Chapter 48 - Aliansi

Istana kerajaan, 18 Desember 1504.

Hari perundingan empat kerajaan.

Mira berdiri dengan gugup di depan cermin meja rias. Ia mengenakan gaun panjang berwarna merah yang menunjukkan bahu dan dada bagian atasnya. Beberapa kalung dengan warna berbeda bertengger di leher dan dadanya, bersama anting bunga amarilis di daun telinganya, dan mahkota silver di kepalanya—rambutnya disanggul.

"Teguhkan hatimu, Nona Mira." Bibi Yerna menepuk pundak gadis itu dengan lembut.

Mira menatap dirinya sendiri dengan tajam, menarik napas dalam dan mengembuskannya. "Aku akan berusaha."

Pintu ruang rias terbuka, dari sana muncul Jenderal Fairnburne dengan baju zirah dan jubah serigalanya. "Genderangnya sudah ditabuh, Putri. Sebentar lagi rombongan dari Vontera dan Kutsakha akan tiba."

Mira yang menoleh kepada Fairnburne membuka matanya lebar-lebar. Kegundahan di dalam hatinya semakin membesar, dan itu membuatnya takut serta gemetar.

"Tenangkan dirimu, Nona." Bibi Yerna berbicara sekali lagi, kini memeluk Mira dan mengusap dadanya yang meledak-ledak. "Aku berharap yang terbaik dari perundingan ini. Kau hanya perlu bersikap apa adanya."

Mira menelan ludahnya, mengangkat dagunya. "Aku siap. Antarkan aku ke gerbang istana."

***

Pukulan drum dan terompet marching band menyambut rombongan Raja Edgar, raja para dwarf, yang datang dari timur. Lautan manusia menyambut itu dengan sukacita dan mengantarkan kereta kencana putih yang kecil itu menuju istana, melewati jalan Edinvers yang penuh dengan bercak darah dan bau asap. Sementara itu, rombongan Ratu Qana, ratu para orc, disambut dengan kebencian oleh para manusia. Kereta kencana yang dinaikinya dilempari buah dan sayuran busuk, diludahi, serta ditodong jari tengah. Belasan prajurit Kerajaan Envera mengiringi barisan itu dan melindunginya dari serangan bengis orang-orang.

Mira menuruni tangga dari lobi istana dan keluar menuju gerbang. Pintu besi itu diangkat dan dari ujung jembatan ia bisa melihat dua orang bermahkota emas berjalan menghampirinya, diikuti oleh barisan prajuritnya.

"Selamat datang di Envera, Yang Mulia Edgar dari Vontera dan Yang Mulia Qana dari Kutsakha. Saya adalah Esmeiralda Alexandra, putri mahkota Kerajaan Envera. Saya yang akan menggantikan posisi ayah saya dalam perundingan ini."

"Senang bertemu dengan Anda, Putri Esmeiralda," ucap Edgar.

"Lihatlah kebodohan ini," ucap Qana. "William tidak bertanggung jawab pada kerajaannya sendiri. Konyol."

Mira menatap dengan tajam dan serius pada wanita yang menjadi pembunuh masyarakat Lonesome itu. Ia lantas berkata, "Mari saya antarkan ke dalam, sambil menunggu Raja Bornardi datang."

Mira menuntun Edgar dan Qana berkeliling istana, melihat patung, lukisan, dan buku, kemudian berjalan di taman istana lalu singgah di aula perjamuan. Edgar dan Qana duduk di sana, disajikan kepada mereka masing-masing secangkir teh panas dan sepotong kue. Mira duduk di ujung meja panjang itu—di belakangnya berdiri Fairnburne—sambil terus memasang senyum.

"Silakan dinikmati hidangan kecilnya. Saya senang sekali bisa menerima kehadiran kalian."

Edgar memotong kue itu dan memasukkannya ke dalam mulutnya, sementara Qana terdiam menatapnya, ia menggerak-gerakkan kakinya seakan tak sabar sambil melihat langit-langit ruangan itu yang dipenuhi oleh emas.

"Jadi kau yang akan menjadi ratu kerajaan ini selanjutnya?" tanyanya remeh.

"Benar sekali."

"Wajahmu terlihat palsu."

Jantung Mira seakan berhenti karena ucapan itu. Bibirnya masih melengkung menyunggingkan senyum, tetapi dadanya tiba-tiba terasa dingin. Lidahnya menjadi kelu dan sulit untuk berbicara. Fairnburne menyadari itu, menghampiri Mira dan mengajaknya keluar.

"Sepertinya rombongan dari Cottonfall sudah tiba, Putri. Mari kita menyambut mereka."

