PART. 2 - Love
Sebenarnya, aku sangat lelah sekali. Momen dimana aku menjatuhkan diri ke ranjang, aku langsung terlelap sampai senja. Tentu saja, hal itu membuatku kaget. Secara otomatis, pikiran membawaku pada ketakutan atas dipulangkan kembali ke panti, atau aku akan dimarahi dan dianggap tidak sopan karena sudah menjadi tukang tidur di hari pertama menjadi anak angkat.
Aku tidak menyukai pikiran seperti itu karena hanya membuatku semakin lelah. Aku tidak mengerti kenapa ketakutan akan sesuatu yang belum terjadi bisa begitu besar seolah-olah hal itu sudah ada di depan mata padahal semesta belum melakukan apa-apa. Ironisnya, hal ini terjadi bahkan pada anak kecil seperti ini.
Tapi lagi-lagi, ketidakmampuan diriku untuk bersikap rasional dalam tubuh anak kecil seperti ini membuatku frustrasi. Aku benar-benar ingin membuat tubuh ini mengerti bahwa dia akan baik-baik saja dengan menjadi dirinya sendiri.
Aku mulai tergesa untuk membersihkan diri karena kebetulan dalam kamar ini terdapat kamar mandi. Semua sudah dipersiapkan dengan lengkap, peralatan mandi, handuk, bahkan jubah handuk pun disediakan meski aku tidak pernah memakai hal seperti itu.
Aku mandi dengan cepat, memakai pakaian tidur yang sudah disediakan di kamar mandi yang sepertinya memang untukku, dan mengikat rambutku yang basah begitu saja. Apapun yang terjadi aku harus segera keluar dari kamar ini dan meminta maaf pada mereka.
Dengan degup jantung yang sudah bergemuruh cepat, aku membuka pintu kamar dan keluar dari situ untuk menuju ke lantai bawah. Saat aku menuruni tangga, aku bisa mendengar ada kesibukan di dapur dan sepertinya itu dari orangtua baruku.
Gugup, juga takut, aku menjadi cemas saat sudah tiba di lantai bawah dan melihat Stacey tampak mengeluarkan sesuatu dari pemanggang dan Jacob yang sedang menaruh piring di meja. Bagaimana bisa aku main tidur dan baru bangun ketika mereka begitu sibuk? Seharusnya aku membantu mereka.
"Halo, Leia, kau sudah bangun?" sapa Jacob ramah saat menyadari kehadiranku, demikian juga Stacey yang langsung mengangkat tatapan untuk melihatku.
Tersentak, aku segera melangkah dengan gugup untuk mendekat dan berhenti di ujung meja makan dengan kepala menunduk sambil menggulung ujung piyama yang kukenakan dengan perasaan waswas.
"M-Maaf," ucapku gemetar seiring dengan perasaan ingin menangis.
"Kenapa kau meminta maaf? Apa yang terjadi?" tanya Stacey cemas yang tahu-tahu sudah mendekat padaku.
Aku tidak berani menatapnya dan semakin menunduk. Tiba-tiba, aku terisak pelan dan membuat keduanya berusaha menenangkan diriku. Jujur saja, aku tidak ingin ditenangkan seperti ini dan justru hal seperti itu membuatku semakin bersalah. Sebagian besar dari diriku merasa lelah dengan semua perasaan negatif yang mendominasi diri ini.
"Aku ketiduran dan baru bangun," jawabku sambil meliriknya takut.
Stacey dan Jacob yang membungkuk untuk memastikan keadaanku hanya tertegun, lalu kemudian keduanya tertawa pelan. Stacey membelai kepalaku, disusul Jacob yang mengambil alih untuk menggendongku ke dalam pelukannya.
Degup jantungku memburu kencang saat berada dalam gendongan seorang pria yang adalah ayah angkatku saat ini. Aku tidak pernah digendong oleh seorang ayah dan perasaan hangat yang kurasakan saat ini begitu meyenangkan. Aman, nyaman, dan tenang. Aku menyukai energi yang tiba-tiba merasuk dalam jiwaku sekarang. Kasih sayang yang diberikan begitu tulus hingga membuatku terharu lewat isakan yang masih terjadi.
