Bagian 2. Kepala Pustakawan : Alvard Shielder

Dryad berjalan ke Basilisk Mansion, di mana setiap akhir pekan, dia bekerja paruh waktu di sana. Dryad adalah anggota baru dalam kelompok pustakawan terhormat di "The Grand Library” milik keluarga Basilisk. Seorang wanita muda dengan semangat membara dan rasa ingin tahu yang tak terpuaskan, yang telah dengan cepat membuat namanya dikenal sebagai peneliti tekun dan banyak akal.

Dia terus berjalan hingga mencapai tujuannya. Rumah besar itu sepi seperti biasa. Sekarang rumah itu milik Tuan Vladislav Dieter Basilisk, seorang pria yang luar biasa kaya dan selalu pergi untuk urusan bisnis. Tidak banyak yang bisa diceritakan tentangnya. Lagipula, dia juga jarang sekali bertemu dengannya.

Pintu depan belum dikunci oleh kepala pelayan sehingga dia bisa masuk dengan mudah. ​​Dia berjalan melalui koridor yang membawanya langsung ke perpustakaan besar. Begitu masuk ke dalam perpustakaan, dia menutup pintu ganda yang berat di belakangnya. Disana, si kepala pustakawan berdiri di depan sebuah lukisan dengan punggung menghadap padanya.

Kepala pustakawan ini, Tuan Alvard, selalu berada di rumah besar itu, sampai-sampai Dryad hampir tidak pernah melihatnya keluar dari perpustakaan. Rambutnya yang panjang dan berwarna hitam sedikit kemerahan diikat rapi dengan kunciran rendah. Hari itu, ia mengenakan setelan kemeja putih dan rompi merah tua dengan motif bunga hitam timbul di bagian belakang, sepasang sarung tangan putih, serta jam saku berantai yang diletakkan di bagian depan rompi, membuatnya tampak lebih tegas daripada ramah. Dasi kerahnya dihiasi dengan roda gigi kecil dan kancing berhias batu berlian imitasi. Kancing manset pada setelannya juga berbentuk seperti roda gigi.

Hari itu, Tuan Alvard sedang mengawasi dua pustakawan lainnya, Haze dan Virgil, yang sedang mencoba menggantung sebuah lukisan besar di dinding. Lukisan sebuah mercusuar. Menggambarkan kekuatan bangunan yang berdiri diam sementara ombak ganas menghantam dinding batunya. Lukisan yang tampak tenang, namun indah di saat yang sama.

Dryad melangkah dan berdiri di samping Tuan Alvard, hanya beberapa inci di belakangnya. "Tuan Alvard," sapanya, "Selamat siang. Oh! Ada yang baru di sini? Lukisannya luar biasa, besar sekali! Pasti sangat berat!"

"Ya, sayang, mau coba angkat ini?" kata Virgil sambil memegang bingkainya sementara Haze mengetuk paku dengan palu.

Tuan Alvard menoleh ke arah Dryad sejenak dan tersenyum hangat, "Selamat siang juga untukmu, anakku." Ia kembali menatap lukisan itu, "Memang, lukisannya besar... Kami mengalami kesulitan mengangkut lukisannya ke sini. Karena berat, kami harus mencari tim untuk membantu memindahkannya ke sini dengan aman... Untungnya, ada banyak orang baik yang bekerja di rumah besar ini~ Aku yakin kau juga memperhatikan lukisan-lukisan lain yang tergantung di sepanjang dinding?"

Dryad tersenyum, "Ya. Saya selalu menyukainya! Rumah ini sendiri penuh dengan karya-karya besar seperti di galeri seni. Saya cukup beruntung diizinkan bekerja di sini."

"Ngomong-ngomong, bagaimana penampilan resital mu kemarin?" Tanya Tuan Alvard.

Dia mendesah dan menggembungkan pipinya, "saya mengacaukannya..."

Alvard tertawa pelan, "lain kali kau pasti akan berhasil.”

"Semoga saja...," katanya. Dryad kemudian menyipitkan matanya dan melihat lambang pada lukisan baru itu "Wow! Itu karya Joustin William Turner?! Pelukis terkenal di seluruh negeri!"

Tuan Alvard mengangguk ketika mendengar nama itu dan melihat lambang yang ditunjuknya, "Ah! Ya, kau benar. Ini memang karya Joustin William Turner. Dia adalah salah satu pelukis paling terkenal dalam sejarah kita dan karya ini dianggap sebagai sebuah mahakarya."

