Epilog
Saint-Jean-Cap-Ferat, France
August 8th, 2027
The Wedding Day
Setelah menyelesaikan salah satu rangkaian dari acara pernikahan mereka, Fabian dan Sura langsung memasuki kamar untuk mempersiapkan diri untuk acara selanjutnya. Sembari menunggu beberapa orang untuk membantu mereka mempersiapkan diri untuk acara selanjutnya, mereka berdua tampak memandang satu sama lain lalu tersenyum bersama.
"Terima kasih, Liebchen," ucap Fabian saat Sura sedang perempuan muda itu tampak menyandarkan dirinya pada salah satu sofa. Fabian bergabung untuk duduk bersamanya dan mengusap kepalanya.
Sura hanya terkekeh pelan. "Terima kasih, Bi. Kamu sudah melakukannya dengan baik." Sura memuji Fabian sembari mengambil tangannya. "Terima kasih kamu sudah mengabulkan beberapa keinginan, mimpiku. Bahkan saat kamu merayu Edmund, yang susah sekali untuk menerima permintaan melukis di kanvas, untuk membuatkan potret diriku untuk mengabulkan keinginanku, aku benar-benar bahagia sekali."
"Aku akan selalu memenuhi apapun yang kamu mau, Sura. Aku senang melakukannya." Fabian mulai bersandar pada bahu Sura. "Kamu selalu cantik, namun hari ini kamu cantik sekali. Aku tidak bisa mengedip dan menangis karena hari ini kita menikah."
"Memang. Aku harus lebih ekstra untuk acara sekali seumur hidup, 'kan?" gumam Sura sembari memandangi jemarinya. Ia melihat cincin pertunangan dan cincin nikah yang ia kenakan di salah satu jarinya dan Sura puas. Benar-benar puas.
"Sekarang, apakah aku sudah bisa menciummu?" tanya Fabian dan Sura pun mengangguk. Saat Fabian mendekatkan wajahnya, mereka mendengar suara pinu yang terbuka dan suara yang familiar. Fabian langsung terbaring di atas lantai karena terkejut dengan kedatangan teman-teman mereka—Rayan, Shadira, dan Aqsad.
"Haaaai...uh, Fabian kenapa?" tanya Rayan begitu melihat Fabian tergeletak di atas lantai, namun Rayan tak langsung membantu Fabian untuk berdiri.
"Fabian hanya kelelahan," ucap Sura yang menutupi kejadian sebenarnya di hadapan teman-temannya, "semalam Fabian tidak bisa tidur karena ia akan menikah."
Rayan terkejut dan langsung mendekati Fabian. "Benarkah? Fabian ayo aku periksa keadaanmu."
Mendengar Rayan yang ingin memeriksanya, Fabian langsung terbangun dengan cepat dan kembali duduk di sofa bersama Sura. Ia tidak ingin Rayan menyentuhnya kali ini. "Sungguh, aku tidak apa-apa, Rayan."
"Benarkah?" Aqsad bertanya untuk memastikan dan Fabian hanya menganggukan kepalanya.
"Baiklah semua. Fabian, aku harus pinjam istrimu karena Sura harus mengganti gaunnya." Shadira memotong percakapan para lelaki dan menarik Sura dari sofa untuk mengantarkannya ke walking in closet yang berada di dalam kamar tersebut.
"Ayo Fabian—kamu juga harus mempersiapkan diri." Rayan mengajak Fabian dan melirik ke arah Aqsad. "Serta Aqsad, tolong kunci ruangan ini dari dalam. Aku khawatir ada tamu yang tersesat dan masuk ke ruangan ini."
.
.
.
Saat malam hari, acara sudah jauh lebih santai dengan lantunan musik jazz yang membuat suasana dari pesta pernikahan jauh lebih tenang. Sabine dan Ingrid tampak duduk bersama di salah satu sudut dari venue acara. Sabine tak dapat menghentikan tangisan terharunya karena melihat dua orang terkasihnya menikah.
