The Heaven (V)
Sebuah rumah yang sangat sederhana disertai kabut tebal dengan pepohonan tinggi di sekelilingnya menjadi tujuan mereka berempat—Jaebum tidak dihitung karena masih tak sadarkan diri. Taehyung memantapkan hatinya, lantas kakinya mulai melangkah berbarengan dengan Jinyoung yang juga tengah membawa Jaebum, sementara Tzuyu dan Nayeon mengikuti dibelakang.
Mereka baru sampai dihalaman rumah itu, namun pintu tua itu tiba-tiba saja terbuka, menampilkan sosok lelaki dewasa dengan kulit putih pucat. Dia adalah Dongwook, satu-satunya staff sekolah yang paling disegani karena memiliki aura misterius dan menyeramkan di manapun dia berada. Ia melirik ke arah Taehyung, lalu menghela napas saat melihat beberapa siswa yang datang bersamanya. “Cepat bawa dia ke dalam dan baringkan di sofa, dia harus segera ditangani,” ujarnya seolah mengetahui apa yang baru saja terjadi pada mereka.
Tahyung mengangguk, lantas membawa Jaebum masuk ke dalam bersama Jinyoung. Obsidian tajam Dongwook langsung mengarah pada Nayeon saat gadis itu akan melangkah masuk. “Kau perlu berhati-hati. Aku peringatkan, sikapmu itu bisa membahayakan nyawa temanmu yang berusaha menyelamatkanmu,” ucapnya. Nayeon sempat tersentak, namun ia hanya bisa mengangguk saat melihat tatapan tajamnya.
Sementara Tzuyu sibuk mengamati isi rumah itu. Ia pikir rumah ini akan terlihat sangat tua dan sempit tapi semua itu langsung terpatahkan saat ia melihat isinya. Rumah ini terlalu luas, bahkan nuansanya lebih elegan dan klasik jika dibandingkan dengan luarnya yang lebih terlihat seperti rumah tua yang reyot. Di dindingnya banyak terdapat ornamen rusa dan lukisan-lukisan menyeramkan yang memiliki sentuhan optik yang menipu penglihatan. Yang paling menarik perhatiannya adalah lukisan seorang gadis yang tengah menyisir rambutnya di depan cermin. Ia dapat melihat pantulan yang berbeda dari cermin itu saat mengamatinya dari sudut yang berbeda. Namun sejauh apapun Tzuyu menyelami pantulan cermin itu, ia sama sekali tidak dapat menyimpulkan gambarnya. Terlalu abstrak dan ambigu, ia malah merasa jika cermin dalam lukisan itu malah memantulkan pantulan dirinya seolah-olah itu adalah cermin sungguhan.
Seseorang menyentuh bahunya membuat Tzuyu agak tersentak. “Jangan terlalu lama menatapnya, kau bisa kehilangan jati dirimu,” ujar Dongwook, entah sejak kapan lelaki itu ada di sana. Tzuyu melirik ke belakang dimana Taehyung dan Jinyoung yang tengah mengoleskan sesuatu ke tubuh Jaebum, “Jaebum—dia, akan selamat kan, sonsaengnim?” tanyanya tiba-tiba.
Dongwook ikut mengamati mereka, “Itu semua tergantung padanya. Tapi, sepertinya dia akan selamat. Jangan khawatir.” Ia kembali menatap Tzuyu. “Bagaimana denganmu? Bukankah seharusnya kau lebih mengkhawatirkan dirimu sendiri? Lenganmu bisa putus jika kau terus mengirisnya setiap malam.” Tzuyu membeku, wajahnya tiba-tiba saja menjadi pucat, darimana dia bisa tahu? Sementara Dongwook malah tersenyum tipis—nyaris tak terlihat. “Tenang saja, aku tidak akan memberi tahu siapapun. Aku bukan orang jahat,” ujarnya lalu menghampiri kedua lelaki yang saat ini tengah menyelimuti Jaebum yang masih tak sadarkan diri.
