33. Foresight

Bimo Aidan Mumtaz mengangkat wajahnya dari layar laptop dan melirik sekitarnya. Tampak keadaan baik-baik saja, namun Bimo merasa bosan karena tidak ada hal menarik dari lantai lima belas. Biasanya, Bimo melihat ada rekan kerjanya yang tiba-tiba merayakan ulang tahun secara heboh atau salah satu rekan dari divisi lain mengajaknya untuk membeli jajanan secara online. Namun, hari ini yang ia lihat hanyalah karyawan dari Directorate People yang memilih untuk bekerja dari tempat lain—entah pergi ke meeting room atau bekerja dengan teman dari directorate lain di suatu tempat. Tiba-tiba, Bimo memiliki ide bagus lalu menoleh pada dua temannya yang duduk berhadapan di meja panjang tersebut. "Sur, Dan, kalian mau kerja di lantai sepuluh, enggak? Sekalian temenin aku nyebat di balkon, yuk." 

"Yuk, deh. Aku bosan." Sura menjawab sembari mengambil Macbook, ponsel, dan Stanley abu-abu mudanya dari atas meja. Pikirannya pun juga mengarah kepada Kaia Meira—teman mereka dari Directorate Technology yang hari ini juga datang ke kantor. "Mau ajak Kak Kaia juga, enggak?"

"Boleh! Ajak aja, Sur." Daniel juga ikut mengambil laptopnya dan berjalan bersama teman kerjanya menuju lift. 

"Boleh boleh!" jawab Bimo yang menekan pintu lift dengan salah satu tangannya.

Pada pukul tiga sore, karyawan Cobalt Blue yang datang untuk Work From Office pasti sudah mulai bosan dengan posisi bekerjanya. Biasanya mereka akan pindah ke telephone box untuk meeting, pindah ke kedai kopi lantai bawah untuk membuka meeting online sembari mengebulkan asap dari pods-nya, dan pindah ke ruang meeting jika semua orang dalam satu tim memiliki rapat harian, mingguan, bahkan project yang harus mereka rapatkan sesegra mungkin. Namun, Bimo memilih untuk mengajak Sura dan Daniel bekerja dari ke lantai sepuluh. Sementara Kaia pun menyusul dari lantai dua belas—lantai tempat biasanya karyawan dari Directorate Technology bekerja jika WFO. 

Bagaimana penyebutannya, namun banyak karyawan Cobalt Blue yang sering menyebut lantai ini dengan lantai sepuluh—terdapat ruang meeting, gym, studio, playground, balkon, dan multifunction room dengan connecting door. Biasanya multifunction room ini dapat menjadi area yang sangat besar untuk menyambut karyawan baru, makan siang bersama, hingga event directorate sampai event company yang tidak terhitung jumlahnya itu. 

Berhubung lantai ini terdapat balkon, jadi Bimo bisa nge-pods sendirian sembari ditemani Daniel. Sementara Sura dan Kaia yang memilih duduk dari dalam sembari mengerjakan pekerjaannya. Angin Jakarta yang berhembus pada balkon lantai sepuluh memang akan bagus pada Bimo dan Daniel, namun tidak untuk Sura yang sialnya tidak ingin tatanan rambutnya hancur karena terpaan angin. Kaia tidak terlalu memusingkan soal penampilannya, namun Kaia harus berkutat dengan pekerjaannya sebelum mendapat limpahan pekerjaan baru. 

"Sur, gimana kabar pacar kamu?" tanya Bimo saat ia kembali ke dalam ruangan bersama Daniel setelah menyelesaikan ritual sorenya itu. 

"Ya, dia baik-baik saja." Sura menjawab pertanyaan rekannya dengan perasaan yakin. "Tiba-tiba banget kamu nanyain Fabian, Bim. Ada apa memangnya?"

"Enggak apa-apa, kok. Aku tiba-tiba kepikiran sesuatu saja."

"Alright."

"Kapan Fabian selesai pendidikan kliniknya?" tanya Daniel saat ia baru saja mengambil posisi untuk duduk. 

"Aku tidak banyak bertanya dan menuntut, Daniel. Bahkan aku sudah lama menanyai progressnya, karena yang bisa aku lakukan adalah mendukung apapun yang ia lakukan."

Ia tidak ambil pusing dan lebih mendahulukan apa yang bisa ia lakukan sendiri. Kali ini, ada hal yang harus Sura sampaikan sendiri kepada kedua teman sekantornya itu.

"Bim, Dan, Kak Kaia, tahun depan kayaknya aku mau resign, deh."