Fokus Mira pecah. Ia berdiri dan berpamitan kepada Edgar dan Qana. "Saya akan segera kembali bersama Raja Bornardi." Ia meninggalkan ruangan itu bersama Fairnburne.

"Putri, tenangkan dirimu. Jangan panik," bisik Fairnburne, menemani Mira melewati lorong.

"Maafkan aku. Aku tidak menyangka bakal sesulit ini."

"Aku tidak bisa membantu banyak selain terus berpesan padamu untuk tetap tenang. Kau boleh panik dan takut, tapi jangan ubah ekspresi dan sikapmu. Mereka akan mengetahuinya."

"Baik. Baik. Terima kasih, Jenderal. Aku akan berusaha."

Di depan gerbang Mira dan Fairnburne berhenti, menunggu. Mereka berdiri di sana cukup lama sampai langit yang tadinya cerah kembali dipenuhi awan. Setelah keheningan menyelimuti, gelombang suara dengan frekuensi besar datang menghampiri. Dari balik tembok besar istana, Mira dan Fairnburne bisa mendengar suara-suara yang sarat akan kebencian—mengalir dan mengakar dari setiap kata-kata yang dilontarkan. Tidak lama setelah gelombang suara itu mencapai istana, kereta kencana muncul dari kejauhan. Itu penuh dengan kotoran dan darah, diiringi oleh belasan prajurit Kerajaan Envera. Kereta kencana itu berhenti, dan turun dari sana Raja Bornardi, raja para elf, bersama dengan dua utusannya yang paling tepercaya—Kallen dan Freddie.

Mereka bertiga, tanpa prajurit elf yang lain, berjalan di atas jembatan untuk menghampiri Mira dan Fairnburne yang sudah menunggu di lain sisi.

"Selamat datang di Envera, Yang Mulia Bornardi dari Cottonfall. Saya adalah Esmeiralda Alexandra, putri mahkota Kerajaan Envera. Saya yang akan menggantikan posisi ayah saya dalam perundingan ini."

"Jangan banyak bicara," suara Bornardi yang kesal menusuk Mira dengan sekejap, "cepat antarkan kami ke dalam dan mulai perundingannya, manusia."

***

Aula perundingan itu diisi oleh meja bundar di bagian tengahnya, diduduki oleh Mira dan Jenderal Fairnburne di belakangnya, Raja Edgar dan Jenderal Braf di belakangnya, Ratu Qana dan Jenderal Melina di belakangnya, dan Raja Bornardi dan Kallen serta Freddie di belakangnya. Para prajurit berjaga, berdiri mengitari sisi ruangan itu; di depan mereka duduk perwakilan dari setiap kerajaan yang terdiri dari menteri, jenderal, tokoh agama, guru besar, dan beberapa tokoh masyarakat.

Perundingan tersebut dibuka dengan kata sambutan dan terima kasih dari Mira yang dilanjutkan dengan pembacaan agenda perundingan oleh Jenderal Fairnburne.

"Tujuan diadakannya perundingan ini adalah untuk membahas perang yang sedang terjadi di sekitar kita dan mempersiapkan dunia untuk menghadapi sisi gelap bulan."

Berkas-berkas dibuka dan pengajuan pun dimulai. Mira langsung menembak Bornardi, mengecamnya atas pembantaian yang dilakukan di Kota Nokova. Selain itu, Mira juga menembak Qana, mengecamnya atas pembantaian yang dilakukan di kota seni dan pengetahuan, Lonesome. Kedua kota tersebut sekarang kosong dan tidak berada di bawah kendali Envera lagi, dan para korban yang selamat mengungsi ke Edinvers, menyebabkan ledakan penduduk yang parah karena kurangnya ketersediaan tempat tinggal dan makanan. Hal ini menyebabkan konflik internal di ibu kota, mengacaukan tatanan masyarakat yang ada, dan membuat kebencian antarras semakin menguat.

"Maka dari itu saya meminta keterangan Anda, Yang Mulia Bornardi dan Yang Mulia Qana, atas pembantaian ini."

Mira duduk dengan tenang, Fairnburne menelan ludah dan melihatnya dari belakang dengan tegang. Di luar dugaan, sang putri dapat membawa alur perundingan dengan baik sejauh ini.

"Tidak ada alasan bagiku untuk menjawab pertanyaan itu." Qana mengelak.

