Chapter 10 - Jenkins
Karena fase pertama turnamen hanya berlangsung selama dua minggu, tidak akan mungkin ada tim yang bisa keluar dari Benua Merlin. Mereka semua akan tinggal dan berebut iblis di sana. Amaryllis memutar otak bagaimana caranya mereka bisa berburu iblis sekaligus koin suci di tengah-tengah ketatnya persaingan dengan tim lain.
Antonio kemudian memimpin perjalanan menuju daerah utara sebab kawasan enam kota besar yang mengitari Edinvers sudah pasti penuh para Hunter. Vin sempat mengirim surat pada teman-teman penyairnya, dan itu dikonfirmasi oleh mereka bahwa kota-kota besar penuh para peserta, mereka membawa banyak kepala iblis hingga harga-harga hancur. Akan sulit bagi Amaryllis untuk berbagi buruan dan fokus mencari keberadaan koin suci di tengah kondisi seperti itu. Desa Jonova, tempatnya para dwarf, di timur Kota Maghenberg menjadi tujuan ke sekian setelah Amaryllis susah payah mencari tempat persinggahan.
Kebetulan Antonio mempunyai kenalan di sana. Keluarga Jenkins namanya. Mereka pernah membantu Antonio mencari kepala iblis tingkat atas yang waktu itu konon sempat muncul ketika bulan purnama pada Agustus 1497 terjadi. Pada akhirnya, iblis tingkat atas yang dibicarakan tersebut tidak pernah muncul.
Pertarungan malam itu di hutan belantara di barat Sungai Henvers membuat Antonio lupa akan segala hal di hari pembukaan turnamen. Potongan teka-teki tanpa jawaban itu ia biarkan berputar di kepalanya, sebab satu hal yang menjadi fokusnya sekarang adalah mencari koin suci. Sudah lima hari semenjak hari pembukaan, Amaryllis belum menemukan koin suci sekeping pun. Itu adalah sesuatu yang buruk, sebab Antonio sadar bahwa pertaruhannya menuju utara tidak terlalu membuahkan hasil. Akhirnya, Desa Jonova menjadi tempat terakhir di mana Antonio bisa menggantungkan kata menang dalam pertaruhan penuh perhitungannya.
"Nak Midas?" Seorang wanita cebol membuka pintu gubuknya dan menatap dengan bingung pria bertubuh besar yang berdiri di hadapannya.
Antonio tersenyum, membungkukkan badannya dan memeluk wanita itu. "Lama tak jumpa, Bibi Jenkins." Ia mengusap-usap punggung wanita itu yang sudah ringkih.
"Ah! Iya, iya, Nak Midas. Kabar baik?"
"Luar biasa baik." Antonio melepaskan pelukannya, bertanya, "Di mana Paman?"
Dengan tatapan wajah yang penuh rasa sedih Bibi Jenkins menjawab, "Semenjak kau pergi, Nak Midas, desa ini sudah tidak aman lagi dari serangan para iblis. Bulan purnama Desember 1503, setengah dari desa ini dibantai secara membabi buta oleh iblis tingkat atas."
Antonio, Vin, dan Mira terkejut mendengarnya.
"Iblis tingkat atas itu akhirnya muncul? Siapa dia, Bibi? Kau melihatnya?"
"Itu ...," Bibi Jenkins tampak kebingungan menjelaskannya, "mereka adalah rombongan gaib berwujud manusia yang menaiki kuda, terbang beriringan di langit, menebarkan teror kepada warga desa. Aku tidak tahu apa alasannya."
Mira memotong, "Maaf, Bibi. Apakah iblis tingkat atas yang kaumaksud ini adalah Ghost Riders?"
Mulut Bibi Jenkins menganga sejenak ketika otaknya berusaha memproses ucapan gadis yang tidak ia kenali itu. "Iya, iya, iya! Itu dia! Mereka adalah rombongan iblis yang membunuh warga desa ini!" Dari suaranya, dapat terdengar amarah yang meletup-letup kuat.
"Penasihat Raja William," Mira mencoba menyembunyikan identitasnya, "Edward, pernah berkata di suatu surat pengumuman bahwa ada penampakan rombongan berkuda yang terbang di langit Kota Edinvers."
"Ini di luar ekspektasiku." Antonio menegakkan badannya kembali. "Ghost Riders adalah salah satu pilar terkuat yang melindungi legasi yang dibentuk oleh Regulus sang raja iblis. Kita tidak mungkin bisa mengalahkan mereka." Antonio gamblang mendeklarasikannya sejak awal: Kita (Amaryllis) tidak mungkin bisa mengalahkan mereka (Ghost Riders).
"Purnama masih jauh, Nak." Bibi Jenkins kembali berucap. "Tapi akhir-akhir ini Milos dan kawan-kawannya sedang mempersiapkan sesuatu untuk memancing rombongan iblis itu keluar dan menghabisi mereka untuk membalaskan dendam semua orang yang tewas akibat purnama Desember lalu."
Batin Antonio, Itu sama saja dengan bunuh diri, tetapi lidahnya berkata lain, "Milos masih hidup? Di mana dia sekarang."
"Pergi saja ke kedai bir di dekat pohon akasia itu, kau akan menemukan dia."
"Terima kasih, Bibi. Aku akan segera menemui Milos."
"Omong-omong," Bibi Jenkins memotong, "siapa dua anak muda yang tampan dan cantik ini? Mereka anakmu?"
Antonio terkekeh. "Bukan, Bibi. Bukannya aku sudah bilang, ya? Aku hanya punya seorang putri, dan aku sudah berpisah dengannya lama sekali."
