Chapter 7 - Malam Perencanaan

Kali pertama ketika menginjakkan kaki di mansion itu, Antonio dan Vin tidak henti-hentinya berdecak kagum. Mereka berdua tidak pernah berada di rumah semegah itu. Mira yang mengetahui itu lantas mempersilakan mereka untuk berbuat apa saja semaunya. "Anggap saja seperti rumah sendiri." Kata-kata pasaran itu keluar dari mulut sang putri.

Antonio lebih dewasa dalam menyikapi ungkapan tersebut, ia tetap menunjukkan rasa hormat karena ia bisa mati kalau macam-macam. Dirinya adalah seorang buron. Sementara Vin sudah berkelana naik-turun tangga dan berlari ke sana kemari untuk melihat segala interior yang ada. Penuh kemewahan, dan itu membuat otak Vin penuh.

Untuk mengisi malam, Antonio dan Vin diutus Mira pergi ke kota untuk membeli segala perlengkapan yang nantinya akan dibutuhkan oleh tim mereka ketika turnamen. Mereka berdua diberi koin oleh Mira sebanyak 10.000 Von. "Kalian saja yang pergi, aku tidak ingin dikerubungi orang-orang jika berjalan di kota," ujar Mira yang katanya cinta kepada rakyatnya. Bisa dimaklumi, mungkin gadis itu sudah lelah setelah berlatih pedang dari siang hingga sore.

Malam terakhir sebelum dilaksanakannya pembukaan turnamen dihabiskan oleh Amaryllis untuk menyusun strategi yang akan mereka gunakan dengan sedemikian rupa. Menurut buku panduan, turnamen ini akan dibagi menjadi empat fase yang memiliki rentang waktu berbeda-beda. Dan untuk saat ini Amaryllis masih menyusun strategi untuk menghadapi fase pertama.

Sebagai ketua, Antonio bertanggung jawab secara penuh untuk mengambil keputusan. Vin, sebagai informan, bertanggung jawab untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai kondisi terkini dari medan pertempuran maupun kondisi tim lain lewat pekerjaannya sebagai penyair yang sering mampir ke bar di kota atau pesta-pesta kecil di desa. Mira, sebagai anggota, hanya akan mengikuti apa yang Antonio dan Vin lakukan. Itu karena Mira sendiri mengakui bahwa dirinya tidak memiliki banyak pengalaman bertarung di alam bebas.

Antonio berusaha menjelaskan secara rinci ilmu-ilmu dasar, barulah masuk ke bentuk gagasan yang ia kembangkan dan nantinya ingin ia bawa untuk Amaryllis.

Bahwa iblis bisa hidup (lemah) di bawah sinar matahari; bahwa Vitae merupakan kekuatan yang dapat dimiliki oleh seseorang jika ia atau barang kepemilikannya "dipilih" secara langsung oleh koin suci; bahwa medan, angin, cuaca, mental, dan persediaan makanan sangat berpengaruh di lapangan; bahwa turnamen ini bukan sesuatu yang sepele, pasti akan ada banyak oknum yang berbuat kekacauan—Antonio menjelaskan itu semua kepada Vin, Mira, dan para pembaca pada sebuah papan.

"Karena di dalam turnamen ini poin yang didapatkan dari satu koin suci lebih besar 10 kali lipat dibandingkan poin yang didapatkan dari membunuh satu iblis, fokus utama kita bukanlah memburu para iblis. Kita harus mencari jalur tersendiri untuk menemukan titik-titik yang menjadi markas dari para iblis penjaga koin. Itu karena kita tidak bisa mengambil kontrak sebab kita tidak tergabung di dalam guild. Itu tentunya menjadi kerugian untuk kita, tapi jika kita mampu beradaptasi dengan membaca peta, pergerakan tim lain, dan situasi terkini dengan jeli, maka bukan tidak mungkin koin suci dapat mudah kita rengkuh."

"Satu pertanyaan, Midas!" Mira mengangkat tangannya. "Kau bilang bahwa ada kemungkinan turnamen ini akan berubah menjadi tempat pertumpahan darah. Apa maksudnya itu?"

