Chapter 55 - Sisi Gelap Bulan

31 Desember 1504.

Pukul 03.00

Tidak ada waktu untuk meratapi musibah yang sudah terjadi. Antonio, Mira, dan Camelia berlari menuju istana kerajaan untuk menuntaskan tugas terakhir mereka: mencegah bulan menunjukkan sisi gelapnya secara penuh.

Ketiganya menembus pagar istana yang sudah hancur berantakan, melewati tumpukan mayat yang meleleh. Aneh, pikir mereka. Asap hitam yang tadi menyebabkan orang-orang berhamburan sudah menghilang. Istana jadi lebih lenggang daripada sebelumnya. Suasananya pun menjadi tenang. Kekacauan yang sempat memenuhi tempat itu sampai sesak beberapa jam tadi kini sudah tidak terlihat. Hanya ada jalan kosong, gelap, dan sunyi, yang mengantarkan mereka bertiga menuju menara tertinggi istana.

Di dalam sebuah ruangan pada puncak menara, Antonio, Mira, dan Camelia bisa melihat Kahlil dan Gibran sedang berusaha menyentuhkan jari mereka. Bulan merah yang bersinar terang pada malam itu menembus lewat jendela berbentuk bulat yang terbuka dengan bebas. Perlahan tapi pasti, ketika jemari Kahlil dan Gibran bersatu, bulan semakin memerah dan energinya semakin menguat.

"Sama seperti 3000 tahun lalu," ucap Camelia sambil menghunus pedangnya. "Tikus pengulangan waktu akan bertemu dengan tikus penafsiran dunia, dan dari merekalah bulan akan menyala. Tubuh mereka belum sepenuhnya menyatu. Masih ada kesempatan untuk mencegah Regulus bangkit."

"Yang Mulia, apa yang akan kaulakukan?" tanya Mira.

"Memisahkan mereka. Membunuh mereka."

"Tunggu!" Antonio menahan Camelia. "Tidak bisakah kau memotong tangan mereka saja? Kurasa itu cukup."

"Itu tidak cukup. Brain Damage dan Eclipse adalah dua kekuatan yang dapat mempercepat rotasi bulan. Keduanya memiliki kekuatannya masing-masing, seperti pengulangan waktu yang dibawa oleh gadis itu. Jika mereka tidak dimusnahkan, mereka akan tetap mencari cara untuk menyatukan diri. Bahkan setelah kumusnahkan 3000 tahun lalu pun, Brain Damage dan Eclipse tetap bangkit, kini dalam bentuk mata. Sebenarnya ini tidak ada gunanya. Mereka akan terlahir kembali di masa depan. Namun, yang perlu kulakukan sekarang adalah menyelamatkan dunia, seperti yang kulakukan dulu." Camelia melepaskan tangan Antonio.

"Apa yang akan terjadi padamu setelah kau membunuh mereka?" tanya Antonio.

Camelia menoleh. "Aku tidak tahu."

"Apa maksudmu 'tidak tahu'?"

"Gelombang energi yang dihasilkan dari terpisahnya Brain Damage dan Eclipse bisa menghancurkan jiwaku dan tubuh gadis ini."

"Maka biarkan aku saja yang membunuh mereka! Jangan gunakan tubuh putriku!"

"Antonio adalah namamu, kalau aku tidak salah mengingat. Kau tidak boleh mempertaruhkan nyawamu. Kau memiliki Golden Touch, Vitae terkuat yang pernah ada. Kau tidak boleh membiarkan itu jatuh ke tangan orang yang salah."

Camelia melanjutkan langkahnya; Antonio menghadang.

"Berikan aku pedangmu yang superkuat itu!"

Antonio terpental ke tembok karena digampar oleh Camelia.

"Bukan pedangku yang kuat, tetapi jiwaku. Sama sepertimu. Bukan sentuhan emasmu yang kuat, tetapi jiwamu. Kita berdua sama-sama dilahirkan dalam kondisi terkutuk, Antonio."

Antonio terbangun, menyeka mulutnya. Di depan sana, Camelia sudah mengangkat pedangnya. Ingin Antonio berteriak, tetapi semuanya sudah terlambat. Camelia menebas tangan Kahlil dan Gibran. Getaran terjadi. Istana terbelah menjadi dua, begitu pun dengan tanahnya. Menara itu berguncang hebat, membuat Kahlil dan Gibran kehilangan keseimbangannya. Ketika sepasang kembar itu menengadah dengan tatapan buram dan pikiran yang tidak utuh, Camelia memenggal kepala mereka satu per satu.

Bulan padam. Cahayanya kembali menjadi putih. Semua alam semesta, iblis, dan orang-orang yang bertabrakan dengan alam semesta ini kembali ke tempat asal mereka. Suara putaran dapat terdengar. Mira mengintipnya dari jendela.

"Bulan kembali pada wajah aslinya. Kita berhasil."

Pada saat Mira menoleh, yang ada di matanya adalah masalah. Camelia naik ke atas tubuh Antonio, menodongkan pedang padanya. Gadis itu mengamuk. Kekuatannya menjadi tidak terkontrol karena gelombang energi dari Brain Damage dan Eclipse.

Antonio berusaha sekuat tenaga untuk menahan pedang gadis itu menggunakan tangannya. Pedang itu berubah menjadi emas. Setelahnya, Camelia menginjak leher Antonio dengan kakinya. Antonio menahannya, sepatu bot gadis itu berubah menjadi emas. Camelia yang kesal lantas melepaskan Antonio. Ia berdiri, berteriak kencang sekali sampai tembok istana retak dan kacanya pecah. Mira yang melihat itu hanya bisa menepi sambil berpegangan pada susuran tangga.

"Dasar ayah tidak berguna!" teriak Camelia. "Tujuh belas tahun kau pergi!"

Antonio menyadari bahwa kekuatan Camelia yang tidak terkontrol membuat jiwanya gundah ingin pergi atau tinggal di tubuh Cleopatra. Gadis itu berteriak sekali lagi, menyebut nama ibunya, "ALINE!" Berkata bahwa wanita itu mati karena gantung diri. Ulah Antonio. Camelia mendekatkan wajahnya pada Antonio; kedua mata mereka saling menatap. Sekarang Antonio yakin seratus persen, yang ada di depannya adalah Cleopatra, tetapi dengan kekuatan Camelia. Gelombang energi dari tubuh gadis itu merobohkan menara tempat mereka berada.

Mira dengan cepat memerintahkan Nine Nine Nine Temples untuk membuat ranjang besar di tanah, ditopang oleh bola-bola kapas di bawahnya. Ranjang dibuat dan menara itu ambruk menghancurkannya, tetapi setidaknya mereka bertiga masih selamat. Di tengah asap, Mira tidak bisa melihat apa-apa. Ia mendengar rintihan, tetapi tidak tahu dari siapa itu berasal. Sampai akhirnya asap yang menghalangi pandangannya pergi, ia melihat Cleopatra terduduk lemas. Antonio memeluk tubuh gadis itu erat-erat, mengubahnya menjadi emas untuk meredam kekuatannya yang semakin tidak terkontrol.

Cleopatra menjerit tidak keruan, berusaha melepaskan dirinya.

"Ayah minta maaf, Nak." Antonio tenggelam di dalam air matanya sendiri.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top