23. Family First
London, UK
Mid-year 2026
Sejam yang lalu, Sura dihubungi oleh pamannya, Peter Hirschmann, untuk makan siang di salah satu restoran Timur Tengah dan Mediterania yang berada di Hillgate. Alasannya adalah karena Sura akan berangkat kembali ke Jakarta dalam hitungan hari dan, selain teman-temannya Sura, Peter ingin mengajak keponakan favoritnya untuk makan siang bersama di sela kesibukannya.
Begitu Sura masuk ke restoran (yang dinobatkan Peter sebagai restoran enak dan memenuhi kebutuhan dietary-nya), matanya hanya melihat pamannya dengan pakaian necis dan wajah yang rupawan sudah duduk di kursinya sembari tersenyum penuh antusias. "Maaf Onkel aku terlambat. Aku harus mampir ke kosher supermarket—ada yang harus aku beli untuk bosku di Jakarta."
"Seharusnya kamu menitip saja padaku, Sura. Asisten rumah tanggaku akan membelikan dan mengirimkannya untukmu. Lain kali aku bisa membantumu."
"Terima kasih, Onkel, tapi aku juga ingin berkeliling," ucap Sura sembari melihat sekeliling. Pandangannya hanya mempikirkan bahwa restoran ini tampak tidak seperti restoran Timur Tengah atau Mediterania atau keduanya yang ia tahu, "wow, aku tidak percaya pilihan restoranmu bisa semenarik ini."
"Jangan skeptis dulu. Sungguh, kamu harus percaya aku, Sura, makanan mereka enak-enak! Aku pernah mengajak Pat dan omi-mu ke sini dan ini benar-benar approved untuk semuanya—baik makanan maupun suasananya."
"Kalau begitu, pesankan aku apa yang pernah Onkel pesan."
"Na, gut."
Sura tidak percaya dengan kehidupan yang dijalani oleh pamannya. Sebagai pengacara hiburan dan hukum internasional, Peter ikut tersorot akibat dari klien-klien besar yang berani membayar mahal dirinya untuk layanan hukum yang ia lakukan. Tak hanya klien, namun beberapa kasus yang ia tangani juga meningkatkan nilainya sebagai pengacara prestis. Beberapa majalah dan laman hiburan turut menobatkan Peter sebagai pengacara tampan dan gaya hidup yang pantas untuk pria seusianya.
Sebenarnya, Peter tahu banyak. Ia mengenal banyak orang penting dengan baik dan memahami latar belakang mereka. Sering kali ia mendapatkan informasi tentang orang-orang penting ini dari siapa saja—dari beberapa rekan di firma hukum, nyonya top yang suka mengajaknya untuk afternoon tea, tukang jahitnya di Saville Row, hingga penata rambutnya Patricia. Bahkan saat Sura memperkenalkan Fabian pada Peter dan Pat lewat video call saat Hanukkah beberapa tahun yang lalu, ia langsung dapat mengenali wajah ala aristrokat tersebut sambil berpikir: laki-laki ini siapanya dr. Gusti Hafiyyan?
Waktu itu yang ada di benaknya Peter adalah mengapa Sura memperkenalkan orang yang jelas-jelas keluarga besarnya sudah saling mengenal. Sebenarnya tidak menjadi masalah karena Peter hanya mengenal Sabine Amari, Andrian Hafiyyan, dan beberapa generasi sebelumnya dari pertalian tersebut, jadi secara teknis Peter tidak familiar dengan Fabian. Ya, tidak familiar seperti anak para figur publik barat yang baru diperkenalkan orang tuanya ke publik saat dewasa atau tidak diperkenalkan sama sekali.
Untuk kasusnya Fabian, lelaki itu diperkenalkan ke publik setelah Fabian kembali dari Jakarta. Tentu saja Peter tahu ini dari obrolan rekan-rekan di firmanya saat makan siang.
"Kamu tahu apa yang terjadi saat kamu di Jakarta?" tanya Peter yang memulai untuk membuka obrolan dengan keponakannya.
"Ada apa?"
"Banyak yang menanyakanmu. Mereka berharap kamu bisa kembali ke Inggris untuk belajar soal perusahaan keluarga. Kamu perlu dipersiapkan untuk meneruskan usaha keluargamu."
"Setelah aku tidak diperbolehkan untuk menjadi diplomat, kurasa berkarier di HR adalah satu-satunya hal yang bisa aku lakukan."
Tone suara Sura yang sensitif itu sangatlah jelas. Sura masih tersinggung setelah beberapa tahun yang berlalu. "Tentu saja kamu tetap boleh bekerja sebagai HR, bahkan Fre bisa membantumu untuk menjadi CPO bahkan CEO, namun kami ingin kamu pindah ke Inggris dibandingkan menetap di Jakarta. Kami ingin melihatmu menghadapi tantangan lain."
"Aku berencana ingin pindah ke Inggris setelah resign dari kantorku sekarang. Aku juga sudah mengatakan ke orang tuaku soal rencanaku ini."
"Lantas apa kamu akan melanjutkan kariermu di grup?"
"Sejujurnya, ada posisi yang aku incar di Midnight Blue. Mereka memiliki kantor utama di London dan sudah mengirimkan berkasnya beberapa hari yang lalu. Aku berencana di Midnight Blue sampai dua tahun. Setelah itu aku akan kembali."
"Aku tahu kamu akan mengatakan itu. Kuharap setelah kamu menikah kamu tidak terburu-buru untuk bekerja di bawah ibu mertuamu atau menggantikan peran suamimu—yang seharusnya bisa lebih bertanggungjawab dengan apa yang dimilikinya dibandingkan membebankannya padamu."