Bimo, Daniel, dan Sura hanya terdiam sembari melemparkan tatapan penuh pertanyaan. Sementara Kaia mendengar sekilas saat ia juga mendengar suara yang sama dari wireless headphone yang ia kenakan. Di antara mereka bertiga—mengurangi Kaia yang tahun ini baru naik jabatan, yang sering membual tentang rencana resign adalah Bimo, sementara Daniel melakukan pergerakan bawah tanah dengan masuk ke grup info loker, dan Sura yang tampak santai-santai saja. 

"Habis lebaran, 'kan?" Daniel bertanya sembari mengetik 'Idul Fitri 2027' melalui laman mesin pencarian. Sebagai HR, mereka tahu pasti bahwa karyawan akan mengajukan resign setelah karyawan sudah menerima Tunjangan Hari Raya dan Sura selalu menyarankan mereka untuk mengajukan resign setelah menerima THR.  "Ya, 'kan?"

Perempuan itu hanya menganggukan kepalanya dengan perasaan yakin. "Insya Allah."

"Kenapa resign, Sura? Apa kamu ada masalah di Cobalt Blue?" tanya Kaia begitu pikirannya sudah mencerna apa yang terjadi.

Sura hanya tertawa kecil. "Tidak, tidak. Aku baik-baik saja, namun aku ingin pindah saja."

"Pindah kantor?" Bimo bertanya dengan perasaan serius.

"Kalau aku pindah kantor di Indonesia ya aku ngapain bilang ke kalian dulu. Mendingan aku langsung mengajukan resign ke Pak Michael sama Mas Andrew." Sura menjawab pertanyaan temannya itu dan mulai meminum air dingin dari Stanley-nya. "Pindah negara."

"Kalau begitu kenapa engga WFA aja?" 

"Bim, kalau bisa WFA, sih, mending aku WFA disambil kuliah S2 di Norway. Semisalnya Cobalt Blue buka kantor di Eropa pun, lebih baik aku minta pindah penempatan aja, deh, daripada resign. Sekarang aja aku sudah mempersiapkan surat resign dan persiapan handover. Mau lihat? Mungkin habis ini kamu, Daniel?"

Daniel hanya memandangi temannya dengan perasaan serasa malaikat maut mencabut nyawanya. Sura cabut, maka Daniel harus mempertahankan bonding dengan Bimo. Lagipula untuk orang yang belum mengajukan resign secara resmi, Sura benar-benar sudah cukup terencana. "Kalau begitu kamu dulu, Sur. Aku masih bisa tahun depannya lagi. Mungkin 2028?"

"Tidak usah malu-malu, Dan, habis Natal 2027 bisa, kok, kalau kamu mau langsung mengajukan resign." Kaia mengatakan sembari mengerjakan pekerjaannya. 

"Heh, kenapa jadi keluar topik gini? Fokus ke Sura yang bentar lagi mau resign." Daniel memotong kalimat Kaia dan mengalihkannya ke pembahasan baru. "Ngomong-ngomong, kamu mau hadiah resign apa, Sur?"

"Kenapa jadi bahas hadiah resign, sih, Dan?" 

"Diem, lo, Bim. Sura, kamu mau hadiah apa?"

Perempuan tersebut langsung memikirkan apa yang ia inginkan sebagai hadiah pengunduran dirinya. "Mau Longchamp atau piringan hitam baru, ya? Eh, tidak, aku bercanda. Aku mau photocard Jungwoo."

"Seriusan? Photocard Jungwoo?" Daniel kembali menanyakan pada Sura untuk mengkonfrimasi permintaan temannya. 

"Yup, TapCash Jungwoo juga boleh. Soalnya punyaku entah kemana, Dan. Mana sekarang sudah susah dicari lagi yang Jungwoo itu. Sedih."

"Sur, TapCash kamu masih sama aku!"

Pria itu hanya memandang teman sekantornya dengan perasaan tidak percaya. Pantas saja saat Daniel minta ditumpangi oleh Bimo, ia menotis kalau Bimo mengeluarkan TapCash Jungwoo untuk membayar biaya parkir saat mereka singgah sejenak pada salah satu gedung ruko dekat kantor. "Ya Tuhan Bimo."

"Ya Allah Bimo. Aku tahu TapCash aku memang masih sama kamu, tapi aku nunggu kamu sadar dulu alias mengaku," gumam Sura yang sudah mengetahui ini sejak awal, "enggak apa-apa, Bim. Simpan aja buat kamu asal sering-sering kamu pakai saja."

TBC

nas's notes: Terima kasih banyak yang sudah menunggu update dari TGC dan juga melampirkan banyak hal baik untukku. <33

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top