I Called Him, My Man


•   Papa    •

Ini bukan sekedar tulisan.
Ini sebuah kisah tentang seorang gadis kecil dengan Ayahnya.

Seorang gadis kecil yang beranjak dewasa dengan sosok Ayah yang dikaguminya.

Ayahnya adalah napasnya, hidupnya, inspirasinya dan bahkan sosok yang membuat gadis tersebut memiliki mimpi dan cita-cita.

Gadis kecil itu adalah aku.

Tak bisa aku ungkap dengan kata-kata bagaimana aku sangat menyayangi dan mengagumi Ayahku yang selalu aku panggil, Papa.

Papa,
adalah pria pertama yang aku tahu dalam hidupku.

Papa,
adalah laki-laki pertama yang mencintaiku.

Papa,
adalah cinta pertamaku.

Mau tahukah kalian bagaimana proses jatuh cinta antara aku dan papa?

Sebelumnya, ada sebuah kata-kata bijak yang sangat menyentuh

“Bagi anak perempuan, kehilangan seorang Ayah adalah patah hati terhebat.”

Menurutku, tak perlu membaca dua hingga tiga kali untuk memahami kalimat yang sangat menyentuh tersebut.

Pikirkanlah,

Seorang bayi perempuan yang terlahir ke dunia, laki-laki mana yang akan menyentuhnya pertama kali?

Tentu saja, Ayahnya!

Seorang bayi perempuan yang membuka matanya pertama kali, laki-laki mana yang akan dilihatnya?

Sudah pasti, Ayahnya!

Seorang bayi perempuan yang belajar berjalan pertama kali, laki-laki mana yang akan menuntunnya?

Tak perlu diragukan lagi, Ayahnya!

Jadi, kalimat menyentuh itu adalah benar adanya.
Bagiku, kehilangan papa sudah pasti patah hati terhebat!

Tak bisa dibayangkan jika papa sudah tak bisa bersamaku lagi, aku mungkin tak bisa menghadapi dunia.

Jika seorang Ibu proses jatuh cinta dimulai dari terbentuknya diriku di dalam rahimnya hingga lahir ke dunia.

Seorang Ayah proses itu berbeda.

Tak ada yang meragukan bagaimana hebatnya seorang Ibu jatuh cinta kepada buah hatinya.

Tapi seorang Ayah punya cerita sendiri bagaimana dia jatuh cinta kepada putrinya begitu sang buah hati lahir ke dunia.

Proses itu rumit, jauh lebih hebat dari ketika dirinya jatuh cinta kepada wanita yang sudah melahirkan putrinya tersebut.

Aku memang tak bisa menjelaskan, tapi aku paham.

Bagaimana proses itu, ketika papa jatuh cinta kepadaku begitu aku menghembuskan napas ke dunia.

Papa tak bisa menjelaskan bentuk kasih sayangnya kepadaku, dia tak perlu menjelaskan.

Karena aku percaya, laki-laki di dunia yang tak akan membuatku terluka hanyalah papa.

Papa mencintaiku dengan caranya, ketika marah dia diam dan itu menyakitkan.

Hubunganku dengan papa sering kali seperti kontak batin yang sangat kuat.
Tak pernah aku menceritakan masalahku, tapi dia tahu aku sedang ada masalah.

Papa sangat menyayangiku sampai-sampai aku kagum, menghormati dan segan kepadanya.

Papa jarang berbicara, dia lebih banyak bertindak.

Papa, begitu dia memberi nasihat, kata-katanya tertancap langsung di hatiku.

Aku tak pernah meragukan papa.

Tak akan pernah!

Papa adalah yang terhebat!

Mau tahu apa yang membuatku yakin kalau papaku adalah yang terhebat?

Papa adalah pahlawan.

Ya! Semua anak perempuan pasti akan mengatakan Ayahnya adalah pahlawan.

Namun sebenarnya, bukan karena itu aku menilai papa adalah yang terhebat.

Melainkan kisahnya.

•    Anak Rantau    •

Kisah ini diceritakan oleh mama, wanita yang melahirkanku.

Sebuah kisah nyata bukan dongeng.

Kisah yang membuatku terkagum-kagum hingga memiliki sebuah mimpi dan cita-cita.

Kisah ini juga membuatku bangga memiliki papa.

Jika kebanyakan anak perempuan menyukai cerita dongeng seperti Cinderella dan Snow White, tak terkecuali diriku.

Namun, kisah yang diceritakan mama adalah sebuah kisah nyata yang mengagumkan!

Papa adalah anak rantau.

Ya! Anak rantau!

Singkat perkenalan, papa adalah orang Batak bermarga Harianja.
Beliau lahir di Padang Sidempuan, tujuh puluh lima tahun silam.

Papa dibesarkan di Padang Sidempuan, Sumatera Utara.
Beliau sekolah sampai lulus SMA di sana.

(Bagi yang tidak tahu dimana itu Padang Sidempuan, sebaiknya membuka peta Indonesia atau karena teknologi sudah canggih, tidak dilarang membuka google map).

Papa adalah anak laki-laki tertua, yang mana dalam keluarga besar orang Batak biasanya anak laki-laki tertua memiliki tanggung jawab yang besar terhadap keluarga terutama orangtua dan adik-adiknya.

Prinsip keluarga besar Batak yang mendarah daging dalam diri papa, entah bagaimana, membuatku bangga.

Papa adalah sosok yang sangat bertanggung jawab.

Hal ini juga yang membuat papa bertekad merantau ke Jakarta.
Lebih tepatnya, papa melanjutkan pendidikan tingginya di salah satu perguruan tinggi bergengsi di Indonesia, Universitas Indonesia.

Papa sangat sukses menjadi anak rantau yang menuntut ilmu jauh dari kampung halaman.

Cerita kesuksesan papa yang menuntut ilmu di Universitas Indonesia, membuatku bermimpi dan memiliki cita-cita ingin kuliah di Universitas Indonesia kelak.

Saat itu, aku masih duduk di bangku sekolah dasar.

Namun sayang beribu sayang, aku tak bisa mewujudkan mimpi dan cita-citaku.

Aku tak bisa membanggakan papa.

Aku tak bisa menandinginya.

Papa terlalu hebat!

•    Cerita Masa Kecil    •

Aku ingat saat aku kecil, papa menggendongku dan melempar-lemaprku dengan tangannya yang kekar.

Papa bilang aku tertawa saat dilempar.
Aku tidak menangis dan tak terlihat takut.

Untuk apa aku takut? Papa pasti menangkapku!

Aku juga ingat saat aku kecil, setiap kali papa pulang kerja, aku selalu berlari menghampirinya.

Dia langsung menggendongku tanpa menunjukkan raut mukanya yang lelah.

Dan papa selalu membawakan sesuatu untukku.

Pernah suatu hari papa pulang kerja terlalu larut, aku menunggu di ruang tamu hingga tertidur.

Diam-diam ketika dia pulang, tanpa membangunkanku, digendongnya tubuhku ke kamarnya lalu aku tidur di pelukan papa.

Sungguh, tidak ada pelukan sehangat pelukan papa.

Tidak ada pelukan senyaman pelukan papa.

Tidak ada pelukan di dunia ini yang bisa membuatku merasa terlindungi dan tidak takut apapun selain dari pelukan papa.

●   ●   ●

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top