"Kenapa Onkel?"
"Yang kita tahu, Sabine Amari tidak mewarisi apapun dari keluarganya besarnya dan tidak dibebankan. Maka wajar saja Sabine bekerja keras hingga menaikkan namanya sendiri dan kemudian mengurus usaha keluarga suaminya. Kamu tidak harus menggantikannya setelah menikah, lagipula Sabine akan hidup lebih lama. Sementara kamu mewarisi—meskipun Fre dan Pat masih mengelolanya, tetapi semua itu akan menjadi milikmu. Semuanya. Semua yang sudah bertahan sejak dahulu. Bahkan kita semua tahu bagaimana your great-grandfather George Gellert itu menyukaimu dan berdoa 'semoga Sura tidak mengikuti jejak ayahnya menjadi diplomat' seperti King George V yang mendoakan anak cucu kesayangannya naik tahta."
Sura tidak kaget saat pamannya mengatakan semua itu. Ia tahu jelas bahwa keluarganya menyayanginya dan Sura tidak dapat menyalahkan siapapun, termasuk takdir. Semua kekisruhan ini juga berawal karena ketertarikan keluarganya terhadap dirinya dan memang harus Sura yang menggendong tanggungjawab yang dilimpahkan padanya. Bukan Hanneli yang meninggal muda atau Nicky yang menjadi lelaki kesayangan keluarga Wiradikarta.
Tapi pamannya tidak salah. Peter hanya mengingatkannya kalau Sura memiliki usaha keluarganya sendiri dan akan mewarisi banyak harta, yang berarti Sura masih bisa hidup dengan baik tanpa melakukan banyak untuk usaha keluarganya Fabian. Bahkan lebih baik.
"Aku berpikir, Paman. Jika seandainya aku menikah dengan laki-laki yang hanya membawa tubuhnya ke keluarga, maksudnya dia tidak dari keluarga yang berpengaruh atau dia tidak memiliki pekerjaan dan uang, apa semuanya tidak seberat ini?"
"Sura, contoh nyata laki-laki yang hanya membawa tubuhnya ke keluarga ini adalah mantan suami ibu mertuaku. Jelas kamu belum lahir pada saat pria itu ada di keluarga ini, namun Fre selalu menyalahkan pria itu untuk semua kemalangan yang dialami oleh putrinya, dan mantan suaminya benar-benar benalu—ini alasan kenapa Patricia memakai nama belakang Gellert." Peter menjawab dan tampaknya Sura tahu siapa nama pria yang dimaksud, namun ia enggan menyebutkannya. "Sejujurnya keluarga ini rumit, namun lama-lama terdengar masuk akal. Setidaknya di sini aku selalu dianggap keluarga dibandingkan...ah, sudahlah."
"Aku juga berpikir demikian."
"Nayantara Sura Ramadhanty Wiradikarta. Aku harap kamu tidak mengganti nama belakangmu, apalagi mengubah cara hidupmu—tentu saja Remus dan Ingrid berhasil membesarkanmu dengan baik, dan yang boleh berubah hanyalah status dan peranmu."
Yang Sura berikan sebagai reaksi adalah senyuman dan pandangannya yang sejenak tak mengedip. Jarang sekali ada yang memanggilnya dengan nama lengkap (yang benar-benar lengkap) dan, jika ada yang melakukannya, tandanya ia benar-benar disebut serta diingatkan. "Tentu saja. Aku melihat contoh nyata—bunda dan bibiku. Suami mereka luar biasa, namun mereka juga tidak memaksa istrinya untuk memakai nama belakangnya."
Peter tersenyum saat tahu Sura memuji dirinya dari kalimatnya barusan. Peter mengambil sesuatu dari bawah mejanya dan memberikan paper bag berwarna cokelat terakota pada Sura. Perempuan tersebut terpanah saat melihat amplop merah dan kotak terakota dengan aksen hijau toska khas Loro Piana. "Mazel tov, Sura. Aku harap setelah kamu menikah aku bisa tetap memberikan hadiah dan uang saku untukmu seperti sekarang. Aku bingung aku bekerja untuk memberi uang saku ke siapa lagi, selain Pat, jika tidak ke kamu."
"Toda raba, Onkel!"
"Ngomong-ngomong, aku membeli ini karena sedang teringat dengan Timothy Marsh. Dia memakai model yang sama, namun aku membelikanmu versi wanitanya. Aku memiliki perasaan kalau kamu akan cocok dengan ini."
"Siapa itu Timothy Marsh?"
"Aktor kesukaanku selain Ralph Fiennes dan Paul Rudd. Benar-benar bakat hebat pada jamannya. Sayangnya Tim meninggal muda karena serangan jantung setelah nikah dengan istrinya. Seketika istrinya menjadi janda dalam hitungan jam setelah nikah. Nah, kurasa dari kasus itu kamu bisa mempertimbangkan medical check up sebelum menikah. Itu penting untukmu dan generasimu selanjutnya, meskipun hasilnya akan memberikanmu kejutan."
Sura menatap pamannya dengan ngeri. "Jangan menakutiku, Onkel—aku baik-baik saja."
TBC
nas's notes: terima kasih banyak untuk 500 likes di kepala ceritaku yang ada di twt! terima kasih juga sudah mampir ke narasiku!! jangan lupa berikan reaction kamu di tellonym, qrt twitter, atau di bagian komentar wp ini. temani aku terus yaah supaya ceritaku bisa ratusan part <3 terimakasihh!!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top