Bagian 3. Buku Mantra dan Wasiat Terakhir

Sabtu pagi ini, seperti biasa, Dryad bekerja dengan rajin di perpustakaan, diawasi oleh Tuan Alvard yang tinggal di lantai atas. Mungkin pekerjaan ini memang hal paling membosankan yang tak pernah terbayangkan oleh siapa pun. Namun, dia menyukai pekerjaan ini! Dia bahkan berharap Lord Vladislav, pemiliknya, akan mengizinkannya bekerja di sana secara penuh, bukan hanya paruh waktu di akhir pekan.
Dua anggota staf lainnya, Virgil dan Haze, juga sudah ada di sana. Virgil adalah pria yang santun, tetapi pada saat yang sama juga energik dan suka bersenang-senang seperti pelawak. Karakter yang sangat berbeda dengan Tuan Alvard, yang sangat ia hormati. Virgil sangat patuh terhadap Sir Alvard dan bahkan memanggilnya "Master”
Pria lainnya adalah Haze Van der Villes, tetapi nama penanya sebagai penulis adalah Hazard. Bersama Dryad, ia juga bekerja sebagai penerjemah di Perpustakaan Besar. Kepribadian Virgil dan Haze nyaris mirip seperti angka sebelas dan dua belas. Namun sebagai penulis, Haze jauh lebih puitis dan pandai bicara.
Dengan setumpuk buku di tangannya, Dryad naik ke lantai atas untuk menatanya di rak yang tepat.
"Tuan Alvard, bolehkah saya bertanya sesuatu?" tanya Dryad tiba-tiba saat dia sudah berada di dekat pria itu.
Tuan Alvard tersenyum dan mengangguk, memberi isyarat tanpa kata agar dia melanjutkan pertanyaannya seolah berkata- “ya, tentu saja. Aku di sini untuk mendengarkan”
"Untuk perpustakaan sebesar ini, mengapa tidak dibuka untuk umum saja? Maksudku... bahkan hanya sedikit staf mansion yang berani masuk ke sini," tanyanya.
Tuan Alvard tersenyum tipis, "Pertanyaan yang bagus. Sekarang, Perpustakaan Besar ini memang tidak dimaksudkan untuk dibuka umum. Ini adalah area eksklusif yang disediakan untuk anggota keluarga Basilisk atau staf di kompleks mansion ini. Namun, harus ku akui bahwa, jauh sebelum kau datang, kami mengizinkan semua orang untuk mengakses pengetahuan apapun yang tersimpan di dalam sini. Bahkan para sarjana dari luar. Namun, karena banyak faktor, misalnya seperti… pentingnya catatan sejarah dan beberapa kejadian tidak menyenangkan di masa lalu, kami putuskan bahwa hanya beberapa orang terpilih saja yang dapat masuk ke sini," jelasnya.
"Apakah mungkin kita buka untuk umum lagi?" tanya Dryad lagi.
Tuan Alvard berhenti sejenak untuk berpikir, "Sulit untuk menjawab itu. Yah... mungkin, jika waktunya tepat."
Dari lantai dua perpustakaan, Tuan Alvard melirik ke bawah, bolak-balik antara Haze dan Virgil. "Hm... Kulihat Haze sedang mengerjakan tugasnya dan tampak baik-baik saja, tapi Virgil..." dia menggelengkan kepalanya sedikit, dan menyadari bahwa Virgil sedang berjuang dengan buku-buku yang ada di tangannya. Jelas terlihat bahwa Virgil tidak menyadari kode pembukuan dan hanya menaruhnya serampangan dalam urutan yang salah.
"Virgil? Apa yang kau lakukan? Ini perpustakaan, bukan ruangan tempat kau bisa menyimpan barang seenaknya !" Tuan Alvard memperingatkannya dengan nada lembut.
Virgil melirik ke atas dan terkekeh dengan malu, sambil mengusap tengkuknya.
Tuan Alvard menghela nafas lalu berbalik ke arah Dryad, "Dryad, turunlah dan bantu dia."
Dryad mengangguk singkat, "Segera, Tuan.”
