PART. 8 - SURPRISE
Seriusan lupa untuk update lanjutan cerita ini. 😅
Happy reading. 💜
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Wajah Ashton sudah menegang kaku dengan apa yang terlihat di hadapannya. Terlebih lagi, banyaknya penonton yaitu para tamu undangan yang menatap sosok Ally dengan tatapan penuh damba dan sorot mata liar semakin membuat darahnya seperti mendidih. Gaun terkutuk itu benar-benar mengekspos lekuk tubuh Ally meski wanita itu terlihat sempurna tapi rasa tidak terima lebih besar dibandingkan harus mengaguminya saat ini.
Ashton yakin jika dirinya sudah melihat sepuluh gaun pilihan Ally yang dikirim Nancy kemarin dan tidak ada gaun sialan itu dalam pilihannya. Itu berarti, wanita itu berniat untuk mengerjainya dengan meminta Nancy ikut bekerjasama dalam menyembunyikan hal itu.
Pujian demi pujian sudah terdengar dari balik bahu Ashton dan hal itu membuatnya spontan melangkah untuk menaiki anak tangga sambil mengingatkan diri untuk menahan diri agar tidak langsung menyeret wanita itu menyingkir dari situ. Melirik sinis, Ashton melihat Paul hanya memberi ekspresi datar sialannya yang membuat Ashton semakin tidak suka. Rasa tidak relanya menyeruak ketika berpikir jika Paul menjadi pria pertama yang melihat Ally.
Tiba di hadapan Ally, Ashton cukup terpana dengan wajah cantik Ally yang begitu mempesona. Rambut panjangnya dibentuk dalam satu tatanan sederhana dengan digulung cantik ke sisi belakang, memperlihatkan leher jenjangnya yang indah dan begitu pantas dengan gaun yang dipakainya.
Memaksakan senyuman hangat yang palsu, Ashton merangkul pinggang Ally dan menariknya mendekat sambil menatap ke arah tamu dengan harus menahan napas karena bisa melihat para tamu yang tampak begitu mengagumi Ally di sana.
"Aku akan memberimu pelajaran sehabis ini," ucap Ashton dalam suara rendah yang hanya bisa didengar oleh Ally. Meski dia tersenyum, tapi suaranya begitu dingin dan sinis.
Ally menoleh padanya dan memberikan senyuman singkat. "Kurasa, aku..."
Ucapan Ally tenggelam dalam ciuman Ashton yang dilakukan secara tiba-tiba dan begitu keras. Tepuk tangan dari para tamu menyusul dan mengiringi sesi ciuman yang sengaja dilakukan Ashton untuk menutup mulut Ally agar tidak membuatnya hilang kesabaran. Lagi pula, dia juga merindukan wanita itu dan meluapkannya dengan ciuman yang membuat Ally kesusahan dalam mengikuti ritmenya.
"Tutup mulutmu atau kau akan semakin menyesal karena sudah membuatku murka, Sayang," bisik Ashton dengan suara mengetat saat menyudahi ciumannya.
Ally hanya mengerjap cepat dan membuang tatapan ke arah para tamu sambil mengulaskan senyuman palsu di sana. Tidak ingin mengulur waktu terlalu lama, Ashton menyuruh Paul untuk segera memulai dengan memanggil pemandu acara dalam pertunangan itu.
Kata sambutan. Pemakaian cincin. Berciuman. Bersulang. Kemudian menyapa para tamu undangan sekenanya. Lalu, setelah dinilai cukup untuk undur diri sejenak sebelum memasuki acara makan malam, Ashton segera menarik Ally untuk menyingkir dari situ. Tidak mempedulikan pekikan kaget Ally, dengan langkah besar dan cepat, Ashton menarik Ally agar mengikutinya sementara Ally berjalan tersaruk-saruk.
"Ashton! Ini sakit! Aku tidak bisa mengikutimu seperti ini dan... apa yang kau lakukan? Turunkan aku!" pekik Ally saat Ashton tiba-tiba berbalik dan membungkuk ke arah Ally untuk mengangkat tubuhnya ke bahu seperti memanggul karung beras.
Ally memekik sambil memukul-mukul punggung Ashton agar diturunkan tapi hal itu tidak dipedulikan Ashton. Dia pun tidak mempedulikan tatapan penuh tanya dari sekelilingnya dengan focus melangkah untuk menuju ke kamar utama. Begitu mereka sudah tiba di kamar, Ashton segera mengunci pintu, dan menurunkan Ally dengan kasar tepat di atas ranjang.