"Aku jadi penasaran berapa harganya! Apalagi untuk karya sebesar ini. Apakah Lord Vlad baru saja membelinya?"

Tuan Alvard tertawa kecil, "ya, memang, jumlah uangnya cukup besar. Lukisan itu dibeli oleh Lord Vlad sendiri, dan aku yakin dia harus menggunakan koneksinya untuk sekedar memperoleh benda ini. Aku yakin harganya jauh di atas kemampuan kebanyakan orang."

"Ya...gajimu sebagai pustakawan selama lima tahun pun masih belum cukup untuk membeli bingkainya saja!" kata Haze.

Dryad mengangkat alisnya dan menyilangkan lengan, "Yah, tidak heran. Tapi... gaji lima tahun, ya? Cuma bingkainya saja lagi.."

Sir Alvard tersenyum dan tertawa kecil atas reaksi Dryad. "Tidak heran? Tapi kau tetap saja terkejut, kan?”

"Tapi kalau memang lukisan ini berharga, kenapa harus digantung di sini? Aturan di perpustakaan ini kan cukup ketat soal siapa saja yang boleh masuk. Lagipula, orang-orang jarang datang ke sini. Kalau Anda menggantungnya di ruang serambi depan, maka siapapun bisa menikmati keindahannya, kan?" tanya Dryad.

Tuan Alvard mengangkat sebelah alisnya, "kau memang jeli. Lukisannya ditempatkan di ruang ini karena alasan khusus. Kau lihat, meskipun kami punya peraturan dan tempat ini terasa seperti area terbatas, Perpustakaan Besar berfungsi sebagai jantung kediaman ini. Perpustakaan adalah tempat sebagian besar artefak berharga kami berada, jadi masuk akal bagi kami untuk menempatkan benda-benda paling berharga di sini."

Dryad mempelajari lukisan itu dengan saksama, memperhatikan setiap detailnya.

"Mercusuar itu tampak seperti telah berdiri di tempatnya selama berabad-abad namun masih utuh," ungkapnya.

"Hm...," Alvard bergumam, mendengarkannya.

"Meskipun menggambarkan betapa dahsyatnya badai dan betapa menakutkannya laut, tapi tetap terlihat seperti pemandangan yang indah," tambah Dryad.

Setelah menggantung lukisan itu, Haze turun dari tangga dan mengambil beberapa langkah ke belakang sambil memeriksa lukisan itu bersama-sama.

"Benar. Mercusuar itu berdiri menjaga di sana, hampir dengan perasaan bangga, seperti seorang penjaga yang menunggu jiwa pemberani keluar dari tempat yang aman nan gelap," kata Haze. "Oh? Kata-kataku aneh, ya?"

Alvard terkekeh pelan, "Haze, penulis yang selalu romantis, pujian yang sangat tidak biasa! Tapi... bagus sekali," lanjut Alvard, "sepertinya lukisan ini memengaruhi imajinasimu yang unik.”

"Wow, coba lihat itu! Aku hampir bisa merasakan sapuan kuasnya, bagaimana caranya bisa membentuk gelombang seperti itu, ya? Airnya seperti bergerak," kata Dryad pada dirinya sendiri. "Pelukisnya memang luar biasa berbakat!"

Tuan Alvard mengangguk dan tersenyum. "Kau lihat, lukisan ini menggambarkan sebuah mercusuar yang berdiri tegak di tengah lautan berombak. Mercusuar itu seperti lambang harapan yang bersinar terang bahkan di malam paling gelap sekalipun, menuntun kapal dengan selamat sampai ke tujuannya. Adapun maknanya sebagai metafora... yah... sama seperti pustakawan, kita menjaga orang-orang di sini, di perpustakaan besar ini~  Kita menjaga semua orang agar aman dari bahaya dengan memberi mereka pengetahuan dan bimbingan pada saat paling dibutuhkan"

Mereka terdiam sejenak hingga Tuan Alvard berbicara lagi, "Dryad, kulihat akhir-akhir ini kau selalu berurusan dengan dirimu sendiri, kan? Kau tampaknya kehilangan rasa percaya diri atau semacamnya" tanyanya.

Dryad mengernyit, "Anda menyadarinya, ya?”