Di luar sana hujan deras mengguyur dengan hebatnya. Bahkan beberapa guntur dan petir yang kerap terdengar membuat suasana sepi ini semakin terasa menyeramkan. Saat ini kelima orang itu tengah duduk melingkar di atas karpet dekat perapian—sedang Jaebum tengah terbaring di sofa. Dongwook mengamati masing-masing siswa itu dengan obsidian tajamnya, lalu bertanya pada Taehyung, “Sebenanya apa yang terjadi? Kenapa kalian masih berkeliaran di sekolah pada tengah malam seperti ini?”
Taehyung tidak menjawab, ia malah menunduk, dan itu terlihat semakin mencurigakan dimata Tzuyu. Dongwook menghela napas, lantas pandangannya beralih pada Nayeon, “Apa yang terjadi? Aku tidak bisa membantu kalian mencari solusi jika kalian tidak memberitahuku.”
Nayeon memilin kedua tangannya dengan gugup, semenjak masuk ke rumah ini, entah kenapa ia terus merasa gelisah dan takut. Keberaniannya entah lenyap kemana dan setiap Dongwook bertanya padanya, mulutna seolah dipaksa untuk menjawabnya. “A—ada dua teman kami yang sepertinya tersesat dan terjebak di belakang sekolah jadi kami memutuskan untuk kembali masuk ke dalam sekolah untuk mencari mereka.”
“Ahh—sepertinya kalian siswa terpilih itu? perkumpulan rahasia The Heaven, benar?” terka Dongwook seraya terkekeh pelan seolah apa yang baru saja dikatakannya adalah sebuah lelucon. Ia menatap Taehyung lagi, “Kau kembali terjebak di lubang yang sama, ya? Seharusnya kau bisa memimpin rekanmu dengan baik, Taehyung-ah.”
Semua mata langsung tertuju pada Taehyung. Lelaki itu semakin menunduk, membuat Jinyoung menyikutnya pelan. “Ya, apa maksudnya? Kau—pernah menjalani misi ini? itu sebabnya kau berlagak seperti orang yang tahu segalanya? Woah—benar-benar tidak terduga.”
Taehyung masih tidak menjawab sementara Tzuyu menatap ke arah Dongwook. “Kalau begitu—apa tahun lalu juga pernah terjadi hal serupa? Apa—yang terjadi pada mereka?” tanyanya penasaran. Semenjak masuk ke dalam rumah ini, jiwa Tzuyu dan Nayeon seolah tertukar, Tzuyu yang biasanya hanya diam dan mendengarkan jadi lebih sering berbicara sementara Nayeon yang selalu cerewet malah jadi bungkam.
Dongwook menyesap cairan pahit dalam mugnya pelan. Ia menatap ke arah jendela yang masih dibasahi oleh hujan. “Entahlah, aku tidak begitu ingat. Tapi setiap tahun, pasti saja ada yang menjadi korban.” Dongwook kemudian mengamati Jaebum, “Masalah kalian ini baru permulaan. Kejadian yang menimpa Jaebum ini belum ada apa-apanya, jadi kalian harus bersiap.”
Keadaan kembali hening, masing-masing dari mereka kembali terjebak dalam pikirannya masing-masing sampai Jinyoung kembali angkat bicara, “Apa kau … tahu bagaimana keadaan kedua teman kami? Apa mereka masih baik-baik saja?” tanyanya, berharap jika Dongwook bisa tahu sesuatu mengenai mereka. Karena terlalu panik pada keadaan Jaebum membuat mereka melupakan Dahyun dan Jungkook yang kemungkinan besar masih terjebak di sekolah.
Mendengar itu, wajah Dongwook mendadak berubah dingin. ia menyimpan mug yang sejak tadi dipegangnya lantas menatap mereka satu per satu tanpa ekspresi. “Mereka sudah berhasil ke luar dari sini. Hanya ada dua kemungkinan yang terjadi.”
“Pertama, saat ini mereka masih menyusuri hutan di belakang sekolah. Dan kemungkinan yang kedua—mereka menginap di sebuah penginapan. Tapi sepertinya—kemungkinan dua yang terjadi karena diluar sedang hujan deras.” Lelaki itu kembali menyeruput kopinya yang sudah mulai mendingin.