Mereka semua sibuk dengan tugas mereka sendiri ketika tiba-tiba, pintu terbuka dan Zaard masuk. Zaard Wallace adalah seorang kepala pelayan tua. Semua orang tampak mengabaikan kehadirannya, dan setiap kali Dryad berbicara kepadanya, staf lain menatap dengan bingung dan memanggilnya gila. Namun Dryad tidak pernah menganggapnya serius. Selain itu, Zaard selalu bebas untuk mengunjungi perpustakaan. Itu berarti, dia adalah orang kepercayaan Lord Vladislav karena menurut Tuan Alvard, hanya beberapa orang terpilih saja yang dapat memasuki perpustakaan besar itu.
Saat Zaard datang, Haze tidak menyadarinya karena dia sedang sibuk bekerja dan cukup jauh dari pintu. Sementara Virgil melirik sebentar sebelum melanjutkan pekerjaannya. Hanya Dryad, yang mendongak dari pekerjaannya, tersenyum dan mengangguk singkat.
"Ah. Selamat datang. Apa yang bisa saya bantu?" Dryad menyapa dengan sopan.
Zaard, tanpa berkata apa-apa, menemukan tempat duduk terdekat dan memberi isyarat padanya untuk duduk di seberangnya.
Dryad mengangguk, "Baiklah."
Kepala pelayan tua itu berkata, "kulihat kamu sekarang sudah familiar dengan perpustakaan ini. Nah, kurasa inilah saatnya aku akan memberi tahu tentang tugas utamamu."
“Tugas utama?” tanya Dryad sambil memiringkan kepalanya sedikit.
"Ya. Lord Vlad menyewa pustakawan tambahan sepertimu untuk satu tujuan. Yaitu menemukan buku mantra."
"Buku mantra?" Dryad mengernyit.
"Ya. Tapi... dengarkan," katanya hampir berbisik, seolah tak ingin ada yang mendengarnya, "Jika suatu hari kau menemukannya, aku ingin kau memberitahuku duluan sebelum kau melapor pada Lord Vlad. Mengerti?"
Dryad berkedip perlahan. "Kenapa? Apa alasannya?"
Zaard mendesah, "Aku belum bisa memberitahumu. Karena jika aku memberitahumu, kau mungkin akan takut dan kabur lalu tidak ada lagi orang lain yang bisa menolongku... Aku hanya bisa mengatakan ini, kaulah satu-satunya orang yang bisa kuandalkan untuk mencari tahu ilmu pengetahuan rahasia semacam itu.”
Dryad mengangguk, “baiklah.”
Namun, jauh di dalam hatinya, ia merasa sedikit gelisah. Mengapa orang tua itu meminta bantuannya untuk menemukan buku mantra? Namun, tidak mengherankan jika buku semacam itu ada di antara ribuan buku di perpustakaan seluas ini. Bahkan terdapat gulungan kuno dan banyak sekali buku aneh lain di sini yang tidak dapat diklasifikasikan menggunakan Sistem Desimal Pustakawan; buku-buku itu telah ada sejak lama dan ditulis dalam berbagai bahasa kuno sehingga maknanya saja tidak jelas.
"Baiklah. Jadi... bisa Anda jelaskan seperti apa buku mantra ini? Siapa penulisnya? Apa judulnya? Apa warna sampulnya?" tanya Dryad lagi.
Zaard berkata dengan tenang namun dingin, "Tidak. Tidak ada penulisnya. Tidak ada judul dan aku tidak tahu apa warnanya. Lord Vlad hanya memberikanku perintah untuk menemukannya, namun setelah bertahun-tahun aku tidak dapat menyelesaikan tugas itu."
Dryad mengerutkan kening dan terkekeh getir, "Ya, jelas tidak akan ketemu! Bagaimana Anda bisa menemukannya jika tidak punya petunjuk apapun? Informasi buku yang dicarinya saja tidak tahu!”
"Lord Vlad tidak pernah memberi tahu detailnya. Dia hanya mengatakan kepadaku bahwa, jika kita menemukan dan menyentuhnya, entah bagaimana kita pasti akan langsung tahu bahwa itu adalah buku yang tepat yang selama ini dicari," jawab Zaard, tenang seperti biasa.
Dryad menghela nafas, "Hebat... menemukan satu buku aneh di antara puluhan ribu buku adalah tugas yang gila, memang."
"Dan.. itulah tugas pertama. Yang kedua ini tugas dariku, dan kau tidak boleh memberi tahu siapa pun, termasuk Lord Vlad sendiri."