Hendak beranjak dari ranjang, Ashton tidak membiarkan Ally bergerak dengan segera menekan posisi dengan dua tangan yang menekan bahu dan dua kaki yang menjepit kedua kaki Ally.
"Apa yang kau pikirkan sampai harus membuatku berang seperti ini? Dari sepuluh gaun pilihan, kenapa kau harus memakai gaun sialan ini?" desis Ashton geram.
Ally mengerjap lalu terkekeh pelan. "Akulah yang berhak memutuskan untuk memakai gaun pada tubuhku, Ashton. Bukan kau."
"Dua hari meninggalkanmu dan kau sudah menjadi wanita yang tidak bisa menghargai tubuhmu sendiri?" desis Ashton geram.
"Aku memakai gaun ini bukan berarti tidak menghargai tubuhku! Sebaliknya, aku menyukai apa yang ada padaku dan merasa bangga dengan menunjukkannya pada semua orang, juga membuatmu bangga," balas Ally yang membuat Ashton semakin mendidih.
"Bangga katamu? Mereka memelototimu dengan sorot mata kurang ajar!" seru Ashton sambil mengetatkan cengkeraman di bahu Ally hingga membuat wanita itu meringis.
"Itu hanya pikiran burukmu! Lagi pula, setiap orang berhak menggunakan matanya untu melihat apapun yang ada di sekitarnya!"
"Hak kau bilang? HAK?" kembali Ashton berseru geram.
"Lepaskan aku! Ini hanya sebuah gaun dan kau yang membelinya, ingat? Untuk apa menjadi masalah disaat kau tidak peduli padaku sama sekali?"
Mendengar balasan Ally yang semakin tidak pada tempatnya, Ashton mengarahkan satu tangannya untuk merayap diatas satu payudara Ally sambil tersenyum sinis saat melihat ekspresi Ally yang tersentak, kemudian meremasnya kasar sambil membungkuk dan mengarahkan bibirnya ke curuk leher Ally.
"Ashton!" pekik Ally.
"Mereka tidak berhak, tapi aku! Akulah yang berhak atas dirimu, semuanya!" bisik Ashton dengan suara mendesis pelan dan menggeliatkan lidah di sepanjang leher Ally seiring dengan remasan lembutnya.
Sial! Umpat Ashton dalam hati. Dia menginginkan wanita itu sampai terasa sesak dan dengan posisinya saat ini, sudah pasti menjadikannya bajingan paling beruntung yang pernah ada. Ally mencoba mendorong bahu Ashton, tapi justru mendapat balasan berupa desakan ciuman liar di bibirnya sekarang. Melahap bibir Ally dengan rakus, mendesakkan lidah dalam-dalam, dan menguasai mulutnya dengan dua tangan yang sudah merayap kemana-mana.
Terdengar erangan lembut Ally dimana dia sudah membalas ciuman Ashton seolah merasakan hal yang sama seperti dirinya. Rindu. Memejamkan mata dengan erat, Ashton mengingatkan diri untuk tidak merobohkan pertahanan yang sudah diusahakan selama ini dengan mencengkeram bagian depan gaun, lalu merobeknya dalam satu hentakan keras hingga Ally berteriak kaget dan ciuman mereka terhenti.
"Apa kau gila? Gaun ini seharga dua puluh lima ribu dollar!" seru Ally sambil menutup payudaranya yang terekspos dengan jelas.
"Aku tidak peduli!" sembur Ashton langsung.
"Acara pertunangan ini belum selesai!" balas Ally sambil mengangkat kedua alisnya.
"Dan kau masih memiliki sembilan gaun pilihan yang bisa kau pakai, kecuali satu model gaun dengan panjang diatas lutut! Kuingatkan sekali lagi, jangan coba-coba memakainya atau kau tidak akan seberuntung ini, Ally!"
Keduanya saling melempar tatapan dengan ekspresi dingin. Tidak lama. Hanya beberapa saat karena Ashton langsung bergerak untuk mencengkeram dua tangan Ally yang menutupi tubuh dan mengangkatnya sampai ke atas kepala untuk menahannya disana, lalu melanjutkan ciuman.
