Chapter 2 - Kehidupan Baru
Maret 1504.
Hari ini adalah tepat 17 tahun setelah Antonio kabur dari tanggung jawabnya. Meninggalkan Amonte, ia berkelana menuju Wedderska, kemudian Hasfijy, tanpa berbekal apa-apa. Antonio bergerak di balik kegelapan karena semenjak orang-orang tahu tentang kasusnya, ia diburu oleh para detektif dan prajurit Kerajaan Vontera.
Selama bertahun-tahun ia bekerja sebagai Hunter lepas, berburu iblis untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, tidak terikat pada persekutuan mana pun. Sekarang Antonio tinggal di sebuah desa terpencil di dekat pantai barat Benua Merlin, meninggalkan pekerjaannya sebagai Hunter lepas untuk membantu pertanian serta peternakan warga sekitar. Tidak jarang ia ikut berlayar jika cuacanya memungkinkan.
Meski baru enam tahun tinggal di desa itu, Antonio sudah merasa seperti berada di kampung halamannya sendiri. Semua orang menaruh perhatian pada dirinya, sebab ia sangat bisa diandalkan, terutama jika ada serangan tiba-tiba dari para iblis.
Banyak orang tua ingin menjodohkan anak gadisnya dengan Antonio, tetapi dengan tegas Antonio menolak. Sekarang ia sudah berumur 43 tahun, dan dua hal yang terus membuatnya ingin menjalani hidup adalah istri serta putrinya yang entah berada di mana mereka sekarang. Ia tetap setia kepada mereka berdua, meski tahu bahwa apa yang dilakukannya selama ini adalah perbuatan seorang pengecut.
Antonio berusaha melupakan rasa sakit dan penyesalan yang timbul setelah membunuh manusia pada malam itu dengan pergi jauh, mengabdikan dirinya pada manusia lain, dan hidup sendirian saja. Bagi Antonio, tangannya yang penuh darah itu sudah tidak memiliki kelayakan untuk membelai rambut istri serta putri kesayangannya. Meskipun begitu, jauh di dalam hati kecilnya, Antonio ingin sekali bertemu dengan mereka untuk mengucapkan permohonan maaf.
Suatu hari ketika sedang melakukan pekerjaan di kebun, sahabat Antonio yang memberikannya tempat tinggal semenjak ia pertama kali datang ke desa menghampirinya dengan tergesa-gesa. Rambut dan wajah pria muda itu berantakan, pena bulu bertengger di belakang daun telinganya, dan kedua tangannya tampak penuh oleh gulungan perkamen. Jelas saja, Vin adalah seorang penyair. Gulungan-gulungan itu adalah salinan dari puisi serta senandung penyair lain yang tampil di kota.
Kedua pria yang terpaut umur cukup jauh itu bertatap-tatapan. Cukup lama.
"Apa yang terjadi, Vin?" tanya Antonio. Wajahnya dipenuhi debu dan tanah.
"Kau masih bisa mengayunkan pedangmu, bukan?" tanya Vin sambil menepuk pundak Antonio.
"Tentu saja aku bisa," jawab Antonio santai. "Aku hanya berhenti menjadi Hunter, tapi bukan berarti aku berhenti membunuh iblis."
"Syukurlah. Hahhh ...."
"Ada masalah apa? Napasmu tampak tidak keru-keruan. Bandit-bandit itu mengejarmu lagi? Katakan pada mereka kalau aku pasti akan menghajar mereka seperti yang telah lalu."
"Bukan." Vin menelan ludah, lalu menunjukkan salah satu perkamen yang ia bawa. "Lihatlah ini."
Antonio meletakkan cangkulnya, menyeka keringatnya, kemudian membaca tulisan yang ada pada perkamen itu dengan saksama.
=====
| The Hunt for the Holy Coins |
Memanggil pemburu iblis terhebat dari seluruh penjuru dunia untuk mengumpulkan koin suci!
Pendaftaran: 1-20 Maret 1504
Lokasi: Kota Edinvers, ibu kota Kerajaan Envera
Hadiah Utama: 50.000.000 Von
Wajib mendaftarkan tim dengan jumlah anggota maksimal 3 orang (bisa mendaftar secara individu)
Tertanda, William Triton Alexander.
=====
"Apakah ini sungguhan?" Antonio percaya tidak percaya.
"Sungguh!" Vin mengangguk. "Ini adalah kesempatan kita untuk mendapatkan uang yang banyak. Lima puluh juta! Gila!"
Antonio masih memandang perkamen itu dalam-dalam.
