Late (1)
Hello readers👋👋👋
Long time no see😊😊😊
We meet again in my new story 😂😂😂
I hope you enjoy this story😉😉😉
Happy reading👌👌👌
🌹 🌹 🌹 🌹 🌹
Terlihat seorang gadis menarik tangan pria dalam keadaan marah. Pria tersebut hanya diam dengan ekspresi marah yang ditutupi dengan ekspresi malasnya ketika tangannya ditarik oleh gadis itu.
Gadis itu membawa pria tersebut ke sebuah ruangan yang terdapat banyak hiasan dinding dan terdapat sofa panjang yang ditemani sofa kecil-kecil memutari sebuah meja berbentuk kotak. Ruangan itu biasanya disebut ruang tengah atau ruang keluarga. Sesampainya di ruangan, gadis itu melepas gandengan tangannya dari pria tersebut dan memutar tubuhnya untuk berhadapan dengan pria itu.
“Apa yang kamu lakukan?” tanya gadis tersebut menuntut penjelasan dengan nada marah.
Pria itu hanya diam dan menatap gadis itu dengan ekspresi malas mendengar yang perempuan itu tanyakan
“Kenapa kamu berciuman dengannya?” Tanya gadis itu lagi tanpa memberi pria itu kesempatan untuk menjawab.
“memang apa masalahnya, dia kan kekasihku” jawab pria itu dengan nada santai dan menunjukkan wajah datar.
“Bagaimana bisa dia kekasih mu? Bukannya dia hanya temanmu” tanya gadis itu dengan nada tidak percaya.
“terserah aku, kalo aku ingin dia jadi kekasih aku, ya ga masalah kan. Toh dia juga ga keberatan jadi kekasih aku” jawabnya lagi dengan santai.
“Bagaimana kamu bisa bilang begitu, jika kamu bilang seperti itu, pasti nanti akan ada banyak masalah yang muncul” kata gadis. Pria itu hanya menatap gadis itu dengan alis terangkat satu setelah mendengar perkataan gadis itu.
“apa kamu ga berfikir masalah apa yang akan timbul. Bagaimana kalo kedua orang tua mu tau kejadian ini dan mendengar apa yang kamu katakan tadi. Mereka pasti akan marah” kata gadis itu menjelaskan.
“Kenapa memangnya? Kamu takut mereka marah?” kata pria itu dengan santai.
“Apa?” jawab gadis itu dengan ekspresi terkejut dan nada marah tertahan. Matanya menyorotkan kebencian kepada pria itu.
“kita itu sudah bertunangan. Bagaimana kamu bisa bilang begitu dan melakukan sesuatu sesukamu. Apa kamu ga mikirin apa yang akan terjadi kalo orang tua mu tau semua ini” jawab gadis itu dengan ekspresi marah yang sudah tidak bisa dibendung lagi.
“kita bertunangan” kata pria itu dengan penekanan disetiap kata yang diucapkan.
“yang menyuruh bertunangan itu orang tua ku, bukan aku. Dan yang setuju itu bukan kedua orang tua ku, tapi cuman papa ku aja, mama ku kayaknya malah ga setuju sama rencana konyol itu” tambahnya dengan nada dingin.
Gadis itu membulatkan matanya karena terkejut dengan perkataan pria yang katanya adalah tunangan gadis itu. Kecewa, marah, sedih. Itu yang sekarang gadis itu rasakan setelah apa yang pria itu, tunangannya katakan.
“apa?“ kata gadis itu dengan suara pelan.
“apa belum jelas yang tadi aku katakan” katanya sambil menunjukkan wajah sinis dan tidak sukanya pada gadis itu. Pria iu sudah muak dengan tingkah gadis itu yang menurutnya menjijikkan.
Gadis itu hanya diam dan pandangannya kosong. Dia tidak tau apa yang akan dia katakan. Lidahnya terasa kelu, otaknya tiba-tiba mampet untuk mengeluarkan kata. Bingung dan rasanya ingin menangis saat ini juga, tapi dia harus menahan air matanya agar tidak keluar. Karena dia harus terlihat kuat.
“Apa kamu sangat berharap dengan tunangan ini?” kata pria itu, karena tidak ada respon dari gadis di depannya
“jangan terlalu berharap dengan tunangan konyol ini. Sudah jelas kita dari backgroud yang berbeda dan aku pun ga tau apa yang dilihat papa dari kamu” lanjut pria itu sambil mengangkat bahu.
Dia mengeluarkan kata-kata itu dengan senyuman tipis yang kasat mata. Gadis itu tersadar dari tatapan kosongnya dan menutup matanya untuk beberapa menit untuk menjernihkan pikirannya. Kemudian dengan menarik napas panjang, dia membuka matanya. Seolah dia sudah mantap dan yakin akan apa yang ada di kepalanya sekarang. Berharap apa yang dia lakukan ini benar dan untuk kebaikan semuanya.
“haha…. Emang kita beda backgroud. Orang seperti aku ga akan pernah pas atau cocok sama orang seperti kamu. Mungkin papa mu kasihan padaku jadi beliau membuat rencana pertunangan ini” kata gadis itu sambil tertawa.
Dia menertawakan dirinya sendiri atas kebodohannya. Mengharapkan pria dihadapannya dapat menjadi pelindungnya seumur hidup dan mendampinginya.
"mungkin aku terlalu serakah untuk meminta pria ini menjadi pendampingku. Kau terlalu sempurna dan hal itu yang seharusnya aku sadar dari awal” katanya dalam hati.
Menyadarkan diri akan dunia nyata yang seharusnya ia tempati sesuai tempat yang cocok untuknya sendiri.
“aku mau tanya, apakah ada sedikit, bukan bukan, bukan sedikit, tapi sejumput perasaan mu padaku? Apakah ada sedikit ruang di hidupmu untuk ku?” tanya gadis itu dengan penuh keberanian.
Dia ingin mendengar yang sebenarnya.
“seperti yang aku bilang tadi. Aku ga nerima rencana pertunangan ini dan itu artinya aku ga pernah berfikir tentangmu. Bahkan aku juga ga pernah berpikir untuk berbagi kehidupan denganmu. Kamu nya aja yang maksa untuk masuk ke kehidupanku” jawabnya dengan santai.
“ooh…. Ya sudah, aku pergi dulu” setelah mendengar jawaban dari pria itu.
Dia meninggalkan ruangan itu dan keluar dari rumah besar yang seperti sebuah istana kerajaan. Dia tidak menoleh ke belakang. Dia tidak mau kembali ke tempat ini dan tidak ingin mengingat setiap kejadian di rumah itu. Dia akan melupakan semuanya dan menjalani hidup baru sesuai dengan tempatnya.
Dengan perasaan sedih dan kecewa, serta air mata yang sudah tidak bisa dibendungnya. Dia berjalan keluar gerbang sambil menangis dan mengeluarkan hp nya kemudian mengetik sebuah pesan.
To : Hilmi
From : Hilya
Pertunangan kita batal dan aku ga akan pernah muncul di hidup mu lagi.
Kemudian gadis itu menulis pesan lagi untuk orang lain.
To : Mr. Adijaya
From : Hilya
Papa maaf, aku ga mau bertunangan dengan anak papa. Jadi batalkan saja pertunangan itu. Terima kasih.
🌹 🌹 🌹 🌹 🌹
Enough for today🙏🙏🙏
Wait for the next part 😀😀😀
See you in next part 👋👋👋
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top