"Tidak ada alasan pula bagi kita untuk mengelak," sahut Bornardi pada Qana. "Cottonfall memang menundukkan Nokova. Kami melakukan itu karena alasan yang jelas. Relik bangsa elf telah dicuri oleh manusia. Itu adalah benda yang sakral, yang diwariskan oleh wanita kami, Lady Flodera. Tidak boleh ada tangan kotor yang memegangnya. Kami sudah melayangkan permohonan secara baik-baik sejak tahun lalu, tetapi Envera tidak menggubrisnya. Kami melayangkan permohonan sekali lagi, masih juga tidak digubris, dan raja kalian justru membuat turnamen besar ini untuk menutupi segalanya. Sekali lagi kukatakan, relik itu adalah benda yang sakral. Kami akan melakukan apa pun untuk merebutnya kembali. Aku tidak tahu untuk para orc, apa alasan mereka membantai kalian."

Qana menoleh dengan sinis kepada Bornardi. "Kau masih membenci para orc, ya? Aku pikir konflik bangsa kita sudah selesai ratusan tahun lalu."

"Tentu saja itu sudah selesai." Bornardi membalas dengan santai. "Bangsa kalian jatuh ke dasar jurang kegelapan dan tak bisa bersaing dengan kami para elf. Tidak ada seorang pun di dalam ruangan ini yang lebih tinggi derajatnya dari bangsa elf."

Teriakan penuh amarah terdengar dari barisan perwakilan bangsa orc, pun dengan manusia dan dwarf. Para prajurit yang berjaga langsung menenangkan mereka semua, membiarkan Mira kembali dalam pembicaraan.

"Apa pun alasannya, tindakan kalian tidak dapat dibenarkan. Maka dari itu, saya dan Yang Mulia Edgar sudah memutuskan untuk memberi sanksi kepada kerajaan kalian."

Edgar berkata, "Apa yang dikatakan Putri Esmeiralda adalah benar. Setelah turnamen dan perang ini selesai, kami, Persatuan Benua Merlin, akan menjatuhkan hukuman kepada Kerajaan Cottonfall dan Kerajaan Kutsakha untuk membayar denda sebesar tiga miliar Von yang akan digunakan untuk mengganti segala kerusakan dan kerugian, membangun kembali kota, dan membiayai hidup para korban yang selamat."

"Omong kosong!" Qana berdiri dan menggebrak meja; taringnya tampak, liur mengalir dari mulutnya. "Bagaimana bisa makhluk rendahan seperti kalian memerintahkan bangsa kami untuk tunduk kepada kalian?"

Bornardi tampak lebih santai dibandingkan Qana. Ketukan jarinya pada meja itu menunjukkan bahwa di dalam kepalanya terdapat banyak sekali alternatif yang bisa ia gunakan semudah membalikkan telapak tangan dan membuat kerajaan manusia itu terguling. "Kalian tahu seberapa kuat bangsa elf, bukan? Jangan macam-macam dengan kami. Kami hanya menuntut relik kubus suci milik bangsa kami dikembalikan, dan kami tidak akan mengganggu kalian lagi. Kalau sampai dalam beberapa hari ke depan relik tersebut tidak dikembalikan, pasukan Cottonfall akan bergerak dari Nokova dan meratakan Edinvers."

Mira menarik napas dalam; dadanya mengembang. Di dalam kondisi perundingan yang semakin memanas, ia memutuskan untuk berhenti sejenak dan berpikir matang-matang tentang langkah apa yang harus diambilnya. Para perwakilannya merundingkan cara-cara lain, bersama dengan Fairnburne, dan Fairnburne berbisik kepada Mira.

"Itu hanya strategi menakut-nakuti. Jangan gentar."

Mira masih saja gemetar meski sudah mendapatkan kejelasan yang menenangkan dari Fairnburne.

"Percikan api seperti ini adalah hal yang normal dalam perundingan antarkerajaan. Semuanya masih berjalan dengan baik. Keluarkan senjata yang sudah kita susun malam itu. Naikkan suara Anda, percaya dirilah, tunjukkan keberanian. Jangan mundur, Putri."

"Baik, Jenderal." Mira mengembuskan napasnya dengan pelan, kembali berbicara, "Di dunia yang kacau ini, saya bisa memahami keresahan kalian semua."

Semua orang terdiam, mendengarkan Mira.

"Angka tiga miliar Von adalah kemustahilan bagi pihak mana pun di masa krisis seperti ini. Hasil akhirnya cuma tersimpul pada dua: antara kerajaan kalian tidak bisa membayarnya atau memang kerajaan kalian lebih mementingkan peperangan untuk terus memperkuat posisi. Bagi saya, tidak keduanya. Di dunia yang kacau ini, sudah saatnya kita semua kembali ke Perjanjian Gaea yang ditandatangani lebih dari 200 tahun lalu. Manusia, elf, orc, dan dwarf harus bersatu melawan musuh yang sama (iblis) dan tidak boleh saling membunuh antara satu sama lain. Tidakkah itu kurang jelas bagi kita semua?