Antonio duduk kembali setelah berdiri cukup lama menjelaskan rencananya. "Apa yang aku maksud adalah perang antarras. Pada suatu titik tidak akan ada yang peduli lagi dengan iblis, mereka hanya akan membunuh satu sama lain untuk mendapatkan koin suci. Sebab itulah satu-satunya cara untuk menang, mendapatkan koin suci sebanyak-banyaknya."

"Itu ... mengerikan. Tapi bukankah itu sangat berbahaya? Mereka pasti tahu hukuman bagi orang yang membunuh sesama mereka, sehingga mereka tidak akan melakukan itu."

"Iya, kau benar, Mira. Itu sangat berbahaya. Namun, yang menjadi perhatianku adalah peraturan yang ditulis oleh ayahmu."

Mira bingung mendengar ucapan Antonio. "Peraturan yang mana?"

"Pada peraturan umum, tidak ada ayat yang berbunyi bahwa membunuh satu sama lain atau sesama itu dilarang. Ya, kita tahu bahwa membunuh sesama adalah perbuatan berdosa, dan kita seharusnya membunuh para iblis. Itu adalah pengetahuan umum, tetapi tidak adanya poin tersebut di dalam peraturan umum sangatlah mengkhawatirkan."

"Aku berharap hal seperti perang antarras tidak terjadi dalam turnamen ini." Mira tampak ragu sambil menyilangkan kedua tangan di dadanya.

"Kita tidak perlu meragukan perkataan Antonio," ujar Vin, "dia adalah pria yang tahu segalanya. Aku percaya pada segala sesuatu yang diucapkan olehnya. Perang antarras akan menjadi kemungkinan terburuk, tapi untuk sekarang kita tidak perlu mengkhawatirkan itu. Inti dari perang adalah beradaptasi dengan keadaan, dan turnamen ini adalah sebuah perang. Selama kita pintar mengatur itu semua, maka kita akan baik-baik saja."

Antonio menunjuk Vin dan menimpali, "Benar. Kita harus menghindari suatu masalah ketika masalah itu sudah bertunas. Tapi jika pada akhirnya itu terus tumbuh, kita harus mempersiapkan mental kita dan ...."

Mendengar ucapan Antonio terputus, Mira melanjutkan, "Mempersiapkan pedang kita juga?"

"Kau benar. Kita harus membunuh sesama kita, jika itu diperlukan."

Suasana di ruang tengah tiba-tiba menjadi hening. Lilin yang ada di meja bundar serta bara di perapian tidak terlalu menerangi dan menghangatkan. Membunuh sesama. Kata-kata itu begitu mengerikan bagi Mira. Sebenarnya bagi Vin juga, tetapi ia sudah tahu seluruh kisah hidup Antonio sehingga ia tidak terkejut.

Ada beberapa hal yang ingin Antonio ungkapkan kepada Vin dan Mira. Namun, ia tahu bahwa itu terlalu cepat. Kedua anak muda di hadapannya tidak akan siap mendengar kebenaran yang ia mengerti. Selama 17 tahun pengasingannya, hidup di bawah tekanan, Antonio melihat banyak sekali kebobrokan kehidupan, baik itu oleh manusia maupun ras lain.

Antonio berusaha menyimpan itu di sepanjang hidupnya karena ia tahu, musuh bersama dunia saat ini adalah para iblis. Segala kejahatan, seperti pembantaian manusia oleh para elf dan orc, ritual penyembahan iblis, sampai perkawinan silang antarras dengan bangsa iblis sudah ia ketahui hingga ke akar-akarnya. Tidak ada yang mengetahui itu di permukaan, hanya orang-orang tertentu. Karena itulah Antonio sangat yakin, segala kebobrokan itu akan semakin diperparah dengan diadakannya turnamen ini.

