Chapter 4 - Kota Edinvers

Pasir di dalam jam terus turun, semakin cepat setiap harinya, menandakan masa pendaftaran The Hunt for the Holy Coins akan segera ditutup. Edinvers, ibu kota Kerajaan Envera, tidak terlihat seperti biasanya. Semenjak surat resmi dari raja turun terkait dengan perlombaan besar ini, Edinvers tampak seperti kota mimpi. Masyarakat dari seluruh penjuru dunia berbondong-bondong datang, semua ras—manusia, elf, orc, dan dwarf—berkumpul menjadi satu kesatuan yang padu tanpa ada perpecahan sedikit pun. Itu menjadi suatu peristiwa langka yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Edinvers bertransformasi menjadi kota yang tak tidur. Cerobong asap dari toko roti terus mengepul setiap waktu; kios-kios di pinggir jalan tidak pernah kehabisan pembeli; bar di sudut kota selalu ramai para pemabuk; surat-surat membludak, menginisiasi para kurir bergerak seperti gerombolan buih di tengah-tengah lautan orang yang tidak henti-hentinya mengombak di pusat kota.

Konflik panjang yang terjadi antara bangsa elf dan orc pun tidak terbawa ke kota itu. Sekarang mereka saling berdampingan, terkadang sampai kulit mereka bersentuhan satu sama lain karena kota yang begitu ramai—elf berwarna putih dan orc berwarna hijau. Begitu pula dengan para manusia yang menjadi "tuan rumah". Mereka tidak segan-segan menyambut kedatangan bangsa elf dan orc yang berbeda dari mereka—bertelinga panjang, berwarna kulit berbeda, dan memiliki postur tubuh yang berbeda pula—dengan penuh kebaikan. Kemudian ada bangsa dwarf, para kerdil, yang sama sekali tidak memiliki sejarah buruk dengan ras mana pun. Bangsa yang mendominasi kawasan Timur ini cenderung netral dan memiliki hubungan paling baik dengan bangsa manusia.

Sudah 17 hari masa pendaftaran dibuka dan kurang-lebih sudah 17 hari pula Kota Edinvers ramai oleh keberagaman itu. Tidak ada darah yang tumpah, tidak ada kebencian yang merebak, dan tidak ada hati yang tersinggung oleh luka lama. Perbedaan yang disatukan oleh persamaan nasib dan tujuan membuat mereka semua berada di sini. Semuanya kembali pada Perjanjian Gaea sekitar 200 tahun lalu, di mana musuh bersama masyarakat dunia adalah para iblis.

Mungkin jika para pendekar yang gugur ketika melindungi dunia dari serangan iblis masih hidup, mereka akan pergi mencari bar terdekat—entah itu untuk membeli sebotol bir atau secangkir kopi, atau preferensi lain seperti teh—untuk berbincang sambil bersenda gurau, berkata pada diri mereka sendiri, "Andai saja seluruh ras di muka bumi bersatu sejak dahulu, sungguh iblis akan terlihat seperti butiran debu di hadapan kita."

Karena tergolong terlambat masuk ke dalam keramaian, Antonio dan Vin menerobos lautan orang yang memenuhi jalanan dengan menaiki kuda mereka. Puluhan mata tertuju pada dua pria dari negeri yang jauh itu. Bagaimana tidak? Orang-orang tahu bahwa iblis hibrida berkepala kambing, meskipun tidak berbahaya, adalah iblis yang cukup sulit dikalahkan karena kecepatan dan ketidakhadiran akalnya.

Dengan kemampuan yang dimiliki oleh Antonio, juga bantuan Vitae milik Vin, iblis tersebut bukanlah sesuatu yang patut dipermasalahkan. Mereka berdua menganggap apa yang telah mereka lakukan adalah sesuatu yang biasa, tetapi orang-orang melihat kepala kambing yang tergantung pada kuda cokelat yang ditumpangi pria paruh baya berambut hitam panjang itu sebagai sebuah pencapaian yang luar biasa.

"Semua orang menatap kita," bisik Vin.

Antonio menundukkan kepalanya, tidak ingin menunjukkan kesombongan. "Mereka kagum dengan kemampuan berpedangku," balasnya lirih.

"Aku tidak berpikir mereka sedang mengagumi kemampuanmu, pak tua. Mereka justru ketakutan karena penampilanmu tampak seperti bandit. Omong-omong, kita harus mencari markas guild yang lain untuk menjual hasil buruan kita. Dua tempat tadi mematok harga yang terlalu kecil."

Guild adalah sebutan untuk sebuah asosiasi yang beranggotakan para Hunter. Tujuan dari dibentuknya guild adalah untuk mewadahi kemampuan dari para Hunter yang melakukan pekerjaannya tanpa dinaungi otoritas mana pun, atau biasa disebut dengan Hunter lepas. Dengan tergabung dalam sebuah guild, seorang Hunter mendapatkan jaminan gaji yang lebih tinggi dan standar pekerjaan yang aman. Selain itu, kontrak resmi (legal) dari masyarakat sipil dan kerajaan yang dipasang pada papan pengumuman hanya dapat diambil oleh para Hunter yang tergabung dalam sebuah guild.

Antonio adalah seorang Hunter lepas, tidak terikat pada asosiasi mana pun. Ia tidak bisa mengambil kontrak dari masyarakat sipil dan kerajaan, tidak mempunyai gaji tetap, dan tidak mempunyai jaminan hukum serta asuransi. Oleh karena itu, ia berlatih begitu keras untuk meningkatkan kemampuan berpedangnya, selama puluhan tahun, agar dapat terus membunuh iblis di luar sana demi menghidupi dirinya sendiri dengan aman. Satu alasan yang menyebabkan Antonio tidak bisa dan tidak berani mendaftar ke sebuah guild adalah masa lalunya yang kelam.

