25. Surmise

London, UK
Mid-year 2026

Tidak ada yang tahu bahwa seseorang bisa menemukan ide dari tempat yang tidak terduga.

Sura memiliki agenda lainnya yakni melihat bagaimana orang tuanya menikah pada tahun 1994. Meskipun Sura sudah diperlihatkan, namun ia penasaran bagaimana orang tuanya bisa berpikir untuk memiliki tiga acara dalam pernikahan mereka—yang dalam urutannya ada pernikahan agama, sipil, dan pesta pertama di Inggris, serta diakhiri dengan pesta kedua di Indonesia. Yang membedakan hanyalah lokasi, tamu undangan, dan juga tema pestanya.

Karena itu juga, foto pernikahan Remus dan Ingrid memiliki jumlah yang banyak dan detail yang jelas. Terima kasih untuk keluarga yang waktu itu memutuskan untuk mencetak semua foto tersebut hingga menjadi beberapa album dan menggandakannya—satu di rumah Keluarga Ehrlich dan satunya lagi di rumah keluarga Wiradikarta. Sura pernah melihat duplikatnya, namun waktu itu ia belum ingin menikah. Rasanya waktu itu ia hanya melihat sekilas dan sekarang Sura melihatnya lagi secara mendetail.

Perempuan tersebut duduk di salah satu sofa yang ada di ruang baca. Ia telah menyalakan pemutar piring hitam untuk mendengarkan Ella Fitzgerald yang menjadi salah satu kesukaannya, menyediakan minuman dan kudapannya sendiri, dan menumpuk beberapa album foto.

Dulu di ruang bacanya ini, Remus muda sering mengumpulkan Hanneli, Nicky, dan Sura untuk membacakan buku-buku kesukaannya hingga bercanda soal warisan.

"Kalau Ayah sama Bunda meninggal, nanti warisan Ayah sama Bunda itu ada vila di Bandung, rumah Jakarta, sama rumah London. Kakak Hanneli sama Kakak Nicky dapat rumah di Indonesia, Adek Sura dapat rumah di Inggris, ya."

"Terus kita jadi yatim piatu, dong? Enggak mau."

"Nicky juga enggak mau!"

"Adek enggak mau rumah di London. Jauh dari Kakak."

"Ih Adek! kamu tinggal di Inggris aja. Bahasa asing kamu bagus."

"Tapi nama lengkap aku Asia banget, nama kalian kebarat-baratan. Nanti aku enggak ditemenin orang-orang kalau aku tinggal di London, terus nanti Adek enggak bisa masuk Amerika."

"Enggak Adek, Adek tetap bisa masuk Amerika, kok."

"Pakai pasport diplomatik?"

"Nanti dimasukin ke peti kemas naik kapal atau pakai air cargo."

"Ayah!"

"Tapi kenapa nama kita ada unsur Ibrani-nya?"

"Sura memang nama Yiddish dan Arab. Hanneli nama Jerman yang berasal dari nama Ibrani Hannah atau Chana. Hanan juga Ibrani. Semua nama bagus dan Ayah sama Bunda senang memberi kalian nama-nama bagus—karena kita ingin mendoakan kalian lewat nama, meskipun berbeda bahasa. Kalau tidak lolos imigrasi hanya karena nama ya itu akal-akalan petugasnya. Masa mau periksa orang musti menilai dari nama mereka? Lagipula Adek kalau tinggal di Inggris juga aman, kok, kalau Adek ada yang musuhin Adek bisa langsung bilang Jid. Nanti anaknya dilemparin sendal."

"Sudah sudah, makanya doain Ayah Bunda supaya sehat selalu, panjang umur, rejeki lancar biar kita tinggalnya enggak kepisah-pisah dan bisa sama kalian terus."

RRRRRRRRRR!!!!!!

Ponselnya yang berdering berhasil membuyarkan lamunannya di tengah-tengah pencarian menariknya. Rupanya Fabian mencoba untuk menghubunginya. 

