HASIL AKHIR TURNAMEN
Setelah bulan kembali pada wajah cantiknya, matahari bersinar dengan terang. Lonceng pada pintu markas terbuka, Osamu masuk dan mengambil tempat duduk. Di balik meja resepsionis, Resepsionis sedang mencatat sesuatu di dalam jurnalnya. Tatapannya serius, bibirnya sedikit maju.
"Apa kau tidak lelah bekerja terus?"
"Ah, Bos! Akhirnya kau datang juga!"
"Markas jadi sepi akhir-akhir ini, ya?"
Resepsionis menutup jurnalnya, duduk di hadapan Osamu. "Sepertinya memang begitu. Perang sudah usai, dan semua orang kembali ke hidup mereka masing-masing."
Osamu mengedarkan pandangan dengan perlahan. Ia menghabiskan setiap detik untuk mengindra hal-hal yang ada di dalam tempat itu. Meja-meja tidak lagi terisi, sama halnya dengan lampu kandil gantung yang sudah mulai berdebu karena sebelum malam markas sudah tutup, dan lantai kayunya jarang sekali dibersihkan. Bukan karena bersih, tetapi karena penuh dengan tumpukan debu—tidak ada lagi langkah kaki dari sepatu bot yang mengenyahkan debu-debu itu dan meninggalkan jejak di sana.
Lukisan beserta nama anggota Old School yang tewas saat berjuang dalam The Hunt for the Holy Coins dipajang di dinding markas. Walter. Friedrich. Claude. Johann. Chopin. Kafka. Machiavelli. Mereka akan terus diingat sebagai The True Hearts of the Old School (Hati Sejati Sekolah Tua). Pikiran Osamu berkelana pada momen ketika mendiang kakeknya mendirikan guild tersebut sebagai bentuk protes kepada kerajaan yang tidak mau memberikan pelayanan kepada orang-orang yang ditinggal mati oleh anggota keluarga mereka di medan perang. Anak-anak menjadi yatim piatu, dan satu hal yang mereka butuhkan adalah pendidikan. Sekolah Tua berdiri sebagai pelita di tengah kegelapan, bersama dengan persatuan guru dan pengajar, pemburu iblis, saudagar, dan pembuat roti. Setelah kakeknya meninggal, Old School mulai kehilangan pamornya. Oleh karena itu, Osamu berinisiatif untuk mendirikan guild Hunter di bawah nama Sekolah Tua.
"Turnamen itu tidak berlangsung lebih dari satu tahun, tetapi entah kenapa itu terasa seperti sebuah petualangan yang sangat panjang. Aku menjadi semakin dekat dengan anak buahku, bertemu orang-orang baru, bertemu musuh-musuh baru, bertarung bersama orang-orang yang kuat, dan bersatu di dalam sebuah aliansi. Tidakkah kau pikir itu sesuatu yang gila? Banyak sekali hal yang terjadi."
"Kau benar." Resepsionis mengangguk. "Bahkan sebagai karakter figuran pun, aku mendapatkan pengalaman yang luar biasa."
Osamu menoleh sambil tersenyum tipis. "Karakter figuran? Kau adalah orang paling penting di dalam markas ini. Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri."
Resepsionis ikut tersenyum.
"Masa kejayaan Old School sepertinya sudah berakhir. Aku tidak akan heran kalau sebentar lagi guild ini bubar."
"Jangan, Bos! Kita bisa rugi kalau bubar. Kita sudah menggelontorkan banyak dana untuk merenovasi markas."
"Aku bercanda!" Osamu tertawa. Ia mengambil jubah bulunya dari tiang gantungan, kemudian mengenakannya. "Ayo, ikut aku ke pusat kota. Beberapa jam lagi pengumuman dan penyerahan hadiah kepada para juara akan segera dilaksanakan. Sepertinya si anak baru, Satie, dari Old School II sudah menunggu di sana."
"Aku boleh ikut, Bos? Sungguhan?"
"Tentu saja. Kau adalah bagian dari kami, Hati Sejati Sekolah Tua. Kita harus merayakannya. Dua tim Old School berhasil tamat di posisi 10 besar klasemen akhir! Kita bakal banjir koin!"