"Selain itu, kita bisa memanfaatkan turnamen besar ini untuk mencari istri dan putrimu!"
"Apakah kau yakin dengan itu? Menurutmu, setelah 17 tahun meninggalkan mereka karena keegoisanku, aku masih pantas bertemu dengan mereka?"
Meskipun baru berusia tiga tahun saat peristiwa itu terjadi, Vin adalah satu-satunya orang di muka bumi yang tahu bahwa pada 10 Maret 1487, pembantaian tujuh orang anggota Keluarga Wolfgang di dalam mansion mereka di Kota Amonte adalah ulah Antonio dan Cendric. Antonio yang memberitahukan itu semua padanya, ketika enam tahun lalu Vin menerima Antonio dan memberinya tempat tinggal yang layak di desa.
Vin bagaikan seorang pemegang rahasia dunia yang paling diincar keberadaannya oleh kerajaan, meski mereka tak pernah tahu siapa sebenarnya Vin. Ia tidak peduli bahwa sahabat terbaiknya (begitu ia menyebut Antonio) adalah seorang pembunuh. Justru kisah kelam seperti itu yang akan menambah pengalamannya dan memperkaya tulisan-tulisannya.
Sial betul! pikir Antonio. Penyair muda yang tolol itu hanya ingin menggunakannya sebagai bahan bakar untuk karyanya yang tidak pernah didengarkan oleh orang lain. Akan tetapi, Antonio tahu bahwa Vin bukan orang jahat. Dia hanyalah orang biasa yang kebetulan bisa bersastra, begitu pria muda itu mendeskripsikan dirinya kepada Antonio.
Dia adalah satu-satunya orang yang bisa menerima Antonio apa adanya setelah sekian lama. Orang-orang menyebut mereka sebagai duo ayah-anak yang sangat serasi. Mendengar itu mereka justru merasa jijik satu sama lain. Ada sebuah ikatan "cinta dan benci" di antara mereka berdua, dan justru itulah yang membuat persahabatan mereka kuat hingga sekarang.
"Kau masih bisa hidup sampai saat ini adalah bukti bahwa Tuhan memberikanmu kesempatan untuk menebus dosa-dosamu. Sebagai seorang pria, kau harus berani mengambil risiko atau kau akan mati sebagai seorang pengecut."
Antonio menaikkan bibirnya, mengejek. "Tidak usah berlagak sok bijak padaku, anak muda."
"Hei!" Vin merangkul bahu Antonio sambil tersenyum remeh. "Bagaimana aku tidak menjadi bijak jikalau namaku ialah Vincentius Ardemagni, penyair paling tersohor di Benua Merlin?"
"Kau bahkan tidak pernah bisa lolos ke panggung utama festival tahunan Edinvers. Jangan banyak berkhayal."
"Bungkam mulutmu, pak tua! Turnamen besar ini akan membuat namaku dikenal oleh masyarakat dunia sebagai penyair terhebat sepanjang sejarah!"
"Kau bahkan tidak bisa menggunakan pedang. Kalau saja kau tidak memiliki Vitae yang berfungsi sebagai alat transportasi itu, aku yakin kau tidak akan berguna."
"Jangan sembarangan! Meskipun Vitae milikku cuma berupa sampan dan aku sama sekali tidak bisa menggunakan pedang, setidaknya aku bisa bersastra! Aku akan menggerakkan hati orang-orang dengan itu!"
Antonio mulai menunjukkan wajah bosan ketika mendengar celoteh Vin yang tidak pernah ada habisnya. Ia berbalik, mengambil botol air minum, dan menenggaknya sampai tak bersisa; mengusap-usap wajahnya dengan sapu tangan yang diberi sedikit air untuk membersihkan debu serta kotoran yang menempel. Setelah itu, ia mengangkat cangkulnya dan berjalan meninggalkan kebun.
"Hei, jangan santai begitu. Pekerjaanmu belum selesai. Mau ke mana kau?" tanya Vin.
"Mengasah pedangku."
"Apakah itu berarti kau ingin ikut dalam turnamen ini? Kalau ternyata jawabanmu adalah iya, sepertinya akan sangat luar biasa kalau kita bisa membentuk sebuah tim bersama. Bagaimana menurutmu?"
Antonio tidak membalas, terus melangkah. Di dalam diamnya, di dalam langkahnya, ia berkata pada dirinya sendiri, Ini adalah satu-satunya kesempatan untuk menebus segala dosaku.
"Diam artinya iya! Kalau begitu akan kusiapkan kudanya! Kemasi barang-barangmu, kita akan berangkat menuju Edinvers besok pagi!"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top