80. Geburtstagskarte

Jakarta, Indonesia
25 December 2026

Nayantara Sura's 26th Birthday

Saat ia masih bekerja sebagai diplomat hingga menjadi Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Remus berusaha untuk menyisihkan waktu untuk mengucapkan selamat ulang tahun kepada anak-anaknya. Sewaktu Wiradikarta bersaudara masih kecil, Remus dan Ingrid akan mengajak mereka ke taman hiburan atau kebun binatang dan mengakhirinya dengan makan bersama. Seiring berjalannya waktu dan posisi Remus yang semakin bagus, Remus hanya memberikan anak-anaknya hadiah dengan kartu ucapan yang dicetak secara khusus dan mengajak mereka makan bersama. Dengan catatan semua ini akan dilakukan jika orang tua dan anak-anak itu berada di negara yang sama—jika tidak, Keluarga Ehrlich di Inggris dan Keluarga Wiradikarta di Jakarta akan membantu untuk mengadakannya (Mereka tidak akan keberatan karena cucu dari kedua keluarga tersebut hanyalah Hanneli, Nicholas, dan Sura).

Beruntunglah Sura terbangun di pagi hari tanpa mendapatkan notifikasi berisik—selain notifikasi dari bot-nya Cobalt Blue yang secara otomatis akan mengirimkan ucapan selamat ulang tahun ke surelnya. Sebenarnya ia masih lelah karena kemarin ia musti Work From Office bersama Andrew dan sudah diwanti-wanti agar datang ke kantor agar pulangnya bisa makan-makan. Tentu saja hanya di Cobalt Blue semua karyawan bisa mengambil birthday leave. Karena ulang tahunnya jatuh pada tanggalan merah, Hari Natal, dan ia butuh cuti untuk prewedding, jadi ia memutuskan untuk mengambil cuti di tanggal 23.

Sebenarnya Sura mendapatkan kamar yang ukurannya lumayan dibandingkan kamarnya yang biasa ia tinggali di London atau yang pernah ia tinggali saat melanjutkan studi di Oslo (jangan sebut kamarnya Sura sewaktu ia berkuliah di Yogyakarta—semuanya bagus, kecuali tetangganya yang sering membawa tamu saat malam hari itu). Kamar Sura sama seperti kamar perempuan lainnya yang penuh dengan pernak pernik, boneka beruang berukuran besar, tirai putih, dan lemari yang penuh dengan hal-hal yang disukainya. Tak ketinggalan, pintu kamar yang berada dibalik lemari pajangan dan seseorang mengetuk pintu tersebut pada pukul delapan pagi.

"Sura?! Tolong buka pintunya?!" Panggil lelaki berusia dua puluhan akhir dari luar kamar. Sura bangkit dari ranjangnya yang dingin dan berjalan menuju pintu tersebut dengan hati-hati.

"Hooh Nicholas?" gumam Sura dengan perasaan masih belum sadar dari tidurnya.

Nicholas tampak bergegas masuk ke kamarnya Sura bak supermodel dan membenamkan tubuhnya pada tempat tidur adiknya yang bernuansa hijau sembari memeluk boneka beruang yang dengan setia berada di ranjangnya Sura. Tentu saja pagi itu Nicholas sudah terlihat rapi dengan sweater biru navy, kaus putih, dan celana jeans abu-abu yang semuanya dari Uniqlo, kesukaannya. "Adik iparku datang."

Sura sendiri memilih untuk mendaratkan tubuhnya di atas sofa yang terletak di samping kasur dan berusaha untuk mengumpulkan kesadaran. "Haaaa." 

"Fabian." Nicholas menjawab dengan girang saat ia menyadari bahwa adiknya benar-benar belum bangun dari tidurnya. "Fabian dan ayah sedang mengobrol sembari memakan kue kacang. Bahkan Fabian membawakanku TimTam, Lindt, dan Werther's Original."

"Haaa Kak Nicky."

"Haaaa terus. Bateraimu habis, kah? Atau Error?"