"Ingrid, akhirnya kita benar-benar menjadi keluarga! Aku senang sekali karena akhirnya aku memiliki anak perempuan!" Sabine berkata sembari mengusap matanya. "Sura cantik sekali. Aku senang melihatnya memilih gaun yang memang sesuai dengannya. Ia tampak bersinar sepanjang hari."
"Memang." Ingrid menganggukan kepalanya dan mengusap punggung sahabatnya.
Setelah pertemuan Sura dan Fabian di Italia, mereka berdiskusi dan memutuskan bahwa Sura tidak akan diberikan posisi tertinggi— baik di perusahaan baja keluarganya dan juga di perusahaan hotel dan resort keluarga Fabian, sampai Sura siap dan tidak terbebani oleh dua tuntutan tersebut. Untuk sekarang, Sura berusaha untuk merintis dari perusahaan keluarganya dan beruntunglah Pat dan Peter bisa mengerti. Lima bulan dan setelah itu kita berikan posisi tinggi yang kosong, minimal AVP, karena kita percaya Sura bisa melakukannya. Sura mengingat kata pamannya itu.
"Akhirnya keponakan terkecilku menikah. Aku benar-benar terharu melihat mereka akhirnya menemukan jalan keluarnya dengan baik." Peter berkata kepada Remus yang duduk bersamanya. "Aku yakin akhir tahun atau tahun depan giliran Nicholas."
Remus menghela nafasnya. "Aku antusias mendengar Nicholas yang sudah mengejar gadis yang sama sejak beberapa tahun yang lalu. Nicholas harus bekerja lebih keras untuk mendapatkannya."
"Seperti apa gadis itu? Apakah sama seperti mantan calonnya dulu?" tanya Peter penasaran dan tampak tertarik dengan pembahasan gadisnya Nicholas.
"Berbeda jauh—Ingrid dan aku sangat menyukainya, Peter."
"Well, jika seperti itu, Nicky memang harus bekerja lebih keras."
Saat para pengantin berjalan untuk menyapa para tamu yang hadir. Banyak di antara para tamu itu adalah rekan terdekat mereka. Dari salah satu sisi, tampaknya Rayan sedang duduk bersama Giandra, Aqsad, dan Shadira yang mulai membahas buku terbarunya Julian Ramadhan. Buku yang rilis tiga hari sebelumnya berhasil menarik perhatian publik di seluruh dunia karena karya tersebut telah menutup universe dari The Emmerich Siblings-nya Julian Ramadhan.
"Kurasa aku harus mencari penterjemah baru untuk Bahasa Indonesia. Sura akan pergi bulan madu dan aku harus mencari penterjemah baru." Giandra melanjutkan obrolan terkait dengan buku tersebut. "Karena terjemahannya Sura dan juga aku membuat cover terbarunya, banyak fans yang menyerbu dan menyambut baik cetakan terbaru tersebut."
"Kamu bisa merekomendasikan Mas Nicholas ke penerbitmu untuk melanjutkan terjemahannya. Lagipula kamu juga dekat dengannya—pasti kamu bisa membujuknya." Rayan mengatakannya sembari tersenyum puas. "Sekarang aku menyukai The English Garden karena semuanya terasa sempurna, namun aku tetap membutuhkan versi Indonesianya."
"Aku akan membeli versi original-nya di Charles de Gaulle saat pulang nanti." Aqsad berkata dengan ekspresi agak masam karena ia belum mendapatkan buku cetakan aslinya sejak hari pertama rilis. "Bahkan aku tidak terpikir untuk meminta Giandra menyimpan satu cetak untukku."
"Kamu kalah cepat—karena aku sudah meminta Giandra menyimpannya untukku dari seminggu sebelumnya. Bahkan Andrew juga tidak mendapatkannya karena ia masih ingin menyihir ayahnya dengan koleksi Julian Ramadhan itu." Rayan bercerita sembari memperhatikan Shadira yang sejak tadi membuka ponsel dan tersenyum. "Well, Shadira. Bagaimana hubunganmu dengan fotografer itu?"
