Chapter 35 - Memori
Antonio terbaring di ranjang dengan Muezza tertidur pulas di dadanya. Ia menatap langit-langit yang reyot dan penuh sarang laba-laba. Di dalam keheningan itu, ia mencoba menutup matanya. Tangannya yang dibalut kain tebal mengelus tubuh Muezza dengan lembut, dan ia mulai larut di dalam ketenangan. Langkah kaki terdengar keras, dan tiba-tiba saja, secara mengejutkan, Julietta masuk. Ia menutup pintu kamar rapat-rapat dan menghampiri Antonio.
Antonio yang menyadari itu membuka matanya sembari berkata, "Apa yang kaulakukan di sini, Putri?"
"Bercintalah denganku."
"Maaf. Bisa kau ulangi kata-katamu?"
"Bercintalah denganku."
Dengan santainya Antonio berkata, "Aku menolak." sambil berputar ke kiri menatap tembok dan memeluk Muezza.
Belum menyerah, sekarang Julietta menggunakan pendekatan yang sedikit lebih tenang. Ia duduk di samping Antonio dan mengambil Muezza dari pelukannya.
"Hei." Antonio kembali membuka mata, menoleh kepada Julietta dengan tidak terima.
"Kita pinggirkan kucing gendut ini terlebih dahulu." Julietta meletakkan Muezza di lantai, mengelus-elus tubuhnya sebentar, sebelum naik ke atas Antonio.
Antonio telentang, terlihat pasrah—padahal sebenarnya tidak. "Enyahlah," ujarnya. Ia berusaha mendorong tubuh Julietta, tetapi wanita itu tetap tidak mau pergi. "Aku tidak ingin menggunakan kekerasan. Cepat turun."
"Aku tidak mau." Julietta menjatuhkan tubuhnya pada Antonio dan menempatkan wajahnya tepat beberapa senti di atas wajah Antonio. "Adrenalinku sedang tinggi-tingginya. Dan ... aku melihat kalau daya tarik seksualmu sangat tinggi. Kau adalah pria yang selama ini aku cari-cari. Tinggi, berotot, berambut panjang, berjenggot tipis, dan bersuara berat. Ahh ...." Julietta menempelkan kepalanya pada dada Antonio dan itu semakin membuat Antonio kesal.
Antonio mendorong wanita itu sekuat tenaga dan memaksanya turun dari ranjang. Julietta tergeletak di lantai dengan berantakan, dan Antonio kembali berputar ke kiri untuk menatap tembok.
"Kenapa pria kesepian sepertimu tidak ingin bercinta dengan wanita cantik sepertiku? Kau takut? Aku ini putri kerajaan, lho. Apa kau tidak mau mencicipi aku?"
"Tidak tertarik," balas Antonio berat. "Aku sudah punya istri dan seorang putri. Aku tidak tahu di mana mereka sekarang, tapi aku akan tetap mencari mereka, dan aku akan tetap setia pada mereka. Ditambah lagi, kau pasti bisa mencari pria yang lebih baik dariku di luar sana. Sekarang enyahlah. Aku ingin tidur."
"Oh, pria besar. Siapa namamu? Kenapa kau ketus sekali? Padahal ini kesempatanmu untuk merasakan tubuh seorang putri kerajaan, lho. Kalau dengan Mira ... ya jelas tidak mungkin. Kau dan Mira hampir tampak seperti ayah dan anak."
Antonio menutup kedua telinganya, dan Julietta menganggap tindakan itu sebagai sebuah penghinaan. Ia kembali naik ke atas ranjang dan kali ini memeluk tubuh Antonio dari belakang.
"Bercintalah denganku, kumohon!" ujarnya sambil mengusap-usap kepalanya pada punggung Antonio.
"Hei! Pergilah!" Antonio mendorong kepala wanita itu dengan sikunya. "Hei! Hei! Pergi!"
"Kumohon, emosiku saat ini sedang campur aduk."