"Tidak apa-apa, Leia. Kau lelah dan sudah seharusnya kau beristirahat. Kebetulan sekali makan malam baru selesai disiapkan, jadi, ayo kita makan bersama sebagai keluarga untuk pertama kalinya," ucap Jacob lembut sambil berjalan menuju meja makan dan mendudukkanku pada kursi.
Jacob duduk di sisi kiriku dan Stacey ada di sebrangku. Aku menatap meja makan dan spontan menelan saliva karena makanan yang tersaji begitu nikmat. Jika biasanya aku hanya menikmati satu macam lauk atau satu macam sayur dengan nasi di panti, tapi kali ini berbeda. Ada ayam, ikan, udang, juga dua macam sayuran, ditambah lagi potongan buah-buahan segar tersaji di meja.
"Kami tidak tahu apa yang menjadi kesukaanmu jadi kami berusaha membuatkan makanan ini untukmu. Kuharap kau menyukainya," cerita Stacey sambil menyendokkan nasi dan mengisinya di piringku, kemudian lauk dan sayurnya.
"Makanlah, Leia," ujar Jacob sambil mempersilahkanku untuk mengambil sendok dan garpu yang ditaruh di sisi piringku yang sudah terisi.
Gugup, aku menjadi ragu karena keduanya tidak makan tapi justru memperhatikanku. Pikiranku teringat tentang Tyson, salah satu anak panti yang dipulangkan dengan keluhan rakus karena selalu menghabiskan makanan tanpa permisi pada orangtua angkatnya. Tentunya, dari apa yang kulihat tidak akan membuatku melakukan hal yang sama jika tidak ingin dipulangkan. Aku harus menjaga sikap.
Pikiran negatif itu muncul lagi dan membuatku kembali lelah. Aku ingin pulih. Aku tidak ingin terus terkungkung dari segala macam ketakutan, kegelisahan, kecemasan yang membelenggu dalam tubuh kecil ini. Sama sekali tidak seimbang.
"Sabarlah. Waktumu belum tiba," suara Sabian muncul dalam relung jiwa seolah mengingatkan.
"Kurasa Alleia tidak nyaman jika kita tidak ikut makan, bukan begitu?" suara Stacey membuatku mendongak dan spontan mengangguk pelan sebagai balasan.
"Ah, iya juga ya, kau pasti tidak nyaman. Ayo, Sayang, kita makan. Sini, kuambilkan ayam goreng ini untukmu," seru Jacob riang sambil mengambil sepotong ayam pada piring Stacey.
"Dan nasi untukmu," balas Stacey penuh kasih.
Rasa haru menyeruak melihat kedekatan keduanya dalam cinta yang begitu kuat. Keduanya saling mencintai dan menerima satu sama lain.
Keduanya sudah mulai menyendok dan makan dengan lahap. Aku mengikuti mereka dan mengambil paha ayam yang ada di piringku karena sedaritadi ayam goreng itu seolah mengajakku untuk segera memakannya dan saat aku menggigitnya, demi Alam Semesta, ini adalah makanan ternikmat yang pernah kurasakan.
Tentu saja, seorang Alleia kecil yang penuh dengan ketakutan itu menahan diri untuk tidak menghabiskan makan malamnya. Meski dia masih lapar, tapi dia tidak ingin terlihat rakus karena menghabiskan makanan yang ada di piringnya. Bisa dibilang, aku hanya mencicipi makanan itu sedikit demi sedikit. Aku dituntut untuk meyakinkan mereka bahwa porsi makanku sedikit meski kemampuan untuk menghabiskan semua yang tersaji itu sangat mampu.
"Apakah kau tidak menyukai makanannya?" tanya Jacob dengan kening berkerut.
"Ini enak," jawabku pelan.
"Kenapa tidak kau habiskan? Apa ada yang kau inginkan? Aku akan membuatnya untukmu," kini giliran Stacey yang bertanya.
"Tidak, aku sudah kenyang," jawabku lagi sambil menggeleng.
Stacey dan Jacob tampak bingung dan terlihat kecewa. Aku merasa bersalah dengan sikapku yang seperti ini. Makanan itu terlalu lezat untuk ditolak tapi aku takut jika aku akan dianggap rakus dan tidak tahu malu.