The Hunt for the Holy Coins—turnamen untuk mengumpulkan koin suci yang tersebar di seluruh dunia—bukanlah sebuah acara besar di mana seluruh dunia akhirnya berdamai dan berusaha untuk saling bergandengan tangan demi mengalahkan musuh bersama, yakni para iblis. Turnamen ini bisa saja menjadi medan perang untuk memperebutkan uang dan kekuasaan. Di atas, tampak seperti Tuhan, Raja William sebagai pemrakarsa turnamen ini. Ia tahu ancaman besar bagi seluruh dunia akan segera datang—sisi gelap bulan—dan ia memilih untuk melindungi dirinya sendiri dengan memanfaatkan para Hunter untuk membasmi semua iblis yang ada, sementara ia diam di istana sambil menikmati anggur dan daging, kemudian bercinta dengan istrinya tanpa kenal waktu.

Pengalaman Antonio membuatnya tahu akan segala hal. Dari hal-hal kecil, seperti bagaimana orang akan bertindak terhadap perilakunya, bagaimana masyarakat akan bergerak karena suatu hal, sampai bagaimana membedakan niatan baik dan buruk dari para penguasa. Antonio bisa membaca segala kemungkinan, dan karena itulah ia tidak terkalahkan. Namun, di dalam hati kecilnya, ada sebuah relung gelap. Jauh di masa depan, entah kapan, sesuatu yang besar akan terjadi.

"Aku dengar kau adalah seorang penyair ulung. Benar begitu, Vin?" Mira memecah keheningan ruang tengah.

Vin memasang wajah bingung untuk beberapa detik. Setelahnya, ia menjawab dengan tegas, "I-iya! Aku adalah penyair yang sangat terkenal. Paling tersohor di Benua Merlin, kalau bisa kubilang."

"Bisakah kau bernyanyi untukku? Jika nyanyianmu bagus, aku mungkin bisa melobi panitia festival Edinvers tahun ini agar memasukkanmu ke panggung utama."

Mendengar penawaran itu Vin langsung melompat kegirangan, tetapi cukup di dalam hatinya saja. Jantungnya terasa terbang dan tak lagi kembali ke dadanya. Tubuhnya tiba-tiba dingin. Matanya yang membelalak kini intens menatap wajah Antonio yang terlihat kesal, sebab dengan ucapan itu Antonio yakin bahwa Vin akan semakin lantang berkicau.

"Lihat? Ini adalah sebuah kesempatan emas! Aku akan segera menjadi penyair terkenal!" Vin langsung merentangkan tangannya seperti sedang berjalan di tengah-tengah kerumunan penggemar. Setelah itu, jemarinya bergerak dengan cepat menyetel senar mandolin yang baru ia beli di kota. Nyanyian keluar dari mulutnya, mengisi sepi pada malam itu.

Jauh di luar dugaan, Putri menikmatinya. Ia memejamkan mata sambil tersenyum simpul, mengayun-ayunkan kepala ke kanan dan kiri. Sementara Antonio masa bodoh, lanjut mengevaluasi rancangan strateginya.

Bercanda adalah kegiatan terbaik di tengah segala kekacauan ini, batin Antonio, mengetahui bahwa setelah ini tidak akan ada lagi yang namanya bercanda.

***

Putri Amarilis


Ketika seorang layu dengan penyesalannya dan seorang abadi dengan tulisannya berkelana,

mereka bertemu dengan seorang pendekar pedang yang luar biasa.


Pendekar pedang perempuan dengan rambut merahnya

dengan wajah cantiknya

dengan kewibawaannya

dengan ketegasannya

dengan indahnya mengayunkan pedang hebatnya.


Dialah sang Putri Amarilis yang menjadi primadona orang-orang.

Seorang putri yang mandiri, yang mencintai orang-orangnya, dan dicintai orang-orangnya.

Seorang putri yang berani, seorang putri yang tahu, tahu kepada orang-orangnya.

Tahu bahwa orang-orangnya membutuhkan dia, dan tahu bahwa suatu hari dia akan menjadi ratu yang hebat.


Kelak ketika mahkota jatuh ke kepalanya, semoga Tuhan selalu melimpahkan kebahagiaan padanya.

Namanya adalah Esmeiralda Wilora.

Panjang umur sang putri!

Panjang umur sang putri!

Panjang umur sang putri!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top