Dryad menyipitkan matanya sambil mengangguk, “Anda ini pria yang penuh rahasia, bukan? Tuan yang baik, jadi apa misi lainnya?"
"Almarhum Lord Ferdinand, ayah dari Lord Vlad, menulis surat wasiat terakhirnya di perpustakaan ini. Sayangnya, ia meninggal sebelum sempat memberitahu siapapun tentang surat wasiat itu."
"Beliau menulis surat wasiat terakhirnya sendirian? Tidak ditemani oleh seseorang sebagai saksi?"
Zaard mengangguk, "Itu benar"
"Jadi, bagaimana Anda bisa tahu tentang surat wasiat terakhir itu?" Dryad bertanya dengan rasa penasaran.
"Karena beliau sendiri yang mengatakannya padaku. Namun, seperti yang kukatakan sebelumnya, dia meninggal tepat sebelum memberitahuku di mana dia menaruh kertas sialan itu." Kata Zaard, hampir frustasi. "Serangan jantung. Sangat menyedihkan."
"Jadi begitu..."
"Tetapi sejauh dugaanku, Lord Ferdinand tidak pernah ingin mewariskan kekayaannya kepada Lord Vlad, karena dia sangat membenci putranya. Itulah sebabnya, jangan pernah sebut-sebut tugas ini dan simpan rahasia jika kamu menemukan kertas itu. Jika ada orang lain yang mengetahuinya, nyawamu akan terancam. Mengerti?" kata Zaard.
Dryad mengangguk meski masih bingung, tetapi sebelum dia bertanya lebih lanjut, Zaard bangkit dari tempat duduknya dan pergi begitu saja. Ketika dia sudah pergi, Dryad melirik ke atas saat dia merasakan tatapan Tuan Alvard tertuju padanya.
“Tuan, apakah Anda mendengar semua itu? Zaard ingin saya menemukan buku mantra," katanya, bingung. "Dan surat wasiat terakhir"
"Hm. Aku dengar semuanya." Sir Alvard menjawab, tapi sedikit acuh.
Dryad naik ke atas dan mendekatinya. "Jadi... apakah dia pernah meminta Anda mencarinya juga?"
Sir Alvard menyeringai, "Dia tidak akan berani meminta bantuanku."
"Anda sudah lama berada disini, bukan? Anda pasti tahu sesuatu tentang itu,” kata Dryad menduga-duga.
Mata Tuan Alvard sedikit terbelalak saat mendengar pertanyaan itu, seolah-olah dia terkejut karenanya, tetapi dia tetap tenang dan berkata, "Fokus pada tugasmu, Dryad, dan diamlah," dia berjalan pergi seolah-olah tidak ingin membicarakannya.
Dryad melirik ke arah Virgil yang segera mengalihkan pandangan seraya bersiul, seolah menghindari pertanyaan. Dryad menyipitkan mata, Virgil tampaknya tahu banyak hal.
"Apa?" tanya Virgil saat merasakan tatapannya. "Berhenti menatapku. Aku tidak tahu apa-apa," katanya, lalu bersiul pelan, memainkan melodi sederhana.
"Nah, kalau kamu bilang begitu, jelaslah kamu pasti tahu sesuatu," kata Dryad.
Haze mengerutkan kening dan menyuruh Virgil diam saat mendengar suara berisik itu, tetapi Virgil tampaknya tidak peduli sama sekali.
"Jangan bersiul lagi, dasar pelawak!" kata Haze dari tempatnya, nyaris seperti berteriak sebab dia berada jauh di sudut sana.
Virgil mengangkat bahu, "Oh.. aku tidak peduli~," katanya, hampir seperti bernyanyi.
"Kita ada di perpustakaan, menurutmu kita di mana sekarang? Jangan berisik!" kata Haze.
"Lihat siapa yang bicara?" kata Virgil.
Mereka terus saling menggoda selama beberapa menit berikutnya.
Bum!
Kesal dengan candaan mereka yang semakin menambah kebisingan, Tuan Alvard menjatuhkan buku tebal ke atas meja dengan keras hingga suaranya bergema di seluruh ruang Perpustakaan Besar. Mereka berdua seketika berhenti bertengkar dan langsung kembali bekerja. Bibir Dryad membentuk sudut lengkung saat dia menahan tawa.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top