Chapter 12 - Vitae
Derit gantungan nomor rumah yang bergoyang tertiup angin, disusul petir yang menyapa tanpa permisi, terdengar berulang-ulang. Malam itu langit sedang menangis, air matanya membanjiri Desa Jonova, melahap desa kecil yang dihuni para dwarf itu dalam kegelapan. Riuh paduan suara keluarga katak mengiringi obrolan santai dengan lilin dan cangkir-cangkir berisi teh yang sedang dilaksanakan oleh tiga pria yang tengah duduk di meja bundar.
Vin, yang biasanya terpaku di dalam ruang antisentuhan, sama sekali tidak menggunakan otaknya untuk memikirkan skenario-skenario tentang kehidupan. Matanya tajam menatap jendela yang melambai-lambai tertiup angin. Guyuran air hujan pada malam itu menjadi fokus utama pikirannya. Suara atap jerami yang tersayat-sayat air hujan dapat terdengar dengan jelas. Tetes-tetesnya mengalir bebas, menggerujuk tanah dengan keras.
Milos mengorek-ngorek kukunya yang sudah mulai memanjang, serius sekali, tak sadar mulutnya terbuka lebar. Antonio pun sama seperti dua orang pria lainnya—hening. Beberapa indranya mati, tak seperti biasanya, hanya menyisakan hatinya saja yang begitu dalam dirundung ketidakpastian. Beberapa jam telah berlalu semenjak mereka mulai mendiskusikan rencana untuk mencari sesuatu yang sedang dicari oleh Ghost Riders, tetapi itu belum lengkap sebab Mira tak kunjung datang.
Mira belum pulang sejak pagi buta. Dapat dipastikan bahwa gadis itu pergi untuk berlatih pedang dan kuda. Namun, latihan apa yang memakan waktu sampai seharian? Ditambah dengan hujan lebat begini, kondisinya semakin tidak keru-keruan. Antonio diam, gemetar, dan berdebar-debar. Mira adalah tanggung jawabnya, dan jika sesuatu terjadi pada gadis itu maka selesai sudah. Antonio pasti mati dihukum raja.
"Andai saja aku punya Vitae," gumam Antonio.
Milos yang mendengar itu membalas, "Sampai sekarang kau masih belum memiliki kekuatan Vitae?"
Antonio menggeleng; Milos tertawa karena ia juga bernasib sama. Orang yang memiliki Vitae di ruangan itu hanyalah Vin. Mountain Boat, nama yang ia berikan kepada dayungnya, bisa memunculkan sampan dan menerbangkannya sebagaimana sampan yang bergerak di atas air.
Vin mendapatkan kekuatan itu di kala usianya delapan tahun, jauh sebelum ia bertemu dengan Antonio, karena kebetulan. Di sore hari ketika ia sedang memetik buah apel, sebuah koin tiba-tiba jatuh ke kepalanya. Vin kecil yang masih terlalu polos memungut koin itu dan membawanya pulang ke rumah. Vin meletakkan koin tersebut di samping tempat tidur ayahnya. Ia percaya bahwa koin itu akan memberikan kesembuhan untuk ayahnya.
Vin tahu bahwa koin suci merupakan pecahan dari jiwa empat kesatria wanita legendaris (The Four Ladies) yang pernah mengalahkan raja iblis. Ia memperoleh informasi itu dari sebuah buku yang dihadiahkan ayahnya kepadanya setelah pulang berlayar dari No Man's Land. Otak Vin yang belum terlalu luas langsung menghubungkan koin yang jatuh ke kepalanya itu, yang kebetulan memang merupakan koin suci, dengan koin suci.
"Ya Tuhan," Vin kecil memejamkan matanya, "tolong sembuhkan ayahku."
Seusai berdoa, ia segera mengecup kening ayahnya dan pergi. Seperti anak lain pada usianya, Vin menghabiskan sore dengan bermain.
Ayahnya yang sedari tadi tersadar meski memejamkan mata hanya bisa tersenyum. Mulutnya rapuh dan pipinya mengeriput. Ia menggapai koin emas itu, koin suci, dan menaruhnya di meja yang tepat berada di sebelah dayung Vin, yang biasa digunakan anak itu untuk berlayar bersamanya.