"Ya, ya, bagaimana Shadira! Ceritakan!" ucap Aqsad antusias. "Aku sangat antusias saat melihat foto-foto prewedding Fabian dan Sura yang diambil oleh Nandito Thiar DAN KITA BARU MELIHATNYA SEKARANG."
"Tenang saja, Fabian dan Sura masih memiliki waktu untuk memposting foto prewedding mereka yang lucu itu. Memang sengaja mereka memajangnya sekarang dan tidak dipajang di medsos agar kita kaget." Shadira tampak berceloteh dan pikirannya mengingat foto-foto prewedding yang ia lihat sebelum masuk ke venue pernikahan. "Tunggu dan lihat saja. Justru yang harus kalian khawatirkan adalah Giandra—yang sejak tadi tampak tenang. Lihatlah dia sudah menerbitkan banyak buku best seller dan masih bekerja keras. Aku terkesan saat harus menerima pesanan bunga dari seseorang untuk dikirimkan padanya begitu bukunya rilis pada quarter two 2027."
Bahkan sebelum Giandra memikirkan
rencana lanjutannya, seorang lelaki dengan rambut bergelombangnya tampak menghampirinya dan mengajak gadis itu untuk berjalan dengannya di bawah langit malam. Lelaki tersebut terlihat memberikan senyuman dan tatapan mendalam saat berjalan bersama perempuan yang terlihat manis dengan terusannya.
"Aku senang melihatmu secantik ini, Giandra—tentu saja kamu selalu cantik sepanjang waktu." Nicholas Wiradikarta bertanya sembari berjalan mengekori Giandra. Kedua iris hijau kebiruan dengan bentuk mata dan alis yang sempurna itulah menjadi keunggulan Nicholas untuk membuat gadisnya memperhatikan dirinya. "Apakah besok kamu ada waktu? Aku ingin mengajakmu jalan lagi seperti sekarang."
Giandra pun langsung membalas tatapan Nicholas dan tersenyum antusias. "Boleh saja!"
Begitu Sura melihat pemandangan antara kakak dan sahabatnya—yang sengaja berjalan memisahkan diri dari kerumunan tamu, rasanya Sura ingin memanggil keduanya, namun Fabian menahannya.
"Biarkan mereka bersama, Sura. Mungkin Giandra sedang mencari penterjemah baru."
"Atau Kak Nicky sedang 'mencari' momen dengan sahabatku." Sura mengatakannya dengan pelan. Menyadari kedua orang yang ia lihat langsung pergi begitu cepat dan tak terlihat lagi. "Lihatlah, mereka langsung menghilang, Bi."
"Biarkan saja, Liebchen."
"Bagaimana kalau kita berlari sebentar ke tepi laut?"
"Boleh saja!"
Fabian menggandeng tangan Sura dan menariknya untuk berlari ke tepi laut. Begitu menjumpai laut yang begitu bercahaya dengan sinar bulan, Fabian langsung menyandarkan tubuh Sura dalam pelukannya. Memandangi laut yang tenang.
"Aku tidak salah menilaimu—kamu memang menyebalkan." Sura mengatakannya sembari memenjamkan matanya dan memeluk Fabian.
"Memang," balas Fabian tak membantah dan memeluk Sura sembari mengusap kepalanya, "setidaknya aku bahagia karena kamu datang ke hidupku dan memberikan aku kesempatan—aku bersyukur untuk semuanya."
THE END
Published on March 17th, 2024
nas's notes: aku mengebut sampai sahur hehe but i hope you'll like it! akhirnya aku bisa menutup tgc ini dengan tenang. aku menunggu reaksi kalian terkait dengan semuaaaaaanya! so excited to hear something from u guys!!
terima kasih banyak untuk dukungannya dan mohon maaf apabila masih terdapat kekurangan saat mengikuti tgc. terakhir, yang belum vote ayo vote apalagi yang belum pernah vote samsek ayoookkk mataku udaaah 5 watt & aku butuh puk puk (cries).
jika ada few tweets terkait dengan universe tgc atau extra chapter atau cerita baru, aku akan umumkan di twitter/x aku (at) gemeinschweft. jangan lupa di-follow yaaaaah :")))
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top