Ciuman itu semakin dalam dan liar. Saling menautkan lidah, kemudian melumat, bertukar desahan seiring dengan sentuhan yang dilakukan Ashton dengan satu tangan yang sudah menyelinap ke bawah untuk merayap di sekitaran paha.
Ally mendesah penuh damba, membuat Ashton semakin bergairah dan ingin bertindak lebih dari apa yang dia lakukan saat ini. Baru saja tangannya sudah mencapai sisi celana dalam Ally, gerakannya spontan terhenti ketika mendengar ponselnya berbunyi.
"Fuck!" geram Ashton.
Menghentikan aksinya, Ashton bergerak menjauh dengan posisi masih berada diatas Ally sambil menatap wanita itu yang bernapas terengah dengan kedua pipi yang merona. Tatapannya turun pada tubuh molek Ally yang hampir telanjang dengan gaun yang sudah terkoyak seperti guntingan sisa kain yang tidak berguna. Cantik, pikirnya bangga.
Tanpa mengalihkan tatapan, Ashton meraih ponsel dari saku celana dan menempelkan ke telinga untuk mendengar apapun yang terdengar disana. Adapun Paul sialan itu memberitahukan tentang kehadiran seseorang yang dinantikannya dan itu saja sudah berhasil meluruhkan gairahnya begitu saja.
"Aku akan kesana sekarang juga, dan kirimkan perias serta Bernadette untuk membantu Ms. Smith berganti pakaian," ucap Ashton sebelum akhirnya mengakhiri telepon.
Setelah memasukkan ponsel ke dalam celana, Ashton kembali membungkuk untuk menautkan anak rambut yang terjatuh di pelipis Ally dan mengecup ringan di situ.
"Urusan kita belum selesai tapi para tamu sudah menunggu. Bersiaplah, ganti gaunmu karena aku sudah menyiapkan kejutan untukmu," bisik Ashton hangat.
"Kau memang berniat untuk merusak gaunku supaya aku bisa mengganti gaun yang kau inginkan, bukan?" tanya Ally sambil mendorong Ashton dan kali ini, Ashton membiarkannya dan membantu Ally untuk beranjak dari ranjang.
Tanpa ragu, Ally segera berjalan melewati Ashton sambil melepaskan sisa kain yang tersisa di tubuhnya. Tatapan Ashton terpaku pada tubuh Ally dari posisi belakang dengan tubuhnya yang hanya memakai g-string di sana. Napasnya memberat untuk menahan diri dan cukup lega saat Ally segera mengenakan jubah tidur untuk menutupi tubuhnya.
Saat Ally berbalik, Ashton sudah menghampirinya dan memberi pelukan erat di sana.
"Aku akui jika kau sangat cantik sekali," ucap Ashton serius.
Ally mendorong Ashton untuk menatapnya dengan tajam tanpa melepas pelukan dan melepas kaitan rambut dan membiarkan rambut indahnya tergerai.
"Aku tidak percaya jika kau akan pergi selama dua hari tanpa kabar dan kembali seperti ini. Kupikir pertunangan ini akan batal karena calon mempelai pria dinyatakan hilang," sindir Ally.
Ashton tersenyum senang melihat kesan bahwa Ally merindukannya. Dia menyukai suasana hangat yang terjadi saat ini.
"Aku menyiapkan kejutan untukmu, Cantik. Dan salah satunya sudah kuberikan padamu berupa perias ternama yang membuatmu terlihat cemerlang hari ini," balas Ashton ringan.
"Kau tahu? Hidup sudah memberiku banyak kejutan yang datang secara bertubi-tubi dan aku sama sekali tidak tertarik untuk mendapat kejutan lagi. Aku sudah lelah," sahut Ally.
"Ini berbeda. Kejutan yang akan membuatmu senang," koreksi Ashton.
"Aku tidak mengerti. Untuk apa kau melakukan semua ini saat kau berniat untuk melakukan pembalasan? Aku tahu jelas jika kau membenciku, terutama ayahku. Kau membeli diriku dengan apa yang kau miliki saat ini!" tuduh Ally dengan nada tinggi.
Ashton mengulum senyum setengah sambil menatap Ally sinis. "Aku tidak membelimu, hanya saja kau memang sudah menjadi milikku sejak awal. Tapi jika kau tidak mengerti dan merasa apa yang terjadi seperti dengan pemikiranmu, aku tidak akan berusaha untuk membuatmu mengerti karena penjelasan apapun tidak akan berguna."