Tidak berselang lama, keajaiban terjadi. Persis seperti yang tertulis dalam kitab rakyat lama dan buku yang dibaca Vin, koin suci akan memilih orang atau barang dari orang tersebut yang dikehendakinya dan memberinya kekuatan. Koin berwarna emas yang penuh guratan itu bergeser dengan sendirinya, melompat, menyatu dengan dayung Vin.
Vin baru menyadari bahwa ia memiliki Vitae enam bulan setelah peristiwa itu, ketika ia pergi berlayar bersama ayahnya untuk mencari ikan. Dayung yang ia junjung tak sengaja jatuh dan tiba-tiba saja sebuah sampan keluar dari dalam tanah. Butuh waktu beberapa bulan bagi Vin dan ayahnya untuk dapat beradaptasi dengan Vitae yang cukup sulit dikendalikan tersebut.
Kekuatan Vitae berupa dayung dan sampan itu hanya milik Vin seorang. Meskipun tidak ada dokumen resmi yang mencatatnya, langitlah yang melihat. Pecahan jiwa The Four Ladies telah memilih Vin sebagai pemangku kekuatan. Ketika Vin mati maka kekuatan yang tersimpan di dalam dayung itu akan hilang. Namun, ketika Vin masih hidup dan dayungnya diambil oleh orang lain, maka orang tersebut dapat menggunakan Vitae milik Vin meski tidak berstatus "pemilik". Aturan itu pula yang ditetapkan oleh pecahan jiwa The Four Ladies.
Vin yang mengetahui tanggung jawab itu menjaga Vitae miliknya baik-baik, hanya untuk dirinya seorang. Hingga Vitae itu ia gunakan untuk mengantarkan ayahnya ke tempat peristirahatan terakhirnya—laut. Bahkan sampai sekarang, ketika ia bersama Antonio. Mountain Boat selalu ia pegang teguh, bagai belahan jiwanya. Sebab memang begitu cara Vitae bekerja: koin suci memilih, kemudian meleburkan jiwanya menjadi satu, dan pemilik dari jiwa koin suci itu akan mendapatkan sebuah kekuatan. Vitae satu orang berbeda dengan orang lainnya, semua itu tergantung pada jiwa pemilik Vitae itu sendiri. Vin menghabiskan seluruh hidupnya, pada saat itu, untuk berlayar. Akhirnya, koin suci memberikannya Vitae berupa dayung dan sampan.
Lamunan singkat yang membawanya jauh pulang di dalam ketenangan itu Vin hapuskan sendiri bersamaan dengan tangannya yang menghapus air matanya. "Hanya aku orang yang memiliki Vitae di ruangan ini," katanya.
"Sampan," Antonio mengejek, "Vitae milikmu hanya berupa sampan."
"Dan sampan itu berkali-kali menyelamatkan nyawamu."
Sempat terpampang rasa iri di wajah Antonio karena sepanjang 43 tahun ia hidup, belum pernah ia temui satu pun koin suci yang mau masuk ke dalam tubuh ataupun barang-barang kepunyaannya. Antonio pernah memborong 13 koin suci dengan harga yang mahal, saat itu ia sampai menjual kuda serta sepatunya. Dicobanya satu per satu koin suci itu, ditempelkan ke seluruh bagian tubuhnya (termasuk alat kelamin karena koin suci bisa memberikan Vitae dalam bentuk kekuatan apa pun), ditempelkan ke seluruh barang-barang yang ia punya (pedang, jubah, tas, baju, sepatu, bahkan gubuk tempatnya tinggal). Hasilnya nihil.
Belum berjodoh, kata salah satu ayat di dalam kitab rakyat lama. Proses pencarian Vitae kurang-lebih sama dengan pencarian jodoh. Akan ada pendekatan dan penyatuan, yang tidak cocok akan pergi dan yang cocok akan dileburkan jiwanya menjadi satu dengan pernikahan.
Koin suci tersebar di seluruh dunia. Tidak ada yang tahu jumlah pastinya, tetapi dari data kasar yang dihitung oleh para ahli sejarah, sejak kelahiran Vitae sampai sekarang, ada total 36 juta koin yang tersebar di seluruh dunia, baik itu yang sudah terpakai atau yang masih bergelimpangan.