"Sayang, kamu sedang apa?!"

"Hmm...aku sedang memutar vinyl di ruang baca," jawab Sura secara tidak spesifik—tampaknya Sura tidak ingin membebani pikiran Fabian jika mengungkit soal perencanaan pernikahan ini.

"AAAA AKU HARUS CERITA INI. Aku baru masuk mobil setelah mengunjungi rumah orang tuaku. Aku tidak berencana untuk menemui mereka, namun aku memiliki ide untuk melihat album pernikahan orang tuaku. Sebenarnya selama ini aku tidak begitu peduli, namun karena mendengarmu, aku jadi tertarik. Namun, aku malah mendapatkan kejutan. Bundaku punya pria lain!!!"

Sura yang mendengarnya hanya menutup mulut dengan salah satu tangannya. Tampaknya ia benar-benar tidak percaya dengan apa yang ditemukan oleh Fabian. "Bian, aku minta maaf...aku tidak menduga hal ini akan terjadi."

"Liebchen, itu bukan salahmu. Aku terkejut karena aku tidak tahu siapa dia."

"Kamu tidak ingin bertanya dulu, kah? Atau mencari di internet?" Sura memberi saran dengan perasaan yakin tidak yakin. 

"Aku terlalu takut. Apa bundamu pernah mendengar soal ini?"

"Bian, sedekat-dekatnya bundaku dengan bundamu, pasti ada hal yang tidak mereka bagikan satu sama lain," jawab Sura yang berusaha diplomatis. 

"Yup, bahkan tampaknya bundaku tidak membagikan banyak hal pada ayahku. Aku benar-benar menyesal, tapi sejujurnya melihat bunda dan ayahku tidak ada 'sparks' selama pernikahan mereka, tampaknya masuk akal. Menurutmu aku harus gimana?"

"Bian, tapi kalau bisa kamu ngobrol dulu sama bunda kamu. Coba kamu kunjungi bunda kamu kalau waktu kalian senggang atau sempatin makan malam sama bunda setelah dari rumah sakit. Jangan langsung menyimpulkan sendiri." Sura berusaha memberikan saran pada Fabian. "Kita tahu orang tua kita engga dari mereka lahir, Bi, wajar kalau mereka tidak membagikan banyak hal sama kita."

"Menurutmu setelah aku menanyai bunda, apa bunda akan menjawabku?"

"Pasti dia menjawabmu, Bi. Bundamu butuh seseorang yang menanyakan dia. Ya, bundaku juga bilang kalau bundamu senang ditanya."

"Aku akan mencobanya lagi. Aku pernah menanyainya soal arti atau asal nama aku atau kenapa bunda menamai aku, namun bunda meminta aku untuk bertanya pada ayahku."

"Atau bundamu benar. Memang ayahmu yang memberikanmu nama. Coba kamu tanyakan lagi. Aku kira kamu tahu namamu artinya apa—meskipun kamu mencarinya di internet."

"Aku akan mengusahakannya. Sayang, aku beruntung bisa menghubungimu—kamu selalu memberikan aku ide-ide bagus. Terima kasih."

"Terima kasih juga kamu sudah mau membagikan perasaanmu."

"Rasanya aku ingin peluk kamu SEKARANG!"

"Peluk jauh!!"

"AAAA jadi kapan kamu ke Jakarta?"

"Dua hari lagi! Jujur aku udah ingin kerja, namun Pak Michael akan tahu aku aktif meskipun aku sedang cuti—terlihat dari status Slack!"

"Hubungi aku setelah kamu sampai Jakarta, ya!"

"OK! Goodbye, Baby! I love you!!"

"I love you MORE!!!"

"Salam untuk Ben!!"

"ENGGAAAAA."

TBC

nas's notes: GUYSSSS Terima kasih banyak yaah sudah mau baca ceritaku dan meninggalkan reaksi & WOW HARI INI AKU UPDATE NARASI DUA KALI (menangis bangga)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top