Chapter 28 - Sadrathafighre

Amaryllis memutuskan untuk tidak menunggangi kuda karena mereka berusaha untuk tidak banyak menciptakan suara di dalam hutan. Antonio tahu, para iblis yang ia hadapi di hutan itu masih ada dan akan terus mengejarnya. Keluar dari hutan, salju tiba-tiba berhenti. Langit dipenuhi oleh kabut dan dari sana menggema raungan yang teramat keras.

Itu adalah sebuah dunia yang dipenuhi naga.

Mereka bertiga berhenti di tepi jurang . Antonio mengusap kedua matanya, berusaha membohongi dirinya bahwa apa yang ia lihat di atas langit tidaklah nyata. Mira dan Muezza terperangah melihat itu. Mereka berdua tidak berkedip sedikit pun, mencoba untuk menangkap segala momen yang sedang lalu-lalang di depan mata mereka. Barisan naga berzirah yang ditunggangi oleh para manusia bertombak sedang mengejar naga-naga hitam yang mencuri koin-koin mereka. Selain itu, ada pula sekumpulan remaja yang memakai seragam dan topi besar sedang melayang menggunakan sapu terbang.

"Aku kira semua naga yang ada di semesta ini jahat," ucap Antonio. Ia mendongakkan kepalanya, tetap menjaga diri agar tidak terlihat terlalu kagum pada dunia lain yang sedang ia saksikan. "Multisemesta ... benar-benar nyata."

"Tidak bisa dipercaya," ujar Mira, "ini cantik sekali."

"Hei, lihat!" Muezza menunjuk kejauhan. Di sana terbang kereta kuda yang tidak ditarik oleh kuda, melainkan naga. Yang mengelilingi mereka adalah peri bersayap putih dengan pedang di tangan mereka. "Luar biasa!"

Itu semua terlihat seperti kisah fantasi dalam buku-buku cerita, tetapi apa yang tergambar di dunia itu benar-benar sebuah kenyataan. Tiupan angin mengeyahkan segala keresahan yang dirasakan oleh Amaryllis dengan menyibak awan di langit dan menghentikan tangisan esnya. Langit tiba-tiba berubah cerah. Kali ini matahari menyinari tanah itu dengan gagah perkasa. Keluar dari balik pepohonan ribuan peri yang tampak semangat untuk memulai hari mereka. Dengungan sayap mereka menyemarakkan langit, disertai dengan nyanyian mereka yang serasi.

Hari ini kami terbang kembali menyambut berkah baru Ratu Fiena ....

Hidup para peri!

Hidup para naga!

"Hei, kalian berdua!" Antonio menepuk Mira dan Muezza untuk menyadarkan mereka. "Jangan terlena dengan semua yang kita lihat di dunia ini. Dunia ini adalah dunia yang berbeda dengan milik kita. Ia bergerak pada jalur orbitnya sendiri, jadi kita tidak perlu memusingkan apa yang terjadi di sini. Fokus pada tujuan utama kita. Kita harus mencari menara di mana makhluk-makhluk misterius muncul."

"Bagaimana bisa kau tidak kagum akan semua ini, Midas?" Mira tersenyum lebar.

"Hah?"

"Dunia yang seperti ini ... adalah sesuatu yang sangat indah. Rasanya aku berada di alam mimpi."

"Mira, ada sesuatu yang salah denganmu." Antonio memiringkan kepalanya, menatap ke dalam mata gadis itu. Pada irisnya Antonio bisa melihat sebuah titik putih yang menyala, dan di situlah ia sadar bahwa Mira telah terpengaruh oleh kekuatan sihir. "Muezza!" Begitu halnya dengan Muezza. Ketika Antonio mengangkat tubuh kucing itu, titik putih juga sudah tergambar pada bola matanya.

"Ini benar-benar teramat sangat indah dan luar biasa sekali," ujar Muezza dengan mata berbinar-binar.

Antonio segera menghunus pedangnya dan memasang kuda-kuda. Sejak awal, ia sudah memiliki firasat buruk. Antonio sadar betul bahwa mereka bertiga tidak sendirian di dalam hutan itu. Ada sesuatu, tetapi Antonio tidak bisa menangkapnya.

Dari dalam hutan, keluar menembus semak-semak, berjalan seorang orc berambut gimbal dan berkalung tengkorak binatang sambil membawa senapan laras panjang di tangannya. Pria itu mengeluarkan seikat bom berwarna putih dari dalam tasnya dan melemparnya kepada Antonio. Antonio langsung menyikukan pedangnya untuk berjaga-jaga, dan ketika bom ikat tersebut dilempar, pria orc itu segera membidik dan menembak.

KRAK!

Pelurunya mengenai bom ikat itu, dan seketika bom itu pecah menjadi beberapa bagian yang tidak bisa Antonio tangkis saking cepatnya. Pecahan-pecahan itu mengenai wajah Antonio, tetapi Antonio tidak gentar dan segera memasang kuda-kudanya kembali.

"Siapa kau?" teriak Antonio.

Seranganku tidak mempan? Pria orc itu mengokang senapannya, tetapi tidak menembak kembali. Ia justru berhenti dan menatap Antonio dengan penuh kebingungan. "Seharusnya aku yang bertanya kepadamu, manusia. Siapa kau? Dan sedang apa kau di sini?"