"Itulah alasan saya mengadakan perundingan ini. Envera mendesak semua kerajaan untuk bekerja sama dan membentuk aliansi demi menghadapi ancaman besar yang jelas akan menghancurkan kita semua, sisi gelap bulan dan serangan iblis. Dengan ini, kami tidak semerta-merta memaafkan perlakuan sewenang-wenang bangsa elf dan orc kepada bangsa manusia dan dwarf. Akan tetapi, kami akan—uhuk!" Mira tiba-tiba terbatuk karena jantungnya berdebar dengan sangat kencang dan pikirannya menjadi sangat cemas. Tanpa ragu ia melanjutkan perkataannya dengan yakin, tegas, dan elegan. "Mohon maaf. Saya lanjutkan kembali. Kami akan melupakan segala dosa yang dilakukan oleh bangsa elf dan orc untuk sementara. Untuk sementara. Dan kami meminta kita semua untuk saling berjabat tangan dan merangkul satu sama lain. Aliansi Gaea, terdiri dari empat kerajaan besar—Envera, Cottonfall, Kutsakha, dan Vontera—akan berdiri untuk menghadapi sisi gelap bulan bersama-sama."

Kalimat terakhir Mira menggetarkan seisi ruangan itu meski suaranya bukan berasal dari seorang raja yang berambisi besar. Seketika suasana di dalam aula perundingan menjadi hening. Tatapan Mira begitu tajam tertuju kepada Bornardi dan Qana; mulutnya bergetar; keringat membanjiri wajahnya. Melihat momen tersebut, Fairnburne mengambil inisiatif untuk bertepuk tangan. Di dalam hatinya ia berkata, Berhasil.

Kemudian itu diikuti oleh perwakilan bangsa manusia.

Dan selanjutnya seisi ruangan bertepuk tangan, kecuali bangsa elf dan orc.

Bornardi yang melihat itu merasa jijik. Ia berdecak, mengepalkan tangannya dan memukul meja, berdiri, lalu pergi. "Ayo, Kallen, Freddie. Kita tidak bisa menghabiskan waktu dengan orang-orang kotor ini. Kita harus melanjutkan pencarian kubus itu." Mereka pun memutuskan untuk pergi dari aula perundingan secara sepihak.

Sementara itu, Qana tersudut. Jenderalnya, Melina, dan para perwakilan bangsa mereka kebingungan menanggapi itu.

"Apa yang harus kita lakukan, Ratu?"

Qana menggertakkan giginya, masih menggerakkan kakinya, sembari menggaruk meja sampai kayunya mengelupas. "Manusia dan dwarf ... keparat! Kita telah masuk ke dalam jebakan mereka. Kita tidak bisa membayar tiga miliar kepada mereka, dan terpaksa harus menyetujui pembentukan aliansi ini!"

"Lalu kenapa kita tidak pergi saja seperti Raja Bornardi, Ratu?"

"Kau bodoh, Melina? Bornardi pergi karena Cottonfall adalah kerajaan yang kuat. Mereka punya kekuatan militer, penyihir-penyihir dari zaman aksa, uang, dan kekuatan untuk melakukan apa pun yang mereka inginkan. Sementara kerajaan kita, dalam penundukan Lonesome waktu itu saja, kita menghabiskan banyak sekali uang rakyat sampai kekacauan terjadi di kerajaan, pemberontakan dan demonstrasi ada di mana-mana."

Di kejauhan, Mira yang sudah berhasil menenangkan dirinya hanya terdiam. Ia memiringkan kepalanya, memasang senyuman licik kepada Qana.

Qana yang melihat itu merasa semakin geram. Tangannya mengepal semakin kuat, tetapi kakinya tak bisa melangkah ke luar ruangan itu.

"Dengan tinggalnya Anda di dalam ruangan ini, maka saya putuskan Aliansi Gaea akan melibatkan bangsa manusia, orc, dan dwarf," ujar Mira tegas. "Kerajaan Cottonfall dan Kutsakha akan tetap diwajibkan membayar denda sebesar empat miliar Von kepada Persatuan Benua Merlin. Kesepakatan telah dibuat," pungkasnya.

"Empat miliar?!" Qana tersentak mendengarnya.

"Empat miliar sudah disepakati!" sahut Edgar dengan cepat.

Mira tersenyum, mengeluarkan perkamen berisi perjanjian itu, menorehkan tanda tangannya. "Silakan ditandatangani, Yang Mulia Edgar dan Yang Mulia Qana."

Walau kacau dan penuh pemaksaan, perundingan itu ditutup dengan kemenangan bagi Envera.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top