"Mungkin Alleia masih lelah, Sayang. Mari kita biarkan dia beristirahat," ujar Jacob yang membuat perasaanku seketika lega.
Stacey mulai tersenyum dan mengangguk disana. Dia segera beranjak untuk menghampiriku dan mengajakku beranjak dari situ, kemudian mengantarkanku kembali ke kamar.
"Kau tidak perlu sungkan pada kami," ujar Stacey lembut saat kami sudah berada di kamar. "Jika kau membutuhkan sesuatu, kau bisa katakan pada kami."
Aku mengangguk. Kami duduk di tepi ranjang dengan posisi saling berhadapan.
"Kami adalah walimu, Leia. Apapun yang terjadi padamu adalah tanggung jawab kami dimulai dari sekarang, tapi aku ingin jika kitab isa saling terbuka," lanjut Stacey.
Aku kembali mengangguk sebagai balasan.
"Besok adalah hari pertama kau akan bersekolah. Kami akan mengantarmu dan mengenalkanmu pada guru barumu nanti," ujar Stacey sambil tersenyum dan melepas ikat rambutku secara spontan.
"Sangat tidak baik jika kau mengikat rambut dalam keadaan basah karena itu bisa merusak rambutmu. Mari, aku keringkan dengan alat pengering yang kutaruh di kamar mandimu," ujar Stacey sambil beranjak ke kamar mandi dan kembali dengan alar pengering.
Perasaanku menghangat saat menerima kasih sayang seorang ibu padaku. Kepala panti adalah orang penuh kasih dan welas asih, tapi dengan Stacey, rasanya berbeda. Seperti kau mendapatkan perhatian yang hanya diperuntukkan untukmu saja dibandingkan perhatian pada umumnya. Begitulah perbedaan yang kurasakan.
"Apa yang kau inginkan untuk bekal sekolahmu nanti?" tanya Stacey setelah selesai mengeringkan rambutku dan menyisirnya lembut.
Bekal? Aku tidak tahu jika bersekolah harus membawa bekal karena yang aku tahu adalah aku hanya mendapatkan makananku jika berada di panti dan menahan lapar selama di sekolah sampai bel pulang.
"Aku tidak tahu," jawabku jujur.
Stacey tersenyum sambil menangkup wajahku dengan tatapan penuh kasih. "Aku akan berusaha sebaik mungkin untuk membuatmu nyaman. Aku akan membuatkan bekal terbaik yang bisa kulakukan."
Aku tersenyum dan mengangguk dengan rasa syukur yang meluap dengan kasih sayang dan perhatian yang begitu besar darinya.
"Tidurlah, kau harus beristirahat," ucap Stacey lagi.
Kami berdua sama-sama menoleh saat mendengar adanya ketukan dan tampak Jacob datang sambil membawakan segelas susu putih di tangannya. Dia tersenyum dan menyodorkannya padaku.
Susu itu hangat, termasuk kasih sayang yang terasa dan menerobos masuk ke dalam hati yang membuat mataku berkaca-kaca. Aku sangat terharu oleh kasih karunia yang diberikan padaku lewat dua orang ini dalam hidupku. Ternyata, masih ada banyak hal baik yang bisa diterima dan semesta sangat mengasihi setiap mahkluk hidup tanpa terkecuali.
"Susu hangat akan membantumu untuk tidur dengan nyenyak sebelum tidur," ujar Jacob sambil tersenyum hangat.
"Terima kasih," ucapku haru.
Dan benar saja, malam pertama di rumah baruku, aku mendapatkan tidurku yang paling lelap dan menyukakan hatiku selama aku dilahirkan di bumi ini.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Hello, apa kabar?
Menulis cerita ini meski genre fantasi tapi sangat melibatkan emosi
di dalamnya sebab aku perlu masuk dalam dunia anak dan dewasa
secara bersamaan dengan pola pikir yang berbeda.
Cerita ini diperbantu oleh Guru,
juga kakak terapis dan konselor untuk mendalami dunia kejiwaan dan harmoni kehidupan antara tubuh, jiwa, roh, dan semesta.
Semoga aku bisa menulis dan menyampaikannya dengan baik.
Borahae 💜
20.11.24 (08.17)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top