi tak menemukan apapun.
Sampai suara ringkikan kuda terdengar sangat dekat dari tempat Nicholas berada.
Suara kuda yang begitu jelas dan familiar, karena sudah dua kali didengar oleh Nicholas sebelumnya.
"Pengendara hitam!" gumam Nicholas.
Dia berdecak. Dan mencoba mencari tempat untuk sembunyi, tentu saja sambil menyembunyikan pendar cahaya permata yang terus saja berusaha untuk menembus kain bajunya.
"Ini bahkan tak bisa disembunyikan!" geram Nicholas.
Suara ringkikan kudanya semakin kuat dan terus mendekat. Hingga Nicholas akhirnya memilih untuk mencari salah satu mantra yang mungkin bisa menyembunyikan dirinya dan tertulis di dalam buku pemberian Gregory.
Sayang, tidak ada mantra semacam itu di dalam sana. Sampai Nicholas ingat soal jubah pemberian Gregory sebelumnya yang bisa melindungi dan menyembunyikan Nicholas dari pandangan para pengendara hitam.
Dia segera memakai jubahnya.
Ajaib!
Pendar cahaya dari permata merah itu memang sedikit berkurang intensitasnya karena tertutup dengan jubah itu. Tapi tetap saja, masih ada pendar cahayanya. Tak ada waktu yang tersisa dan tak ada yang bisa dilakukan kecuali satu hal, yaitu dia harus menghadap tembok dan membuat pandangannya tak lagi mengarah ke lorong tersebut.
Udara di sekitarnya sekarang berubah menjadi sangat dingin. Seperti kehidupan sudah meninggalkan tempat itu dan udara lembab yang awalnya memenuhi lorong tambang, berubah semua menjadi udara yang super dingin.
Nicholas merasakan udara dingin itu menusuk sampai ke dalam tulang.
Kini tiak ada suara ringkik kuda. Hanya ada suara geraman dari kuda yang ditarik kekangnya. Dan juga tapak kaki yang menggema ke seluruh lorong tambang.
"Dre de sine o'toole?"
Untuk pertama kalinya Nicholas mendengar suara sang pengendara hitam yang saling berbicara satu sama lain.
"Sine si kol he ...," ucap yang lain.
Praktis, ada sekitar empat sosok pengendara hitam yang ada di dalam lorong bersama dengan Nicholas. Persis di belakang punggung Nicholas dan berusaha mencari permatanya.
Mereka melihat ke arah peti kayu dan menggeram kesal. Sebuah suara yang terdengar sangat menyeramkan. Sampai bulu kuduk Nicholas berdiri. Dia tak tahu kalau berada di antara mereka semua akan terasa begitu mengerikan.
Nicholas jadi kembali terbayang dengan kejadian saat Ibunya meninggal.
Mereka pasti jadi salah satu pelakunya di sini. Dan darah pria itu sangat mendidih, hingga bersiap untuk berubah wujud lagi menjadi sesosok serigala lycan seperti sebelumnya. Martha—rupanya salah satu pemantik perubahan dalam diri Nicholas yang sangat besar. Atau mungkin, peristiwa yang menyangkut soal Martha yang menjadi penyebabnya.
Nicholas mulai mendengus.
Dia mulai sulit untuk mengendalikan dirinya. Dan semua perubahan yang hampir terjadi, membuat getaran di dalam lorong tambang muncul dengan caranya sendiri. Menarik para pengendara hitam yang masih ada di sana.
"Sine sier he fa ...," ucap satu pengendara hitam itu.
Sementara yang lain, terlihat berputar mencari sesuatu. Yang tak lain adalah mencari sosok serigala yang aromanya mulai tercium di sana dengan sangat kuat. Dan entah ini adalah keberuntungan atau bukan, tapi mereka kemudian pergi dari sana dengan cepat. Memburu aroma serigala yang kemudian perlahan menghilang. Bersamaan dengan Nicholas yang mampu mempertahankan dirinya tetap menjadi sosok manusia biasa.
Nicholas bergerak cepat. Mengambil arah yang berlawanan.
Dia kembali duduk di kursi tahta dan mengucapkan mantra yang sama, dengan harapan bahwa kursi itu akan kembali membawanya ke tempat lain yang lebih aman.
Dan semua tebakannya tepat!
Kursi itu kembali bergerak cepat. Tapi bukan lagi ke atas atau bawah. Melainkan mundur ke belakang. Dan kali ini, tanpa harus memaksa Nicholas untuk mengubah wujudnya. Hanya saja perjalanan kali ini terasa lebih ajaib.
Tidak ada lagi getaran yang terasa atau apapun itu. Kecuali Nicholas yang tiba-tiba sudah berada persis di dekat bibir pantai. Tempatnya mendarat sebelumnya dari kapal, dengan sampan aneh yang seolah menunggu untuk dia naiki.
Tak mau membuang waktu dan membuat pengendara hitam berhasil mengambil mutiaranya. Nicholas langsung menaiki sampan. Dia sudah cukup jauh dari bibir pantai, ketika matanya menangkap sosok pengendara hitam yang berhenti di antara pepohonan. Memperhatikannya dari jauh, lalu tetap di sana tanpa melakukan pergerakan apapun.