Antonio mengernyitkan dahinya.

Tidak lama berselang, muncul lagi seorang pria orc dari dalam hutan. Yang satu ini tubuhnya terlampau tinggi dan besar, rambutnya tampak klimis diikat ke belakang, dan ia mengenakan satu setel baju zirah lengkap. Kemudian, dari atas pohon terbang seorang wanita orc menggunakan payungnya yang berputar, membawanya turun dengan landai. Di hadapan Antonio kini berdiri tiga orang orc.

"Siapa kalian?"

"Dengar, manusia." Pria orc dengan badan paling besar maju. "Kami tidak akan melukaimu. Kami hanya butuh penjelasan tentang apa yang sebenarnya terjadi di sini. Di mana ini?"

Sejenak suasananya menjadi hening. Setelah mengetahui bahwa orc itu sama bingungnya dengan dirinya, Antonio menurunkan pedangnya. "Kalian bertiga tidak berasal dari semesta ini?"

Mereka bertiga hening.

"Jadi kalian berasal dari semesta yang sama denganku? Apakah kalian mengikuti The Hunt for the Holy Coins?"

"Iya," jawab pria yang membawa senapan, "kami bertiga satu tim."

"Kau harus memberi tahu kami, ha! Kami sedang santai melawan iblis dan tiba-tiba saja mereka semua menghilang, ha! Saat aku terbang untuk melihat, ha, langit sudah dipenuhi oleh naga, ha!" tambah wanita orc itu.

"Tenang." Antonio memasukkan pedangnya dan berjalan menghampiri ketiga orc tersebut. "Aku akan menjelaskan semuanya. Tapi sebelumnya, bisakah kalian melepas pengaruh sihir yang ada pada dua sahabatku ini?"

Pria orc dengan badan paling besar berkata, "Magnus, hilangkan kekuatanmu."

"Baiklah." Pria yang menggunakan senapan mengambil seikat bom berwarna hitam dan melemparkannya kepada Mira dan Muezza. Setelah itu, ia menarik pelatuknya untuk memecahkan bom itu. Pecahan-pecahannya mengenai wajah Mira dan Muezza, dan mereka berdua akhirnya lepas dari pengaruh sihir itu.

"Kita bisa bicara dengan tenang sekarang?"

Antonio mengangguk. "Namaku adalah Antonio Midas da Silva. Aku juga Hunter yang berpartisipasi dalam The Hunt for the Holy Coins."

Pria orc dengan badan paling besar menyambar tangan Antonio. "Aku Guskar Vivaldi, pria yang bisa mengontrol musim dan cuaca dengan Vitae-ku. Di sebelah kiriku ini adalah Magnus Sylvian, seorang penembak jitu. Dan di kananku adalah istriku, Stephanie Baudelaire. Payungnya adalah Vitae sekaligus senjata utamanya. Kami bertiga adalah Sadrathafighre, tim yang berhasil menempati posisi kedua klasemen pada fase kedua yang lalu."

"Luar biasa. Senang berkenalan dengan kalian." Antonio sedikit menyunggingkan senyum, ragu-ragu. Aku harus hati-hati, batinnya.

"Sekarang, manusia, cepat katakan kepada kami apa yang sebenarnya terjadi."

"Ceritanya nanti saja. Hal yang paling penting saat ini adalah kalian harus percaya terhadap semua ucapanku karena akulah yang membawa kalian ke semesta ini dengan melintasi ruang dan waktu. Untuk sekarang, mari kita berjalan dan mencari sebuah menara di sebuah kota di dataran tinggi."

Guskar terdiam dengan tatapan tajam. Di luar dugaan, ia justru menelan ucapan Antonio barusan dengan sangat mudah. "Kalau memang begitu, baiklah. Aku akan memercayaimu." Tiba-tiba nada bicaranya berubah serius. "Tapi ingat, jangan sekali-kali kau berpikir untuk menjebak kami. Kami akan memenggal kepalamu kalau sampai itu terjadi. Kami membenci manusia, tapi untuk sekarang kami akan mengikutimu."

Antonio menelan ludahnya. "Baiklah. Mari."

Ketika Antonio berbalik badan untuk menggapai kudanya, Mira dan Muezza sudah menghadang dengan raut wajah penuh kebingungan.

"Siapa mereka?" Mira memangku kedua tangannya, sementara Muezza mendesis dan memasang kuda-kuda siap menyerang.

"Guskar, Magnus, Stephanie, perkenalkan." Antonio menunjuk dengan ibu jarinya. "Kucing hitam ini bernama Muezza, dia adalah kucing peliharaanku yang bisa menyembuhkan luka dengan tongkat sihirnya. Dan gadis ini adalah Mira, dia ... umm ... seorang anak petani di desa."

Tanpa basa-basi Guskar langsung menyambar tangan Mira dan Muezza. "Salam kenal. Kami bertiga adalah Sadrathafighre, tim yang berhasil menempati posisi kedua klasemen pada fase kedua yang lalu."

Antonio berjalan dengan hati-hati menuntun kudanya, sambil sesekali menoleh ke belakang untuk memperhatikan ketiga orc itu. Mereka berenam pun menjelajahi dunia yang belum pernah mereka jejaki sebelumnya.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top