“Tapi—apa hubungannya dengan hujan?” tanya Nayeon ragu-ragu. Dongwook tersenyum, tapi hal itu sama sekali tidak mempengaruhi aura gelap di sekitarnya. “Itu artinya mereka telah disambut oleh penunggu hutan.”
Sejak memasuki penginapan, mulut Jungkook terus terbuka kagum. Penginapan ini begitu luas dan mewah. Desainnya sangat elegan, bahkan mampu menyaingi hotel bintang lima yang pernah didatanginya. Sejauh ini belum ada yang terlihat mencurigakan baginya selain ucapan resepsionis saat perama kali mereka sampai di sana.
“Kalian seharusnya tidak datang kemari, tapi selamat datang. Kalian bisa menikmati layanan kami sampai matahari terbit besok.” Jungkook menurunkan Dahyun dari gendongannya, ia lantas menggenggam tangan gadis itu sepanjang perjalanan menuju kamar mereka.
“Dahyun-ah, kau sungguh akan terus menutup matamu? Kau pasti akan sangat menyesalinya karena tidak dapat melihat keindahan ini,” ujar Jungkook membuat Dahyun memberengut, “Memangnya semewah apa sih? kau sejak tadi cerewet sekali memintaku membuka dasi ini dari mataku.”
“Sangat mewah! Tapi sayang sekali kita hanya bisa menginap semalam.”
“Ya, apa kau tidak merasakan ada sesuatu yang aneh?” tanya Dahyun. “Aneh bagaimana?” Jungkook sibuk mengamati sekelilingnya. Penginapan ini lebih ramai dari yang ia kira, beberapa orang terlihat tengah menikmati makan malam mereka sedang yang lainnya tengah melakukan aktifitas lain yang beragam.
“Silahkan beristirahat, ini kamar kalian,” ujar sang resepsionis sebelum undur diri dari sana. Jungkook menoleh ke arah Dahyun lantas membuka ikatan dasi pada matanya. “Kau benar-benar harus melihatnya. Tempat ini begitu luar biasa.”
Dahyun masih memejamkan matanya, namun detik berikutnya, matanya mulai terbuka perlahan dan mendapati sebuah pemadangan yang menakjubkan sekaligus—menyeramkan. Ia melihat ada banyak orang dengan berbagai aktifitas normal di sini, namun bedanya, ada begitu banyak darah dan luka pada mereka. “J-Jungkook, kau yakin mereka manusia seperti kita?”
Jungkook ikut menyapu pandangannya ke sekeliling lalu menatap Dahyun bingung, “Kenapa? kau melihat sesuatu yang aneh?”
Dahyun masih tak mempercayai apa yang sedang dilihatnya saat ini. Pandangannya bertemu dengan seseorang dengan gaun merah, sedetik kemudian wanita itu tersenyum, namun tatapannya seolah menghipnotis Dahyun hingga membuat gadis itu langsung meralat apa yang ingin ia katakan sebelumnya, “Ah, aniya. Kau benar, tempat ini sangat luar biasa.”
Buru-buru Dahyun berbalik lalu menggenggam tangan Jungkook seolah mencari kekuatan. “Ayo kita masuk. Aku sangat lelah.”
“Oh, baiklah.” Jungkook membuka kamar itu, lalu masuk ke dalamnya. Di dalam kamar ini ada dua tempat tidur yang saling berhadapan dengan masing-masing nakas di samping ranjang, satu kamar mandi dan satu televisi yang diletakan di ujung kamar serta penghangat ruangan.
Jungkook menatap ke arah tangannya yang masih digenggam erat oleh Dahyun, “Ya, mau sampai kapan kau memegang tanganku?” tanyanya. Sementara Dahyun masih menatap ke depan dengan pandangan kosong, “Ya, apa kau mau tahu apa yang sebenarnya baru saja aku lihat?”
Alis Jungkook terangkat, Dahyun menoleh membuat pandangan mereka bertemu untuk beberapa saat. “Sepertinya memang benar kalau tempat ini bukan untuk kita.”
“Apa maksudmu? Kau tidak lihat jika ada banyak orang di luar sana tadi?”
“Mereka bukan orang.”
“Mwo?”
