17. The Wedding Date
Dua jam yang lalu, Andrian yang baru saja pulang ke rumahnya setelah menyelesaikan satu operasi di rumah sakit tempatnya bekerja. Sabine tampak sudah siap sejak tadi dan langsung membawa suaminya pergi menuju bandara. Reaksi Andrian hanya tidak percaya karena bisa-bisanya Sabine membuatnya pergi ke London hanya untuk membicarakan tanggal pernikahan anaknya.
"Kukira Sura sudah kembali ke Jakarta." Andrian membuka suara saat mendapati dirinya mengudara bersama Sabine di dalam pesawat pribadi dan berangkat menuju Inggris. "Fabian mengatakan padaku bahwa semuanya berjalan dengan baik, namun sesuai dugaanku, mereka belum memilih tanggal dan tempat secara spesifik."
"Tidak, lah. Lagipula kita tidak akan membicarakan ini dengan mereka berdua. Mereka hanya memberikan kita tahun dan Ingrid hanya mengatakan, 'ya, aku juga berharap mereka segera mengurus pernikahan sipil dan agama, jadi kita harus menekan mereka untuk menyetujui tanggal yang kita pilih untuk mereka.' jika kita tidak segera menentukan tanggal dan sebagainya, mungkin mereka baru menikah 2030." Sabine mengatakan semuanya dengan rasa cemas.
"Jangan begitu, Sabine. Banyak juga yang harus diurus. Lagipula Fabian juga harus fokus menyelesaikan studinya dan Sura harus bekerja. Kita jangan terlalu mendominasi, biarkan saja, karena pasti mereka punya dream wedding-nya sendiri." Andrian menasehati istrinya dengan penuh kesabaran.
.
.
.
London, UK
Mid-year 2026
"Jangan bulan April dan Desember. Mereka berdua berulang tahun dan tidak ada yang suka jika hari ulang tahunnya dirayakan bersamaan dengan acara apapun, jadi lebih baik cari bulan lain." Remus menyarankan.
"Aku juga sependapat dengan Remus. Pilih saja bulan yang lain. Masih ada sepuluh bulan yang tersisa yang sekiranya bagus untuk mereka." Andrian menanggapi.
Pada akhirnya, para orang tua memilih untuk mengobrol dari ruang baca milik orang tuanya Ingrid. Ruangan tersebut tak hanya dipenuhi oleh buku-buku yang berhubungan dengan apa yang menjadi minat dari keluarga tersebut, namun terdapat beberapa lukisan, porselen, pemutar vinyl dan rak kaset vinyl-nya, hingga moorish table. Harus diakui bahwa keluarga Ehrlich selalu memiliki selera yang bagus, terutama apa yang mereka lakukan terhadap ruang baca ini membuat Sabine terkesima.
Saat asisten rumah tangga selesai menyajikan teh dan kudapan, Ingrid meminta asisten rumah tangga tersebut datang dan mengabarinya jika orang tuanya sudah pulang.
"Bagaimana jika pernikahan mereka diadakan pada Agustus tahun depan?" Sabine mengusulkan sembari mengangkat cangkir teh untuk meminumnya.
"Ide yang bagus, Binnie. Sebentar aku harus melihat kalender." Ingrid membuka ponselnya dan melihat kalender. Ia melihat ada beberapa tanggal yang bagus, namun terdapat pertimbangan. "Tanggal 1 atau tanggal 8?"
"Tanggal 8."
"Ya, kupikir tanggal 8 bagus."
"Aku setuju."
"Alles klar. Mereka akan menikah tanggal 8 Agustus 2027."
Setelah permasalahan tanggal ini, mereka berencana untuk pindah ke bahasan selanjutnya. Namun, tampaknya Andrian memiliki pertanyaan lain yang harus ia tanyakan. "Remus, Ingrid, sebenarnya ada yang ingin aku tanyakan. Apakah Nicholas keberatan jika Sura melangkahinya?"
Awalnya Ingrid bingung kenapa Andrian menyebutkan Nicky. Menurutnya Nicky-nya tidak ada masalah sama sekali, namun Remus langsung memahami dengan cepat apa yang dimaksud oleh Andrian.