"Akhirnya kita sampai." Antonio menghentikan kudanya tepat di depan sebuah gedung dari batu kapur yang jaraknya cukup jauh dari keramaian kota. "Ini adalah satu-satunya tempat di mana kita bisa mendapatkan harga yang paling tinggi."

"Old School? Bukankah ini guild yang menempati peringkat teratas di Kota Edinvers?"

"Kau benar, Vin. Dan mungkin ... kita bisa membeli satu anggota tambahan dari mereka untuk mendaftarkan tim kita dalam turnamen ini."

"Hei, jangan bercanda, pak tua. Kita ini bukan siapa-siapa. Aku yakin Old School tidak ingin memberikan anggota mereka kepada kita yang tidak memiliki rekam jejak di dalam guild sebelumnya."

Antonio turun dari kudanya, kemudian melepaskan tali yang mengikat kepala kambing itu. "Ini adalah kesempatan terakhir kita untuk mendapatkan Hunter terbaik. Aku tidak yakin kita bisa bersaing dalam turnamen sebesar ini hanya dengan dua anggota saja."

"Dan jika mereka tahu bahwa kau pernah membunuh manusia, tamatlah riwayat kita," ujar Vin dengan pelan, sampai kepada Antonio yang sudah hampir membunyikan lonceng di samping pintu.

"Tidak ada yang tahu persis bahwa aku adalah pelaku utama pada kejadian malam itu. Mereka tahu bahwa ada seseorang yang melakukannya, tetapi mereka tidak mengetahui siapa dan bagaimana wujud pelakunya." Antonio membunyikan lonceng itu dan mendorong pintunya untuk masuk meninggalkan Vin.

Suara tinggi langsung datang dari balik meja resepsionis. "Selamat datang di markas Old School! Ada yang bisa saya bantu?"

Antonio berjalan menghampiri resepsionis. "Aku ingin menjual hasil buruanku." Ia meletakkan kepala kambing itu di atas meja tanpa basa-basi.

Resepsionis kemudian mengeluarkan kacamatanya, memeriksa kepala kambing itu dengan teliti. "Iblis hibrida. Ini tidak akan lebih dari 50 Von. Sayang sekali, Tuan."

"Aku sudah ke tempat lain dan tawaran paling tinggi yang masuk adalah 50 Von. Kau harus memberiku sedikit lebih banyak, ini bukan iblis biasa. Tidak juga, sih. Ini iblis biasa, tapi kebanyakan Hunter tidak bisa membunuhnya karena satu dan lain hal."

Resepsionis berpikir sejenak, lantas mengambil kertas untuk nota. "Koin yang bisa kami berikan hanya 55 Von, Tuan. Turnamen masih belum dimulai, jadi Anda beruntung bisa menjual kepala iblis ini dengan harga yang cukup mahal."

"Aku terima," ucap Antonio. "Ini tidak akan sampai pada harga 20 Von ketika turnamen berjalan."

"Benar sekali, Tuan. Akan ada lebih banyak iblis yang terbunuh, kepala mereka akan berserakan di mana-mana. Oleh karena itu, kita memang harus mempersiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan terburuk terkait harga ketika nanti turnamennya sedang berjalan. Beberapa hal akan naik, beberapa hal lainnya akan turun."

Antonio tidak menjawab, hanya mengangguk tanda setuju. Ujung pena yang ia genggam bergerak dengan anggun, menorehkan tanda dari tangannya pada kertas putih di hadapannya. Selesai menandatangani nota, Antonio menuliskan nama lengkapnya dengan jelas.

Antonio Midas da Silva.

"Sungguh nama dan tanda tangan yang indah, Tuan Midas," puji resepsionis itu. "Ini koin Anda."

Antonio menerima koin itu dan memasukkannya ke dalam kantong serut miliknya. Sebelum kembali ke luar untuk menemui Vin, ia bertanya kepada resepsionis, "Aku ingin mendaftarkan diri dalam The Hunt for the Holy Coins, tetapi aku butuh satu orang lagi untuk membentuk tim yang kuat. Apakah ada cara bagiku untuk dapat membeli salah satu anggota dari guild ini untuk masuk ke dalam timku?"

"Sayang sekali, Tuan Midas. Seluruh anggota guild kami sudah mendaftarkan diri dalam The Hunt for the Holy Coins. Kami mengerahkan tiga tim, totalnya sembilan orang. Saya tidak begitu tahu bagaimana keadaan guild lain, tapi kalau Anda ingin mencari yang pasti, pergilah ke air mancur di dekat stan pendaftaran."

"Memangnya ada apa di sana?"

"Saya tidak tahu siapa, tapi dari informasi yang saya dapatkan, ada seorang pendekar pedang yang sedang 'menjual' dirinya untuk tim-tim yang kekurangan anggota untuk mendaftar."

Antonio menggenggam kantong serutnya dan beranjak keluar. "Terima kasih atas informasinya."

Vin sudah menunggu tepat di depan pintu, bersedekap dengan santai. "Bagaimana?"

"Lima puluh lima Von."

"Tidak terlalu buruk. Kira-kira ... bisa untuk makan kita berdua hari ini. Omong-omong, siapa nama yang kautulis di atas notanya?"

Antonio terdiam sejenak ketika tubuhnya sudah siap untuk naik ke atas pelana. Wajahnya serius, menatap ke bawah, sebelum akhirnya menuju Vin dan berkata, "Nama samaranku."

"Baguslah," ujar Vin lega. "Nama aslimu buruk sekali, pak tua."

"Segera naik ke kudamu, Vin. Sekarang kita harus pergi menuju air mancur di dekat stan pendaftaran."

"Kenapa begitu?"

"Anggota ketiga kita sudah menunggu di sana."

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top