Resepsionis mengganti pakaiannya menjadi lebih santai: tunik tipis berwarna putih dengan sabuk kulit, dipasangkan dengan celana kain berwarna cokelat. Mereka berdua membereskan markas, memasukkan gelas-gelas ke dalam lemari, buku-buku ke dalam rak, dan kursi-kursi ke bawah meja. Jendela dan pintu belakang dikunci. Karpet yang berada di luar dimasukkan. Debu dan kotoran disapu. Markas Old School mungkin tidak akan dikunjungi oleh siapa-siapa dalam beberapa minggu atau beberapa bulan ke depan. Tempat itu akan kosong dan gelap. Setelah menerima hadiah, Osamu berencana untuk kembali ke kota kelahirannya, Genburry, untuk melanjutkan pekerjaan ayahnya sebagai penempa pedang. Resepsionis tetap tinggal di Edinvers, ia berencana untuk mencari pekerjaan sambilan di bidang surat-menyurat, atau kalau mendesak ia akan bekerja sebagai tukang kayu.
Pintu markas dikunci. Gantungan berukuran sedang yang bertuliskan nama Old School dibenarkan posisinya. Osamu dan Resepsionis melihat tempat itu sejenak sebelum meninggalkannya.
"Hidup terus berjalan."
***
Asap mengepul dari cerobong rumah para pembuat roti, para pedagang berteriak keras di kios-kios mereka, suara anak-anak terdengar memenuhi jalanan dengan bola dan kejar-kejaran, roda wagon dan gerobak menggesek tanah, pedang dan zirah ditempa di atas paron, dek kartu dihamburkan dan orang-orang mabuk bersama anggur dan koin, para orang tua mencuci baju di dalam bak kayu mereka, penyair menghibur orang-orang dengan puisi dan nyanyian, palu mengalun bersama peluh para tukang yang sedang merenovasi rumah-rumah, kucing mengeong, bertabrakan dengan kokok ayam dan gonggong anjing. Kota Edinvers hidup kembali.
Pertempuran yang terjadi pada malam itu, tanggal 30-31 Desember 1504, dikenal sebagai Pertempuran Puncak Perang Sisi Gelap Bulan. Tercatat ada 368.976 orang yang tewas, dengan kerugian lebih dari 5 miliar Von. Hal ini tentunya berdampak pada pelaksanaan turnamen The Hunt for the Holy Coins.
Jenderal Fairnburne sebagai satu-satunya petinggi turnamen yang tersisa menetapkan poin para peserta yang akan dihitung adalah sampai pada fase ketiga saja. Itu artinya, fase keempat ditiadakan. Ini dilakukan untuk menghormati orang-orang yang gugur di fase keempat ketika perang terjadi. Pengumuman dan penyerahan hadiah yang awalnya dijadwalkan pada tanggal 9 Januari 1505 harus diundur sampai akhir Februari karena kerajaan sedang dalam masa transisi pascaperang.
***
PENGUMUMAN HASIL AKHIR TURNAMEN THE HUNT FOR THE HOLY COINS
Berikut ini adalah klasemen akhir turnamen The Hunt for the Holy Coins:
Wolfgang (WG) secara resmi keluar karena ketiga anggotanya (Amadeus, Peter, dan Cleopatra) tewas.
Elven Sage (ES) secara resmi keluar karena satu anggotanya (Freddie) tewas dan satunya lagi (Kallen) mengundurkan diri karena mengalami cacat fisik permanen.
Amaryllis (AMR) secara resmi didiskualifikasi karena anggotanya (Vin) tewas, anggota lainnya (Mira) keluar secara sepihak, dan pemimpinnya (Antonio) sedang berurusan dengan pengadilan terkait kasus pembunuhan terhadap Keluarga Wolfgang 18 tahun lalu.
Rainy Tapestry (RT) secara resmi keluar karena satu-satunya anggota yang tersisa (Kahlil) tewas.
Sadrathafighre (SAD) secara resmi keluar karena dua anggota yang tersisa (Magnus dan Stephanie) tewas.
Sesuai dengan peraturan turnamen, hadiah untuk tim juara adalah sebagai berikut:
Juara 1: 50.000.000 Von + 1 Trofi kehormatan + Medali emas untuk setiap anggota + Sertifikat resmi atas nama tim untuk setiap anggota
Juara 2: 25.000.000 Von + Medali perak untuk setiap anggota + Sertifikat resmi atas nama tim untuk setiap anggota
Juara 3: 15.000.000 Von + Medali perunggu untuk setiap anggota + Sertifikat resmi atas nama tim untuk setiap anggota
Juara 4: 10.000.000 Von
Juara 5: 5.000.000 Von
Juara 6: 2.500.000 Von
Juara 7: 2.000.000 Von
Juara 8: 1.500.000 Von
Juara 9: 1.000.000 Von
Juara 10: 750.000 Von
Berikut ini adalah trofi kehormatan yang diberikan kepada tim juara:
Berikut ini adalah sertifikat resmi yang diberikan kepada setiap anggota tim juara 1-3:
Sesuai dengan peraturan turnamen, setiap peserta (baik yang masih hidup atau sudah mati) yang timnya masuk ke dalam 10 besar klasemen akhir akan mendapatkan gelar kesatria kehormatan ketika nanti Esmeiralda Alexandra diangkat secara resmi sebagai Ratu Envera.