"Pikiranmu terlalu sibuk untuk menyadari bahwa kamu sebenarnya cukup kuat menghadapi badai, seperti mercusuar itu," Tuan Alvard tersenyum.

"Ya... aku tahu bahwa terkadang kita meremehkan diri sendiri dan mengerdilkan kemampuan kita. Namun, hanya dengan menghadapi tantangan secara langsung dan melewatinya lah, kita benar-benar menyadari betapa kuatnya kita. Kita harus seperti mercusuar. Teruslah menghadapi kesulitan dengan kuat dan bertahanlah sebisamu. Berdiri tegak di tengah kekacauan dan gejolak, teruslah menginspirasi orang lain," katanya dengan nada penuh keyakinan.

Dryad terdiam sejenak tapi kemudian tertawa pahit,

"Menginspirasi? Saya rasa, saya tidak bisa melakukan itu. Anda tahu saya tidak punya keterampilan apa pun yang pantas  dibanggakan. Nah, sekarang saya jadi penasaran, menurut Anda, orang seperti apakah saya?"

Tuan Alvard berpikir sejenak lagi sebelum menjawab, "Yah... kau adalah salah satu orang yang kusayangi dan juga istimewa. Kebaikan dan kesabaranmu dalam berurusan dengan orang lain telah membuatku sangat menghargaimu. Semangatmu mengejar ilmu pengetahuan, meskipun ada rintangan, juga membuatku terkesan ~ Aku percaya bahwa kau akan menjadi pustakawan yang hebat ketika saatnya tiba, karena kau sungguh berdedikasi dan pekerja keras.”

Dia terkekeh pelan, "Kata-katamu terlalu baik, Tuan Alvard.. Tapi saya tidak ada apa-apanya. Dan berbicara tentang rintangan, rasanya saya tidak pernah menghadapi bencana sebesar itu dalam hidup.. hanya.. yah, menghadapi masalah biasa sehari-hari saja."

Tuan Alvard tersenyum, lalu menatap Dryad dengan ekspresi meyakinkan, "kamu bukan “tidak ada apa-apanya”. Perjuangan dan tantanganmu sehari-hari mungkin tampak kecil bagi sebagian orang, tetapi tetap saja itu penting. Melalui pertarungan kecil sehari-hari inilah kita belajar tentang ketahanan diri dan ketekunan. Dan aku percaya bahwa kamu juga telah menunjukkan kekuatan besar dalam mengatasi rintanganmu sendiri."

"Dukungan Anda sangat berarti, Tuan Alvard. Terima kasih sekali lagi," katanya, berusaha menyembunyikan pipinya yang sedikit merona saat mendengar kalimat itu. Menurutnya, Tuan Alvard selalu tahu persis apa yang harus dikatakan.

"Ngomong-ngomong, saya biasanya takut dengan laut. Saya tidak tahu bagaimana menjelaskannya dengan kata-kata, tapi..., entah kenapa sepertinya saya suka lukisan ini. Secara pribadi saya sangat menyukainya!"

"Ya, aku juga. Senang mengetahui bahwa kita memiliki minat yang sama," kata Tuan Alvard sambil mengangguk.

Dryad menoleh dan tersenyum padanya, dan langsung disambut oleh senyuman yang sama hangatnya.

"Nah, sekarang, kembali bekerja," kata Tuan Alvard seraya berjalan pergi, memberi tahu apa yang harus dilakukan Dryad, "bagian novel di lantai atas benar-benar berantakan, sebaiknya kamu bereskan! Kurasa ada beberapa buku juga yang jatuh dari rak,"

"Baik, Tuan!" seru Dryad. Kemudian dia menuju ke tumpukan buku di dekat dinding, lalu naik ke atas.

Saat menata buku-buku, dari sudut matanya, Dryad melihat Tuan Alvard di lantai bawah, berdiri di samping jendela. Dengan satu bahunya bersandar di ambang jendela, tangan lainnya memegang jam saku. Jari-jemarinya menekan keras benda itu seolah-olah itulah yang membuatnya tetap hidup. Matanya yang berwarna cokelat menatap kosong ke awan kelabu di luar sana. 

Napas Dryad serasa tercekat di tenggorokannya. 

Tuan Alvard tampak begitu sedih, seperti telah kehilangan sesuatu yang sangat penting baginya.

_________________________________________

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top