"Mereka pasti takut air!" tukas Nicholas.
**
Sementara itu, Gregory mulai kembali ke tempat tinggalnya dan berniat menunggu Nicholas sambil melanjutkan pekerjaan sebagai ahli beladiri dan ramuan yang menjalankan sebuah tempat mengajar.
Tapi langkah kakinya terhenti dengan kemunculan seseorang yang sejak dua hari lalu disadari Gregory telah mengikutinya sepanjang waktu. Menguntitnya dan membuat Gregory merasa tidak nyaman untuk terlalu lama ada di pusat kota Sinanese.
"Mau sampai kapan kau ada di sana dan mengawasiku?" tanya Gregory.
Tidak ada jawaban dan semuanya sangat sunyi. Sampai Gregory merapalkan mantra dan mengarahkannya pada sebuah pohon di salah satu titik hutan. Dan pohon itu pun terbelah, terjatuh menimpa tanah.
Memaksa dan membuat seseorang yang bersembunyi di sana langsung bergerak dan terbang seperti burung untuk menghindari pohon tersebut. Dia tak langsung berada di dekat Gregory. Melainkan menuju pohon lain dan berdiri di salah satu dahannya yang besar.
Tatapan matanya tajam dan dia pandai melakukan kamuflase.
Tapi Gregory masih bisa melihat sosoknya dengan jelas dan langsung menjejakkan kakinya ke tanah dengan kuat, sebelum dirinya juga terbang dengan cara yang serupa. Dia juga mendaratkan dirinya ke dahan yang ada di dekat sosok itu berada.
"Apa yang membawa kau sampai datang ke sini?" tanya Gregory.
"Berhenti berpura-pura di hadapanku, Gregory!" seru sosok itu. "Aku tahu kalau kau yang telah melakukannya malam itu ...!" ucap sosok tersebut di hadapan Gregory.
Tapi Gregory justru tertawa dan mengejek sosok tersebut.
"Bukankah kau yang melakukannya?" tanya pria itu balik pada sosok mengerikan di hadapannya.
"Aku memperingatkanmu sekali lagi ... kalau kau tak boleh melewat batas yang telah kita sepakati sebelumnya!" tukas sosok itu lagi dengan nada bicara yang sangat serius. "Jika kau sekali lagi berani melebihi batas yang sudah aku buat, maka aku akan menghancurkan semua yang sudah kau bangun selama ini. Bahkan ... aku tak segan untuk membunuhmu juga!"
Setelah berkata demikian, sosok itu pun pergi.
Bukan terbang seperti tadi. Tapi menghilang seperti embusan angin yang menggerakkan dedaunan dan juga ranting pohon di sana. Sampai kepergiannya pun, tak disadari oleh Gregory yang masih berniat menjawab lagi peringatan itu.
Kini Gregory hanya bisa melihat ranting yang dipakai untuk jejakan kaki itu kosong.
Dan mengulas senyuman penuh arti di wajahnya.
"Guru ...!" teriak salah satu murid Gregory yang baru menyadari kalau gurunya sedang berada di atas ranting sebuah pohon. "Apa yang kau lakukan di atas sana, Guru?" teriaknya lagi.
**
[Wilayah Poliq Selatan, Kepulauan Pumia.]
Nicholas tergeletak di bibir pantai wilayah kepulauan Pumia sekarang.
Beberapa benda yang dibawanya dari Sinanese, terlihat bergeletakan di sekitarnya dan basah oleh air laut yang baru saja menenggelamkan Nicholas beberapa saat lalu. Dan membuat Nicholas bahkan hampir menganggap kalau dia akan menemui ajalnya malam ini.
Pria itu menarik napas panjang.
Dia menatap langit yang mulai berubah menjadi kelabu di atas sana dan mengingat kejadian yang dialaminya tadi. Tepat di tengah laut, ketika dia masih mendayung sampan yang dinaikinya dengan sekuat tenaga menuju Wilayah Pumia.
Nicholas baru saja akan membiarkan sampannya terbawa arus laut karena kelelahan mendayung hampir seharian penuh. Tapi sebuah tabrakan kecil dirasakan oleh Nicholas yang dialami oleh sampannya.
Sampan pria itu seperti membentur sesuatu hingga Nicholas sangat terkejut juga ketakutan.
Khawatir kalau ada karang atau semacamnya yang membuat sampannya bisa berlubang dan dia akan tenggelam di tengah lautan, sendirian.
Tapi bukan karang yang ditemui oleh Nicholas saat ini.
Melainkan seekor ikan raksasa yang mirip hewan mamalia terbesar di dunia. Tapi ukurannya jauh lebih besar, dengan warna yang juga lebih gelap. Sosoknya bahkan membuat bulu kuduk Nicholas merinding saat pria itu melihatnya dari atas sampan.
Nicholas berusaha tetap tenang.
Dia tak mau membuat gerakan yang mengejutkan makhluk raksasa itu, hingga memberikan alasan untuknya menyerang sampan yang ditumpangi Nicholas.