Otak Bibi Jenkins sejenak berhenti, berusaha menarik garis jauh sekali hingga ke tahun 1496 di mana Antonio pernah bercerita begitu. Karena garis tersebut tak mampu menemukan titiknya, ia hanya manggut-manggut percaya. "Ah, maafkan aku. Maklum saja, sudah pikun."
Sekuat apa Bibi Jenkins sampai dia bisa menahan seluruh rasa sakit yang dibawanya dengan bayangan senyum yang sedari tadi terpampang di wajah cantiknya yang mengeriput itu? Antonio berpaling dari gubuk itu dan segera berjalan bersama Vin dan Mira menuju kedai di sebelah pohon akasia sambil memikirkannya.
Desa Jonova yang dulu ramai kini telah kosong. Kebanyakan rumahnya tergerus lumut dan sulur tumbuhan. Antonio tidak melihat lagi anak-anak dwarf yang sering bermain bola di bundaran desa yang, bagi Antonio, sangat lucu karena tubuh mereka begitu pendek. Tidak ada lagi sapi dan domba yang dahulu lalu-lalang dengan moo dan mbek mereka. Tidak ada lagi prajurit berzirah yang berjaga di gapura desa. Tidak ada lagi suara besi ditempa atau baju digosok. Hening. Hanya tanah kosong berenda ilalang yang menjulang dan bergoyang tertiup angin.
Paman Jenkins adalah seorang kepala desa, yang keberadaanya bahkan dianggap warga desa seperti seorang raja. Pergi berburu iblis dengannya merupakan salah satu pengalaman paling berkesan yang pernah dialami oleh Antonio. Ia belajar banyak mengenai langit dari Paman Jenkins.
"Pernahkah kau membayangkan, jika suatu hari nanti akan ada seseorang yang berhasil pergi ke luar angkasa?" tanya Paman Jenkins pada Antonio, September 1496.
Kala itu bulannya berbentuk sabit. Antonio dan Paman Jenkins menikmati malam setelah perjamuan besar untuk merayakan "Seratus Kepala Iblis", buruan terbesar Desa Jonova sepanjang sejarah. Dari buku-buku yang pernah Antonio baca, salah satu topik yang membuat otaknya tidak bisa bergerak adalah astronomi. Menurutnya, langit itu aneh. Planet, bintang, tata surya, galaksi, alam semesta—otak Antonio yang pada saat itu berorientasi iblis dan pedang tidak bisa mencernanya sama sekali.
"Maka orang tersebut akan mati?" Antonio menjawab asal.
"Bukan." Paman Jenkins memasang tatapan remeh. "Orang tersebut akan mengubah dunia selamanya."
"Bagaimana bisa?"
"Tidakkah kau tahu, Antonio? Di semesta kita ini, luar angkasa itu sangatlah absurd. Dari mana para astronom terkemuka itu mengembangkan teori-teori mereka tentang bumi itu bulat, bumi berputar pada porosnya lalu juga mengelilingi matahari, sampai hubungan antara gravitasi bumi dan bulan? Dari mana mereka bisa mendapatkan itu semua kalau selama ribuan tahun langit kita dikuasai oleh iblis? Regulus bersemayam di bulan, dan kita tak tahu apakah ada Regulus-Regulus lain di bulan-bulan yang lain."
Antonio dibuat berpikir oleh pernyataan itu. "Lantas menurutmu, dari mana para astronom itu bisa mengetahui segala sesuatu tentang alam semesta?"
"Aku percaya pada eksistensi multisemesta. Itu adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh astronom jadul yang tidak terkenal, Yuri Dobroslav."
"Apa yang dikatakan olehnya?"
"Bahwa pengetahuan Tuhan itu luas tanpa batas, berceceran di semesta yang berbeda-beda, yang jumlahnya tanpa batas pula. Ilham, ide, dan gagasan yang muncul pada otak seseorang, menurut Yuri, tiba ketika terjadi tabrakan antara benang yang menghubungkan suatu semesta dengan semesta lain."
Mati. Otak Antonio terbakar kebingungan. Ia tidak pernah pergi ke sekolah, apalagi kuliah. Seluruh hidupnya ia dedikasikan untuk berpedang dan membunuh iblis. Jauh sekali kualitas dirinya jika dibandingkan dengan Emerald Jenkins, penyandang gelar lulusan terbaik jurusan Astronomi Universitas Amonte, yang juga menjadi seorang Hunter terkemuka serta kepala desa.
"Paman Jenkins, aku tidak mengerti," ujar Antonio jujur.
"Tidak apa-apa. Bahkan aku sendiri tidak seratus persen memahami konsep milik Yuri. Orang-orang pun juga memilih teori yang lebih masuk akal, ketimbang berusaha memahami konsep pelik tentang multisemesta yang sampai saat ini tidak terbukti kebenarannya. Ah, tak usah terlalu spesifik. Masih ada beberapa kelompok yang bahkan sampai saat ini tak percaya pada astronomi. Sisi gelap bulan 3000 tahun lalu itu mitos, kata mereka."
"Dan apa yang membuatmu percaya pada konsep astronomi itu, Paman? Spesifiknya, multisemesta?"
"Entahlah, luar angkasa itu indah. Dan untuk multisemesta sendiri, aku senang berpikir ke masa depan. Jika seseorang 'terbentuk' di semestanya, itu berarti dirinya di semesta lain sukses merajut benang-benang penghubung itu menjadi sebuah kain yang indah."
Otak Antonio dibunuh sekali lagi.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top