“Kau tahu drama Hotel del Luna? Drama yang menceritakan sebuah penginapan yang berisi hantu sebelum mereka pergi ke alam baka? Sepertinya penginapan ini juga sama seperti Hotel del Luna.”
Jungkook bungkam, “Be-benarkah?” cicitnya. Ia masih berharap jika saat ini Dahyun sedang bercanda, tapi mengingat jika gadis ini memang bisa melihat hantu, ia jadi mulai ngeri sendiri membayangkannya.
Dahyun menghela napas, ia memijit kepalanya yang mulai terasa pening, “Aku juga tidak tahu! Aku … aku juga masih tidak mempercayai apa yang barusaja aku lihat. Jungkook-ah, sekarang kita harus bagaimana? Sudah kubilang kan, mana mungkin ada sebuah penginapan di dalam hutan seperti ini, seharusnya kau mendengarkan ucapanku tadi!” Dahyun mulai kalut. Ia berjalan mondar-mandir sembari menggigiti kukunya.
Jungkook menghela napas seraya menyugar rambutnya yang sudah mulai agak gondrong itu ke belakang. “Kenapa kau tidak bilang dari tadi? Kalau kau bilang mungkin kita bisa saja langsung kabur.”
Dahyun menggeleng, “Tidak tahu. Padahal tadi aku sudah ingin mengatakannya tapi wanita itu membuatku mengatakan hal lain.”
“Wanita? Wanita yang mana?”
“Kau tidak lihat wanita dengan gaun merah tadi? Dia menatapku sembari tersenyum, tapi ia seperti sangat membenciku.” Dahyun mendudukan dirinya di sisi ranjang. “Dia seolah melarangku untuk menghentikanmu. Jelas sekali kalau ia ingin kita terjebak di sini.”
Helaan napas kembali dikeluarkan Jungkook, ia mengalihkan pandangan ke arah jam lalu mengernyit. “Dahyun-ah, kemarilah.”
“Ada apa?” Dahyun menghampiri Jungkook lantas melihat ke arah jam yang ditunjukan Jungkook. “Sejak kapan arah jarum jam ke kiri? Aku yakin kita telah terjebak di hutan selama berjam-jam, dan mungkin seharusnya saat ini sudah pukul 2 atau 3 dini hari. Tapi ini, masih jam 1?”
“Entahlah, jika arahnya ke kiri, bukankah waktunya jadi mundur?” Dahyun mengecek ponselnya lalu berdecak saat menyadari ponselnya telah mati. “Ahh … Aku lupa tidak membawa charger.”
“Seolma, waktu kita di sini jadi semakin melambat dan mundur ke masa lalu? Lihat, jamnya saat ini menunjuk jam satu kurang lima menit.”
“Benar!” balas Dongwook di tempat lain. Lelaki itu menunjuk ke arah jam besar yang terletak di sudut ruang utama yang tengah mereka tempati saat ini. “Kedua teman kalian telah membuka gerbang masa lalu, dan otomatis kalian juga terjebak di dalamnya.”
“Apa?” kaget Jinyoung. “Jadi kita akan kembali menjalani hari kemarin saat bangun nanti? Seperti dalam drama begitu?”
“Tidak begitu persis, tapi mirip. Kalian akan menjalani sekolah seperti biasa tapi—“
“Tapi?” tanya Tzuyu.
Tatapan Dongwook teralih pada Taehyung. “Kalian bisa menanyakannya pada Taehyung. Dia sudah pernah mengalaminya, bukan begitu Taehyung?”
Taehyung kembali jadi sorotan. Ia membasahi bibirnya gugup. “Ya, seperti itulah. Benar kata Jinyoung, tapi masa lalu yang akan kita hadapi bukan hari kemarin tapi jauh sebelum itu.” Ia menghela napas sejenak, menghilangkan rasa sesak dan takut setiap mengingat kejadian itu. “Kita akan masuk ke dunia lain sekolah, dimana para arwah yang kini bergentayangan di sekolah masih hidup.”
“MWO?!”
Meet
Lee Dong Wook
Part ini agak membingungkan ya, tapi kalo dibaca pelan-pelan pasti ngerti kok😉
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top