HASIL FASE KEDUA

Hari itu adalah hari terakhir fase kedua The Hunt for the Holy Coins. Kota Edinvers tidak seramai biasanya. Mungkin itu menjadi imbas dari runtuhnya tetangga jauh mereka, Lonesome. Ujaran-ujaran kebencian masih digaungkan di mana-mana; beberapa orang ikut panas karena itu, beberapa lainnya sadar bahwa itu semua hanya adu domba yang digunakan untuk memecah belah seluruh ras dalam menghadapi musuh bersama.

Stan-stan penukaran kepala iblis kosong. Itu adalah sebuah pemandangan yang janggal. Para pengikut turnamen ini berharap-harap cemas karena uang taruhan mereka mungkin akan melayang sebab mereka tidak melihat para anggota dari tim jagoan mereka pulang ke Edinvers.

Bar dan kedai menjadi sepi, yang ada di sana hanya para manusia penghuni asli Kota Edinvers. Aneh sekali, pikir orang-orang. Seburuk itukah bulan burnama di Lonesome malam itu? Sampai semua orang di Edinvers menghilang, mungkin terbunuh dalam peristiwa itu. Antonio bahkan hanya berdua saja bersama resepsionis markas Old School. Tempat itu sepi dan berdebu. Ia duduk bersama pria itu sambil merokok dan meminum bir.

"Jadi, memang seburuk itu, ya ...?" Resepsionis tampak cemas sambil menggaruk-garuk kepalanya mendengar cerita Antonio.

Antonio membalas dengan wajah muram, "Kota itu terasa seperti neraka."

"Apa kau kehilangan seseorang?"

"Kehilangan ...." Antonio mengisap rokoknya, mengembuskannya dalam napas panjang. "Aku kehilangan teman dekatku. Sebuah kehilangan yang lebih sakit dari kematian."

"Aku turut prihatin, Midas."

"Tidak usah dipikirkan."

"Aku tidak tahu mengapa, tapi semenjak berita tentang peristiwa itu menyebar ke seluruh penjuru Benua Merlin, antusiasme orang-orang terhadap turnamen ini jadi menurun. Justru yang semakin membara adalah ujaran kebencian antarras."

"Kau pikir begitu?"

"Iya. Bahkan Tuan Osamu dan anak buahnya tidak datang lagi kemari."

"Kenapa begitu?"

"Entahlah," Resepsionis menopang dagunya dengan air muka kecewa, "dia bilang, dia ingin mencari tempat yang bisa membeli kepala-kepala iblisnya dengan harga tinggi. Padahal, harga setinggi surga pun bakal aku berikan sebab dia adalah pendiri guild ini."

Antonio menenggak birnya kemudian berkata, "Banyak yang berubah semenjak turnamen ini bermula. Tidakkah kau merasa begitu, Resepsionis?"

Resepsionis mengangkat kepalanya. "Semuanya berubah, Midas. Semuanya."

"Tapi kau tahu, ada satu hal yang masih tidak berubah pada diriku."

"Apa itu?" Resepsionis bertanya.

Antonio mematikan rokoknya, lalu menenggak tetes terakhir birnya. "Hidup ternyata tidak menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Masih ada noda yang membekas pada diriku, dan perlahan-lahan noda itu berubah menjadi kerak yang sulit dibersihkan."

"Apa itu?"

"Penyesalan."

***

Antonio pulang dengan mengantongi koin senilai 290 Von setelah menjual 29 kepala iblis segar hasil buruan Amaryllis beberapa hari lalu kepada resepsionis (dua kepala lainnya—Altair dan Polaris—telah dilelang oleh Antonio di tempat lain dan terjual dengan total harga 14.500.000 Von, dan itu menjadi transaksi kepala iblis termahal sepanjang sejarah). Ia kembali ke penginapan tempat ia, Vin, Mira, dan Muezza bermalam. Ketika Antonio membuka kamar Vin, ia dapat melihat Mira masih bersusah payah memulihkan ingatan penyair muda itu dengan segala petunjuk yang ada.

Mira menulis nama lengkapnya, nama lengkap Antonio, dan nama lengkap Vin di atas kertas, kemudian menunjukkannya kepada Vin. Vin disuruh berpikir dan mengingat nama-nama itu, tetapi sudah hampir dua bulan sejak Vin kehilangan ingatannya dan segala upaya pemulihan ingatan itu tidak membuahkan hasil.

Antonio sering melihat Mira menangis ketika malam hari. Ia bertanya kepada gadis itu tentang apa yang terjadi dan Mira menjawab bahwa ia merasa bersalah, ia merasa gagal sebagai seorang putri mahkota yang melindungi rakyatnya dan sebagai teman yang peduli pada sahabatnya. Antonio menenangkan Mira dengan memeluknya dan mengusap kepalanya, berkata bahwa Mira tidak perlu hidup dalam penyesalan.

"Jangan sampai kau berlarut-larut di dalam gelapnya penyesalan."

Konyol. Antonio sendiri bahkan tidak pernah bisa melupakan dosa-dosanya, dan itu terus membuntutinya dalam bentuk penyesalan tertinggi sebagai seorang suami dan seorang ayah.

Antonio melambaikan tangannya pada mereka berdua dan menyapa, "Halo, Vin. Halo, Mira."

Mira tampak begitu senang atas kedatangan Antonio. Ia dengan cepat menarik pria layu dengan penyesalannya itu dan membawanya kepada pria abadi dengan tulisannya yang sekarang tengah terduduk di atas tikar.

"Vin, kumohon," ucap Mira dengan lembut, "ingat dia."

Vin menatap Antonio dalam-dalam. Baru sebentar, kepalanya langsung menggeleng. "Tidak bisa, Nona Mira. Aku tidak bisa mengingat apa pun dari pria ini. Maaf, Tuan Antonio."

Antonio hanya diam. Ia tidak berbicara dan tidak pula membatin. Ia hanya tersenyum sambil memeluk tubuh Vin erat. Setelah cukup lama ia membagikan kehangatan itu kepada Vin, ia melepaskannya. Kedua mata mereka saling bertatapan. Antonio mantap bertanya, "Apa kau ingat puisi-puisimu yang bercerita tentang aku dan dirimu? Seorang layu dengan penyesalannya dan seorang abadi dengan tulisannya ...." Ia mengakhiri kalimatnya dengan desahan berat.

Vin diam barang sejenak, jawaban keluar dari mulutnya: "Maaf, Tuan Antonio. Aku tidak mengingat apa-apa."

***

| HASIL FASE KEDUA |

Klasemen Per Fase (Individu):

Hadiah Individu untuk 10 Besar di Fase Kedua:

Klasemen Keseluruhan (Tim) Sementara:

Catatan penulis: Terlepas dari peran besar Antonio dan Mira dalam mengalahkan dua iblis tingkat atas, Amaryllis masih belum masuk di 10 besar klasemen. Tapi setidaknya, sudah ada peningkatan dari fase sebelumnya :)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top