Terdapat jeda dalam percakapan tersebut dan Sura hanya memegangi kepalanya. "Sebenarnya aku masih ngantuk jadi belum nyambung. Ngomong-ngomong, Kakak kapan pulang dari Bandung?" tanya Sura dengan suara mengantuknya. Perempuan itu ingat dengan pasti bahwa saat ia pulang dari kantor hingga sebelum ia tidur, ia belum melihat kakaknya pulang ke rumah. 

"Kemarin jam sebelas malam." Nicholas berujar sembari terpikirkan sesuatu. "Hadiah ultahmu masih di-handcarry dari Korea. Tunggu saja, ya. Anyway, Alles Gute zum Geburtstag."

"Danke!"

Mereka berdua mendengarkan suara ketukan pintu dan mereka melihat sesosok wanita berusia separuh abad yang masuk ke kamar tidur Sura yakni Ingrid. Tampaknya pagi itu Ingrid sudah terlihat rapi dengan blus hijau emerald dengan celana panjang wol hitam. 

"Meine Liebste." Ingrid datang sembari memeluk Sura yang masih terlihat belum sadar dari sofanya dan mencium pipi putrinya dengan lembut. "Happy Birthday, Sura."

"Danke, Bunda."

Ingrid pun langsung berjalan ke lorong lemari dan membuka salah satu pintu lemari bajunya Sura. Tangannya berusaha untuk memilih beberapa pakaian yang tergantung dengan clothing cover. Beberapa dari pakaian yang masuk ke dalam lemari gantung itu adalah pakaian yang jarang Sura kenakan karena lebih banyak terusan manis yang terlihat tidak biasa (terutama jika ia kenakan ke kantor). Ia memiliki bagian lemari sendiri untuk baju-baju kantor dan perginya yang jauh lebih kasual. Karena merasa kehabisan pilihan setelah memindahkan pencariannya ke bagian lemari kasualnya, Ingrid memutuskan untuk mengambilkan celana panjang hitam dari Saint Laurent. "Bunda kehabisan pilihan. Cari atasanmu sendiri dan jangan pakai yang biasanya kamu pakai ke kantor."

Setelah melihat apa yang bundanya berikan padanya, Sura langsung terpikir untuk mengenakan sesuatu yang bagus, terutama untuk hari ulang tahunnya. Ia merundukkan tubuhnya untuk mengambil salah satu kotak dari bawah lemari gantungnya dan mendapati kotak berwarna toska dengan aksen hijau.

"Aku ingat aku punya ini." Sura mengatakannya sembari membuka kotak tersebut. Ia hanya membukanya sekali setelah pemberinya memberikannya padanya secara langsung. Jemarinya langsung mengangkat sebuah sweater rajut berkerah dengan resleting berwarna putih dari kotaknya. 

"Kutebak, Peter memberikanmu sebelum kamu pulang?" tanya Ingrid begitu memandangi sweater tersebut. Peter berusaha mendandani putri bungsuku seperti karakter modis dari film Clueless itu. Batinnya.

"Ya, Bunda."

Ingrid menganggukan kepalanya. "Baiklah. Sekarang kamu mandi. Jika sudah siap, kamu bisa langsung ke ruang kerjanya ayah. Ayah sudah menaruh hadiahmu di meja kerjanya," ucap Ingrid yang setelah itu langsung berjalan menuju pintu. Namun, ia menyadari bahwa Nicholas masih terlihat santai merebahkan dirinya di atas kasur adiknya. Ingrid pun memutuskan untuk menarik tangan anak laki-lakinya. "Nicholas, ayo ikut Bunda."

Nicholas hanya bangkit dengan malas dan mengikuti bundanya keluar dari kamar tersebut.

.

.

.

Sura menyelesaikan persiapannya terbaiknya dengan pakaian baru, parfum dengan aroma baby powder, riasan sederhana, dan rambut yang ditata. Ia hanya berpikir dengan penampilan seperti ini ia hanya membeli kue cokelat di salah satu toko kue langganan konglomerat Jakarta dan menyalakan lilin di rumah. Namun, dengan bundanya yang tadi masuk ke kamar untuk menyapa dan memilihkan pakaiannya, tampaknya ia akan mendapatkan perayaan ulang tahun yang berbeda dibandingkan biasanya. Pikirannya yang berencana untuk makan shabu-shabu di tempatnya dengan Andrew waktu itu tampak tidak memungkinkan dengan situasinya sekarang.