"Aku bukan milikmu! Kita tidak saling mengenal dan tidak pernah bertemu selama bertahun-tahun karena jarak dan waktu. Kita adalah mustahil!" desis Ally dengan suara gemetar.
"Jika kau merasa ini hanyalah mimpi, maka bangunlah, Sayang. Ini terlalu nyata untuk dianggap sebagai mimpi. Apa yang mustahil itu tidak ada selama kau tahu jalan untuk mewujudkannya," kembali Ashton mengoreksi.
Ally menatapnya dalam diam selama beberapa saat dan matanya mulai berkaca-kaca. "Kau tidak akan mau memberitahukan apa-apa padaku, bukan?"
"Aku akan memberitahumu, tapi tidak sekarang," ucap Ashton cepat sambil menangkup wajah Ally dan memberikan kecupan ringan di bibir. "Pada intinya, aku tidak membelimu, aku tidak berniat melakukan apapun yang kau tuduhkan padaku, dan kau adalah milikku. Jadi, segera bersiap karena para tamu sudah menunggu kita."
Ally seperti hendak mengatakan sesuatu tapi suara ketukan pintu menghentikannya. Ashton segera memberi instruksi untuk masuk dan kemudian perias beserta asistennya, juga Bernadette muncul dari sana.
Tatapan Ashton tertuju pada Bernadette yang juga sudah melihatnya. "Pastikan dia tidak memakai gaun yang kubenci."
Setelah mendapati anggukan Bernadette, Ashton segera keluar dari kamar itu tanpa mempedulikan respon sinis dari Ally. Paul dan Lion sudah menunggu dan segera memberi jalan padanya untuk menyusuri koridor, menuruni tangga, dan mulai menghampiri beberapa tamu yang berada di lobby mansion.
Dengan arahan para penjaga, tamu undangan diarahkan untuk menuju ke backyard dan menempati kursi masing-masing yang sudah disediakan. Senyuman sinis Ashton mengembang saat melihat setiap meja terisi penuh yang berarti semua tamu undangan sudah hadir.
"Lihat siapa yang berdiri saat ini," seru seorang tamu sambil beranjak berdiri saat melihat kedatangan Ashton yang tidak jauh dari mejanya. "Kau bukan lagi berandal yang kerjanya hanya mengancam ketenangan warga!"
Melirik tajam, Ashton mendapati wajah paling brengsek yang sedari dulu ingin dihabisinya. Jake Thompson, putra sulung dari mantan direktur Smith International yaitu Daniel Thompson, yang memang selalu mencari masalah dengannya dan pernah melakukan hal yang tidak terpuji pada Ally.
"Kuharap kenyataan itu tidak membuatmu kalah telak, Jake. Terima kasih sudah hadir," balas Ashton dengan keramahan yang palsu.
Tentu saja dia bisa menangkap rasa tidak senang dari Jake meski masih mempertahankan senyumnya yang palsu.
"Abaikan ucapan Jake, Ashton. Dia memang tidak tahu malu," terdengar suara Daniel untuk menengahi mereka dan menghampiri Ashton sambil mengulurkan tangan. "Kuucapkan selamat untuk pertunanganmu malam ini."
"Terima kasih," balas Ashton sambil menjabat tangan Daniel.
Ashton melakukan sedikit basa basi dengan menghampiri para tamu undangan, hingga akhirnya tiba kesempatannya untuk mendapati Bobby Richardson, sang Konglomerat dari Savannah, yang sedari dulu mengincar perkebunan Smith dengan licik.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa orang itu yang menghasut setiap orang untuk melakukan pergerakan massa yang terjadi beberapa bulan lalu, memprovokasi untuk membakar perkebunan, dan tidak ada satupun yang mengusut tuntas kasus kebakaran perkebunan itu seolah pihak kepolisian pun menutup mata dan mengulur waktu meski kasus itu sudah diterima oleh mereka.
Sangat lucu ketika seorang Jonathan Smith tidak diindahkan oleh petinggi kepolisian Lawrenceville, seolah Bobby Richardson jauh lebih berpengaruh dan mampu bermain aman tanpa perlu mengotori tangannya.
"Mr. Tristan," sapa Bobby sambil tersenyum dan mengulurkan tangan pada Ashton yang langsung disambut olehnya.