"Sebenarnya ini soal adat dan budaya di Indonesia, Dri. Keluargaku tidak terlalu memasalahkannya. Justru Nicky berpesan agar adiknya harus diyakinkan untuk menikah jika sudah siap segalanya. Jujur, aku dan Ingrid besar sebagai anak tunggal dan tidak ada bayangan soal langkah melangkahi saudara, namun Nicky memikirkannya. Benar-benar ini melegakan, bukan?"
"Benar, rasanya melegakan saat tahu Nicky sepengertian itu." Andrian menganggukkan kepalanya. "Untuk venue pernikahan, apa yang kalian pikirkan?"
"Aku hanya memikirkan mereka harus menikah agama dan sipil di London. Untuk lokasi resepsinya sendiri, entahlah. Yang terpenting aku harus menemukan WO yang bagus. Sebenarnya ada WO yang aku incar dari salah satu pernikahan selebriti yang menjadi kliennya Peter, tapi aku masih mempertimbangkannya."
"Ingrid, apa kamu memikirkan WO sama?"
"Ya, aku pernah memberikan portfolio-nya ke kamu, Sabine."
"Wow, aku menyukai hasil pekerjaan mereka, terutama saat pernikahan selebriti itu viral. Biarkan aku yang menghubungi mereka. Semoga mereka memberikan harga yang bagus."
"Semoga saja. Patut diingat, kita hanya membantu sedikit. Selebihnya menyesuaikan dengan keinginannya Fabian dan Sura," ucap Ingrid yang meraih cangkirnya, "jujur, Sura menceritakan bahwa ia sudah menyicil dengan membeli sepatu dan cincin nikah bersama Fabian."
"Kutebak, Sura membeli Manolo Blahnik untuk sepatu pernikahannya?"
"Roger Vivier."
"Wow, lovely!" ujar Sabine kegirangan. "Aku harus menanyakan di mana Fabian membeli sepatunya—dia benar-benar tidak memberitahuku banyak hal. Padahal aku bisa membantunya."
"Percaya padaku, Fabian akan mendapat oxford shoes yang bagus di London."
Sementara para ibu sudah terjebak dalam percakapan sepatu, Remus mendengar suara langkah kaki. Seseorang tampak membuka pintu dan tentu saja itu bukan asisten rumah tangga yang akan mengabari Ingrid, namun itu Sura yang datang bersama Fabian sembari membawa beberapa tas karton.
"Aku tadi menelepon Bunda karena aku mengira kalian akan pergi ke luar, rupanya aku salah. Kurasa kalian sedang membicarakanku dan Fabian."
"Membicarakan tanggal pernikahan kalian dan sebagainya," ucap Remus sembari tersenyum tenang, "kalian akan menikah di tanggal 8 Agustus 2027. Apa ada tanggapan?"
"Wow, kalian membaca pikiranku dan Fabian. Bahkan kita baru memikirkan antara tanggal 1 dan 8 Agustus." Sura bereaksi saat ia berjalan untuk menyapa ayah dan ibunya. Lalu ia berjalan sedikit untuk menyapa Andrian dan Sabine.
"Akhirnya, setidaknya kita bisa fokus ke hal yang lainnya." Fabian tersenyum puas, meskipun ia masih tidak menyangka bahwa kedatangannya malah memberikan jawaban untuk tanggal pernikahannya.
Saat Sabine menerima kecupan kanan kiri dari Sura, ia langsung memperhatikan yang sedang Fabian membawa tas karton sembari berjalan. Terlihat kantung merah ikoniknya Cartier, Roger Vivier, dan...Crockett & Jones! Wow, tampaknya Sabine sudah tidak peduli berapa yang Fabian keluarkan selama anak lelakinya berada di London itu, yang jelas Fabian benar-benar serius untuk mempersiapkan pernikahannya.
TBC
nas's notes: hi hi hiii! aku datang lagii <3 terima kasih yaa buat para pembaca yang masih mengikuti cerita ini dan stay with me terus yaaah sampai cerita ini kelar :")))
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top