Dengan cepat, ia langsung bergegas menuju ruang kerja ayahnya dan menemukan sebuah kotak kecil di atas meja kerja ayahnya. Tanpa berpikir, Sura langsung membuka dan melihat isi dari kartu ucapannya terlebih dahulu. Ah, rupanya benar ini dari ayah. Batinnya sembari membuka kotak kecil dan menemukan anting berlian yang pernah ia lihat di salah satu potret ikonik dari anggota keluarganya. Sura hanya tersenyum dan menyimpan hadiah kecilnya dalam tas bahu dari Tod's berwarna cokelat. Ia merasa bahwa telinganya langsung menangkap suara ketukkan pintu.

"Ya?"

Pintu tersebut terbuka dan pandangan Sura mengarah pada Fabian yang masuk ke ruang kerja tersebut. Tampak Fabian juga mengenakan sweater rajut dengan kerah dan celana berwarna cokelat tua. Fabian terlihat tampak senang hari ini. "Sura, ayo!"

Perempuan tersebut hanya memandangi Fabian dengan perasaan bingung. "Bi, aku kira kamu pergi dengan orang tuaku?"

"Tidak. Ayahmu mengatakan bahwa kamu ada di sini dan langsung pergi bersama bunda dan kakakmu. Tampaknya mereka terburu-buru. Setelah itu aku menjawab panggilan telepon dari seorang temanku di UGM dulu." Fabian menjawab dan berusaha untuk tidak memperlihatkan raut wajah linglungnya dengan apa yang ia alami hari ini. "Ayo, Sura. Hari ini kamu mau makan kue di mana? Aku akan membelikannya untukmu."

"Aku belum tahu, Sayang. Akan kita pikirkan sembari jalan." Sura berujar sembari berjalan keluar dari ruang kerja ayahnya dan menyerahkan kunci mobil yang ada pada tas jinjingnya.  "Tolong hari ini kamu yang bawa mobil."

Fabian mengangguk setuju saat mengambil kunci mobil dari tangan kekasihnya. "Boleh! Kamu juga boleh gunakan debit card-ku untuk berbelanja apapun yang kamu inginkan hari ini."

"Aku enggak tahu mau beli apa."

"Kamu ada wishlist?"

"Ada, sih, tapi tokonya di Singapura. Aku masih bisa menunggu sampai ke toko mereka di EU."

Fabian membuka ponselnya dan dengan cepat membuat sejumlah bookingan melalui aplikasi OTA. Sura hanya menatap Fabian dengan rasa tidak percaya. "Auf geht es!"

"Ayo apa?" tanya Sura yang benar-benar bingung. 

Tangan Fabian tampak menunjukkan bukti dari bookingan pesawat atas nama mereka berdua.  "Ayo ke Singapura. Kita habis ini ke Soetta terus naik SQ. Pulang ke Jakartanya malam. Aku sudah bilang ayahmu untuk membawamu pergi hari ini."

"Yang ayahku pikirkan itu kamu membawaku ke Plaza Senayan, bukan ION Orchard." Sura membalasnya, namun kedua telinganya sudah mendengar suara klakson yang tampaknya berasal dari mobil yang dipesan Fabian untuk menjemput mereka. "Kamu tidak bercanda, 'kan?"

Fabian hanya tertawa santai dan mengenggam jemari tangannya Sura. "Jadi bisa aku taruh dimana kunci mobilmu?"

Kedua mata Sura dan pikirannya berusaha memproses apa yang terjadi. Memang ia ingin Fabian melakukan sesuatu untuknya, namun ini benar-benar di luar dugaannya. Perempuan tersebut hanya bisa tertawa. "Bisa kamu taruh di meja makan saja. Habis aku kunci rumah dan taruh kunci kita bisa langsung jalan."

TBC

nas's notes: fabian in his cogil era (tapi memang dia selalu cogil, sih). terimakasih banyak ya untuk kalian yang sudah membaca karya ini. aku ingin tahu feedback kalian untuk dua part yang aku publish ini jadi boleh minta tolong feedbacknya lewat tellonym saja? aku ingin baca reaction lucu kalian? hehe terimakasih sebelumnya yaaah <3


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top