"Mr. Richardson," balas Ashton.
"Selamat untuk pertunanganmu. Jujur saja, saat aku mendapatkan undanganmu, kupikir ini adalah lelucon mengingat bagaimana Smith meremehkanmu dan menghinamu seperti anjing liar yang kotor. Tapi lihat sekarang? Kau berhasil mendapatkan apa yang dimilikinya, sampai putrinya sekaligus. Aku tidak menyangka dan bertanya-tanya apakah memang kau menunggu kesempatan seperti ini? Kuucapkan selamat untuk tindakanmu yang cukup berani," ucap Bobby sambil mengulaskan senyum sinis dan melepaskan jabatan tangan.
Ashton memberikan ekspresi tidak berarti dan menatap Bobby tanpa pengalihan. "Smith hanyalah skala kecil dan aku tidak perlu mengambil kesempatan lewat apa yang terjadi. Lagi pula, aku sedang mencoba peruntunganku di sini."
"Kurasa kau terlalu dermawan," komentar Bobby hambar.
"Kau terlalu memuji," balas Ashton basa basi.
"Kuharap kau mampu menjalani semua ini tanpa hambatan," sahut Bobby santai tapi tatapannya menusuk tajam.
"Kuharap kau bisa menerima bahwa Smith dimenangkan olehku," ujar Ashton tenang.
"Tentu saja. Terbukti aku hadir ke pertunangan ini dan mengucapkan selamat secara pribadi," balasnya langsung.
"Itu sudah sangat jelas," ucap Ashton sambil terkekeh dan menikmati ekspresi masam dari Bobby.
Tatapan Ashton berpaling ke arah lain dan terpaku selama sepersekian detik saat bisa melihat kehadiran Ally. Wanita itu kembali menjadi pusat perhatian oleh karena kecantikannya yang memukau. Kali ini, gaun yang dikenakan tampak membalut sempurna tubuhnya yang indah dan Ashton merasa bangga dengan gaun pilihannya.
"Kuakui jika tunanganmu begitu cantik," terdengar komentar Bobby sambil menatap Ally dengan tatapannya yang kurang ajar.
Ashton menahan diri untuk tidak mengumpat dengan membentuk seulas senyuman dan menatap Bobby tajam. "Kuharap kau menikmati jamuan makan malam dari kami."
Tanpa perlu membuang waktu lagi, Ashton segera beranjak dan mengabaikan Bobby dengan segera menghampiri Ally dengan senyuman yang semakin lebar.
Ally tampak kebingungan dan melihat sekelilingnya dengan cemas, terlebih lagi saat banyaknya tamu yang menyapanya. Sorot mata bingung, gelisah, dan tidak nyaman terlihat jelas di wajah cantiknya itu. Dengan cepat, Ashton sudah mengambil kendali untuk membalas ucapan selamat tamu sambil berdiri di samping Ally dan merangkulnya.
Ally tersentak dan menoleh ke arahnya dengan kening berkerut kesal. "Kemana saja kau?"
Desisan Ally yang tertahan membuat Ashton merasa geli dan mengeratkan rangkulannya.
"Ayo kita berdansa," bisik Ashton sambil menariknya untuk menjauh dari para tamu dan segera menuju ke lantai dansa dimana musik lembut sudah mengalun indah.
"Kau cantik," ucap Ashton sambil mengayunkan tubuh mengikuti alunan music diikuti Ally.
"Lebih cantik dengan gaun yang sebelumnya," balas Ally dingin.
"Dan aku dengan senang hati akan kembali merobek gaun itu," sahut Ashton santai.
Ally merengut cemberut sambil mengikuti ayunan tubuh Ashton. Dia mengikuti langkah kaki Ashton untuk mengimbangi gerakan yang dilakukan. Memutar tubuh saat Ashton mengangkat tangan, kemudian bergerak mendekat untuk kembali dalam dekapan pria itu.
"Kau sangat bajingan sekali," desis Ally.
"Bajingan paling beruntung yang mencuri ciuman pertamamu," tambah Ashton yang membuat Ally terlihat semakin kesal.
"Dengan menarikku ke pintu darurat dimana aku sedang berjalan ke pelataran parkir waktu itu? Kau memang bajingan dan hal itu memberi memori terburuk dalam hidupku," tukas Ally sinis.