"Enyahlah!" Antonio menghantam wajah wanita itu menggunakan sikunya dengan sangat keras.
Julietta mundur sambil menutupi wajahnya.
"Maafkan aku," ujar Antonio lirih. "Aku minta tolong, pergilah."
Masih belum menyerah, Julietta mengeluarkan senjata terakhirnya. Ia meletakkan Moonlight Sonata di pelipis Antonio. Antonio terbangun kembali, dirundung kebingungan.
"Hei, apa yang kaulakukan?" tanyanya.
"Moonlight Sonata, hapus istri dan putri pria ini dari ingatannya."
Julietta mendorong kubus itu masuk, menggesernya seperti sedang menggeser pintu dan mengeluarkannya dari kepala Antonio. Ia meletakkan kubus itu di meja kecil yang berada di samping ranjang. Setelahnya, ia melepaskan seluruh kain yang menutup tubuhnya, membiarkan tubuhnya telanjang dan dilihat secara langsung oleh Antonio. Julietta menarik tubuh Antonio, kemudian mendudukinya. Ia menatap wajah pria itu dalam-dalam, lalu mengecup lehernya dan bernapas di sana. Di tengah-tengah momen itu, Antonio tiba-tiba berkata, "Enyahlah. Jika kau masih di sini, aku akan mengubahmu menjadi emas."
Julietta terkejut bukan kepalang. Ia menarik dirinya, menatap Antonio dengan penuh pertanyaan. "Bukankah aku sudah menghapus istri dan putrimu dari ingatanmu?"
Antonio tampak kebingungan. "Istri? Putri? Bicara apa kau ini? Aku belum menikah. Sekarang cepat pergi! Aku ingin tidur!"
Julietta turun dari tubuh Antonio. Pria itu kembali berputar ke kiri untuk menatap tembok dan tertidur dengan mudahnya. Julietta hampa, emosinya tiba-tiba menghilang. Ada perasaan bingung bercampur kecewa yang membuat dirinya mematung di atas ranjang dan tidak bisa berbuat apa-apa. Ia yakin, mau sekeras apa pun dirinya mencoba, ia tidak akan pernah bisa membujuk Antonio. Sejak awal, Antonio merupakan pria yang teguh pada prinsip. Dengan istri dan putri dalam ingatannya, atau tanpa mereka sekalipun, Antonio tidak akan pernah lari dari prinsipnya. Ia tidak akan bercinta dengan wanita asing yang tiba-tiba menyelinap ke kamarnya. Ia hanya butuh satu hal: tidur. Maka tertidurlah ia.
Julietta menggenggam kembali Moonlight Sonata. Tidak ada gunanya, batinnya. Ia menarik tubuh Antonio. Dapat ia lihat pria itu mendengkur dengan keras, tampak nyaman sekali. Ia meletakkan Moonlight Sonata pada pelipis Antonio, mendorongnya masuk, menggesernya seperti sedang menggeser pintu dan mengeluarkannya dari kepala Antonio. Julietta mengenakan kembali pakaiannya, membawa relik kubus suci itu, dan beranjak menuju pintu untuk menuju kamarnya di bawah.
Sebelum ia membuka pintu, sesuatu yang teramat mengerikan terjadi. Antonio tiba-tiba saja berteriak histeris. Suaranya melengking, membuat Muezza terbangun dan melompat. Antonio menggaruk-garuk kepalanya dengan sangat kasar dan memukul-mukul ranjang sampai bunyinya mirip seperti sebuah bola meriam yang menghantam dinding benteng.
"Apa yang terjadi?" Julietta menghampiri Antonio.
Antonio—dengan napas yang tersengal-sengal, dan air mata yang mengalir dengan pelan di pipinya—menoleh pelan kepada Julietta. "Apa yang baru saja kaulakukan?" tanyanya dengan suara serak. "Kenapa memori-memori buruk itu kembali lagi?"
Di situlah Julietta sadar, ia telah merestorasi sebuah memori yang sangat menyakitkan bagi Antonio secara tidak sengaja.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top