Panitia juga membeberkan catatan mengenai ringkasan turnamen melalui tabel berikut:
Melalui pemungutan suara dan riset yang dilakukan oleh panitia selama turnamen berlangsung, panitia mengeluarkan Rekor Lain-Lain yang berfungsi sebagai penghargaan tambahan bagi para tim dan peserta turnamen.
***
Di bawah langit biru yang cerah, semua tim juara dan para anggotanya dipanggil secara bergilir oleh Putri Esmeiralda ke atas panggung yang berdiri di tengah-tengah keramaian pusat kota. Hadiah berupa jutaan koin Von diberikan pada saat itu juga. Proses penyerahan hadiah berlangsung cukup lama, dan ketika semua tim sudah dipanggil, giliran tim juara—Ode to Joy—tiba.
Mira meneriakkan nama kakak sepupunya itu dengan keras menggunakan kerucut sihir milik Fairnburne, "Mari kita sambut, Julietta Alexandra!"
Semua orang di bawah bertepuk tangan dan bersiul, menyerukan nama Julietta dan ayahnya sebagai penyelamat dan sebagai pemburu iblis terhebat yang pernah ada. Wanita itu mengenakan gaun merah yang besar dan panjang, wajahnya tidak kusam lagi, rambutnya rapi dan tubuhnya harum semerbak. Mendaki anak tangga satu per satu, perlahan-lahan, Julietta merasakan darah yang mengalir lewat nadinya mendidih. Dadanya yang dingin kini hangat, kepalanya yang penat kini lega. Segala resah di dalam benaknya menghilang. Napasnya berembus dengan panjang. Matanya menatap kejauhan. Telinganya mendengar sorak-sorai penuh kegembiraan. Ketika mereka kembali berteriak, Julietta hanya bisa menitikkan air mata. Di sanalah Julietta meninggalkan identitasnya sebagai seorang pelacur dan terlahir kembali sebagai putri kerajaan.
"Hidup Putri Julietta!"
"Panjang umur sang putri!"
Wanita itu berdiri sendirian di atas panggung, bersama sebuah piala dan beberapa boks yang penuh dengan koin Von. Masih belum bisa menenangkan dirinya, Julietta menunduk dan menangis tersedu-sedu di depan kerucut sihir Fairnburne. Semua orang bertepuk tangan semakin keras; Mira menghampirinya dan memeluknya.
"Terima kasih ...," ujar Julietta dengan terisak-isak. "Aku tidak tahu bagaimana mengatakan ini, tapi ... piala dan gelar juara ini bukan berarti aku adalah pemburu iblis terbaik. Aku ... hanya beruntung. Aku beruntung memiliki teman-teman yang kuat dan hebat. Aku ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Antonio Midas da Silva dan Osamu Kizaro sebagai pendiri Serikat Hunter Amaryllis. Aku juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekanku, Vincentius Ardemagni, Muezza, Magnus Sylvian, Stephanie Baudelaire, Milos Djokster, dan Ruby Jenkins. Terima kasih kepada teman-teman dekatku di rumah bordil, Nera, Priscilla, Vanxi, dan Lyra. Terima kasih kepada adik sepupuku, Putri Esmeiralda Alexandra. Terima kasih juga kepada mendiang Raja William yang sudah membuat turnamen ini, menyatukan hati kita semua—manusia, elf, orc, dan dwarf. Terima kasih yang selanjutnya kuberikan kepada rekan setimku yang gugur, Erdy dan ayahku, Yang Mulia Ludwig Triton Alexander. Semoga mereka melihat ini dari surga.
"Aku masih tidak bisa memercayainya. Aku merasa senang dan terharu dengan semua dukungan kalian. Ini bukan soal gelar juaranya. Ini bukan soal uangnya. Tetapi bagiku, ini adalah soal perjalanan hidup. Akhirnya aku menemukan cahaya dan menjadi juara di dalam hidupku sendiri. Terima kasih kepada The Hunt for the Holy Coins. Terima kasih kepada seluruh masyarakat Envera yang setia mendukung Ode to Joy. Perjuangan kita tidak berhenti di sini. Aku akan terus mencoba sebaik mungkin untuk dapat melindungi rakyatku. Gelar juara ini untuk kalian para rakyat, untuk rekan-rekan dan saudara-saudara kita yang gugur akibat perang, dan untuk para iblis agar mereka tahu bahwa kita semua kuat jika bersatu. Terima kasih! Hala Amaryllis!"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top