"Setidaknya, aku memiliki memori dalam ingatanmu, Cantik," bisik Ashton sambil mencium pipi Ally dan menikmati kebersamaan itu di lantai dansa. Sama sekali tidak mempedulikan pandangan yang tertuju padanya saat ini.
"Kau gila," gumam Ally pelan.
Ashton menatap Ally dengan tajam dan penuh perhatian sambil mengeratkan dekapannya. "Aku bersyukur masih bisa melihatmu seperti ini, Ally. Aku tidak tahu apakah kau pernah mengingatku atau peduli padaku, tapi aku selalu merindukanmu. Saat aku menerima kabar duka orangtuamu, pikiranku tertuju padamu. Aku tidak mau kau sendirian."
Ally tertegun dan menatap Ashton tidak percaya. "A-Apa maksudmu?"
"Aku tidak ingin kau tersakiti atau disakiti dalam masa kehilangan seperti ini."
Ally mengerjap dan menatap Ashton dengan sorot mata hangat dan dalam. Dia seperti akan menangis karena matanya sudah berkaca-kaca.
"Please, don't give me that look," ucap Ashton dengan nada penuh peringatan.
"Kalau kau mengatakan hal seperti itu hanya untuk membalaskan dendammu pada ayahku, tolong hentikan," ucap Ally kemudian.
"Apa ada yang salah dengan ucapanku?" balas Ashton dengan ekspresi tidak suka.
"Aku tidak bisa mempercayai siapapun saat ini. Sedetik lalu, kau begitu hangat. Tapi sedetik kemudian, kau akan berubah menjadi dingin. Tapi, aku berterima kasih karena ucapanmu tadi membuatku merasa dikasihi dan menerimaku disaat semua orang meninggalkanku," sahut Ally.
"Jika kau berpikir pertunangan ini hanyalah sandiwara, kau salah besar, Ally. Aku bertunangan denganmu hari ini untuk menikahimu dan menjadikanmu pendamping hidupku," ucap Ashton dengan penuh penekanan.
"Kedengarannya cukup romantis untuk orang yang membenciku," komentar Ally datar.
Tentu saja, Ashton merasa dongkol dan sakit hati melihat respon Ally yang terkesan tidak percaya dan meremehkan ungkapan perasaannya barusan. Tapi dia memaklumi jika sikap defensif Ally memang sangat wajar terjadi untuk semua hal yang dialaminya dalam waktu yang begitu singkat.
Paul datang menghampiri mereka dan menatap Ashton tajam. Dansa mereka terhenti dan Ashton mempersilakan Paul untuk mendekat kearahnya.
"Package arrived," terdengar konfirmasi dari Paul dengan suara rendah yang hanya bisa didengar olehnya dan Ashton mengangguk, kemudian Paul pergi.
"Aku tidak ingin membuat hari ini menjadi ajang perdebatan diantara kita, Ally. Aku sudah mempersiapkan kejutan untukmu," ujar Ashton sambil mengarahkan tubuh Ally untuk berpindah dari lantai dansa menuju ke tepi dekat meja jamuan.
"Kejutan?" tanya Ally dengan kening berkerut dan tampak tegang.
"Yeah, kejutan, kau akan menyukainya," ucap Ashton.
Bertepatan dengan hal itu, terdengar suara yang cukup kencang dan penuh penekanan datang dari arah belakang Ally yang membuat Ashton terkekeh geli melihat kedatangannya.
"Ally-Chan! Kau adalah cucu paling kurang ajar yang tidak tahu bagaimana caranya menghubungi nenek tuamu ini untuk sekedar bertanya kabar atau mengundangku kemari!"
Ally tersentak dan berbalik untuk menatap kedatangan seorang wanita tua bersama dengan dua penjaga yang mendampingi.
Membungkuk dan mengarahkan bibir tepat di telinga Ally, Ashton berbisik dengan hangat. "Kejutan untukmu, Sayang. Nenek kesayanganmu hadir untuk memberikan selamat. Jangan lupa hadiah balasan untukku."
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Aku baru sadar kalau cerita ini tuh per bab nya cukup panjang. Makanya bawaannya males kalau mau revisi. 😂
Apa kabar malam minggunya hari ini?
Semoga kamu selalu sehat dan senang.
Terima kasih untuk tidak menyerah dan masih berjuang sampai hari ini.
Kamu hebat. 💜
07.10.23 (22.45 PM)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top