Itu merupakan permohonan dari Lady Flodera, tertuang dalam Bab IV Kitab Corona Borealis: (11) Biarkan jiwa kami (The Four Ladies) melindungi dunia ini dari para iblis dengan kepingan-kepingan kecil yang tertanam di tanah seluruh penjuru dunia. (12) Dan biarkan orang-orang di masa depan memunguti itu semua sebagai perjalanan hidup mereka sendiri, hingga pada akhirnya mereka bisa mengendalikan kekuatan dari kepingan-kepingan itu. (13) Hari ini kekuatan dari jiwa kami (The Four Ladies), Vitae, telah lahir.
Itulah alasan mengapa turnamen yang diadakan oleh Raja William ini memiliki tujuan untuk mengumpulkan koin suci sebanyak-banyaknya. Masih banyak Hunter di luar sana yang tidak memiliki Vitae. Dengan diadakannya turnamen ini, akan ada ribuan koin yang terkumpul, dan pasti beberapa di antaranya akan memilih peserta-peserta yang dianggapnya layak. Pedang dan anak panah saja tidak cukup untuk mengalahkan iblis, apalagi iblis tingkat menengah dan tingkat atas. Belum dihitung iblis kutukan yang berupa mutan, seperti vampir dan manusia serigala. Di situlah Vitae dibutuhkan.
Tidak ada yang tahu rentang kekuatan Vitae. Bisa saja seseorang mendapatkan kekuatan remeh, seperti menghilangkan barang atau mengendalikan sampan yang bisa terbang. Tapi di luar sana, segelintir orang memiliki kekuatan Vitae tidak masuk akal, seperti mengendalikan waktu dan teleportasi. Kunci dari semua itu adalah jiwa sang pemilik.
Harapannya dengan turnamen ini, akan ditemukan pemburu iblis terkuat, yang tidak hanya dapat membunuh banyak iblis dan mengumpulkan banyak koin suci, tetapi memiliki Vitae yang kuat untuk menghadapi raja iblis.
"Apa kau tidak ingin mencari gadis bernama Mira itu?" Milos memecah keheningan di antara mereka bertiga.
Di luar masih hujan, tetapi hati Antonio yang gelisah sudah tidak dapat menunggu. "Apa kalian berdua mau membantuku? Aku akan berkuda untuk mencari Mira ke hutan. Aku takut terjadi sesuatu padanya."
"Aku ikut." Vin berdiri, diikuti oleh Milos.
Dengan cepat ketiga pria itu mengenakan jubah panjang mereka, menyalakan lentera genggam, mengambil senjata mereka masing-masing (pedang, kapak, dayung), dan beranjak pergi. Hujan semakin lebat di arah timur, menuju Hutan Jonovi. Antonio memberikan aba-aba melalui tangannya untuk berpencar. Vin berlari menuju hutan bagian atas, Milos bagian bawah, dan Antonio bagian tengah. Tidak ada suara di malam gelap itu selain air mata langit dan kecipak air ketika kuda mengentakkan kakinya ke tanah.
Antonio berada di tengah-tengah tempat itu sendirian. Sesekali tubuhnya bergesekan dengan batang pohon, menimbulkan luka, tetapi dengan cepat disapu air hujan dan derap kudanya yang terus membawanya masuk semakin dalam. Awalnya Antonio tidak merasakan hal yang aneh dengan apa yang ada di depannya, sebelum akhirnya ia sadar bahwa jalan yang dialui olehnya dipenuhi oleh genangan darah. Darah baru.
Sial, batinnya. Ia menghentikan kudanya; memasang kedua telinga. Hujan. Di mana-mana yang terdengar hanya bunyi hujan. Petir menyambar, menerangi tempat itu barang sejenak, kemudian kembali larut di dalam gelap. Antonio berusaha memasang telinganya sekali lagi; matanya tak henti-henti menjelalat ke segala sisi. Nihil. Antonio tidak bisa mendengar dan merasakan apa-apa.
"MIRA!!!"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top