Tapi keinginan pria itu tak terlaksana, sebab ikan itu memutar sampan kecilnya dan membuat gelombang di sekitar sampan yang cukup besar. Hal ini tentu saja, menyebabkan sampan Nicholas oleng beberapa kali. Dan membuat pria itu hampir jatuh ke air.
Nicholas buru-buru mencari sesuatu yang bisa mengalihkan ikan besarnya. Tapi belum sampai dia menemukan yang dicari, ikan itu sudah lebih dulu bergerak kasar dan membuat sampan Nicholas benar-benar tenggelam. Ikan itu pun membuat Nicholas yang memang tak bisa berenang, jadi hampir mati tenggelam.
Bayangan itu masih menghantui Nicholas. Bahkan dia sampai tak habis pikir, kenapa bisa dia berenang dengan cara sedemikian rupa.
Napasnya masih tersengal dan dia terlihat pucat. Darahnya seperti berhenti mengalir untuk sesaat.Dan butuh waktu sampai kesadarannya bisa mencapai ke seluruh tubuh.
"Astaga ...!" Suara teriakan seorang pria terdengar tiba-tiba.
Tebakan Nicholas tepat. Tak lama setelah mendengar suara teriakan itu, seorang pria muncul dan menghampiri Nicholas dengan wajah panik. Dia melihat keadaan Nicholas secara seksama.
"Apa kau masih hidup?" tanyanya. "Apa kau ... masih bisa mendengarku?" tanya pria tua itu lagi pada Nicholas. "Kau ... apa kau benar masih hidup?" Dia memeriksa denyut nadi Nicholas dengan menyentuh pergelangan tangannya.
Dan pria itu berdecak. Dia melihat Nicholas sedikit membuka mata.
Masih lemas, tapi dia jelas masih hidup. Hingga sang pria tua yang misterius itu menggendong tubuh Nicholas dengan menaikkannya ke atas daun besar yang diseret sedemikian rupa olehnya sampai ke sebuah gubuk.
Dan pria itu tak lagi bisa mengingat kejadian selanjutnya.
Pandangannya berubah gelap. Serta kesadarannya mulai menghilang bersamaan dengan suara yang mulai tak terdengar.
**
Entah sudah berapa lama Nicholas tertidur dan tak sadarkan diri.
Tapi angin laut yang menebarkan aroma asin hingga menyengat akibat matahari, kini membelai kulit Nicholas yang tak tertutup oleh kain baju.
Pria itu mulai membuka perlahan matanya dan merasakan tubuhnya terasa lebih ringan dari biasanya. Dia juga merasakan perih di beberapa bagian tangan dan kakinya juga untuk beberapa waktu. Cahaya yang terlalu terang bahkan membuat Nicholas hampir tak ingin membuka matanya. Kalau suara pria yang sama tak terdengar lagi.
"Apa kau sudah bangun?" tanya pria itu.
Tak memberi jawaban jelas. Nicholas hanya menggeram pelan sambil berusaha menggerakkan tubuhnya sedemikian rupa.
"Jangan terburu-buru!" Pria itu menekan lengan Nicholas untuk menahannya tak bangun lagi. "Kau butuh banyak waktu untuk beristirahat."
Nicholas akhirnya bisa melihat sepenuhnya. Dia mendapatkan penglihatannya dengan sangat baik dan cukup terang. Dan tangan seorang pria kembali memapah tubuh Nicholas untuk bisa duduk dengan tegak di atas tempat pembaringannya.
"Apa aku masih hidup?" Pertanyaan aneh yang dilontarkan oleh Nicholas begitu dia menyadari keberadaannya di sini.
"Kau masih hidup. Dan kau masih sangat baik-baik saja." Pria itu berkata.
Sekarang dia duduk di depan Nicholas dan tersenyum. Mencoba melihat ke arah luka yang ada di tangan dan kaki Nicholas. Dimana luka itu sudah dibalut dengan kain yang sepertinya akan diganti, jika melihat apa yang dibawa oleh si pria tua itu.
"Aku Faulk," kata pria itu mengenalkan dirinya. "Kau bisa memanggilku dengan nama itu."
"Nichol--" Mata Nicholas mendadak berkunang-kunang.
"Lebih baik kau berbaring lagi. Jangan duduk dulu," tukasnya.
Nicholas mengerutkan keningnya dan berbaring kembali. Merasakan kepalanya berputar seperti diawal dan napasnya yang mulai agak sesak. Benar-benar diluar kendalinya.
"Kau beruntung masih selamat dari ombak besar yang terjadi malam kemarin. Andai saja kau tak selamat ... mungkin kau akan berakhir seperti orang-orang yang sebelumnya berusaha datang ke sini untuk mencari puing-puing harta yang tersisa." Faulk berkata.
"Ombak besar?" Nicholas bergumam sekaligus bertanya.
"Yah, kemarin sebelum aku menemukanmu di bibir pantai. Terjadi ombak besar yang menelan banyak kapal di samudra. Ombaknya begitu besar, hingga hanya ikan saja yang mampu selamat melalui ombak itu," ucap Faulk mengejutkan Nicholas.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top