M e e t ♡ H e r
Jam pelajaran telah usai, aku berkendara menuju danau dengan motorku. Tak ada niatan untuk pulang saat ini, aku yakin orang tuaku akan memarahiku habis-habisan bahkan mungkin ayah akan memukulku.
Aku berhenti di pinggiran danau, dan duduk di sebuah bangku taman. Pemandangan di sini sangat indah matahari tampak bercahaya dengan indahnya di ufuk barat. Jam menunjukan pukul 5 sore dan tak lama lagi matahari akan segera tenggelam dari peraduannya.
Aku mengedarkan pandanganku ke sekitar dan tatapanku terhenti pada sesosok gadis berambut coklat, ia tengah duduk di bangku taman sama sepertiku. Karna penasaran aku mencoba mendekatinya.
"Permisi. Boleh aku duduk disini?"
"Silahkan." Ujar gadis itu mengizinkan.
Wajahnya sangat cantik dengan rambut bergelombang dan warna mata hijau emerald. Aku duduk di sampingnya. Jarak antara kami sekitar setengah meter. Tentu aku tak akan berani duduk berdekatan dengannya karna kita belum kenal.
Aku membuka pembicaraan dengan ungkapan sederhana, "pemandangan yang indah. Aku terbiasa menghabiskan waktuku di sini. Menikmati matahari tenggelam," kataku lalu menoleh ke arahnya.
"Aku juga. Meskipun ini kali pertama aku ke sini, tapi kurasa aku akan sering ke sini mulai sekarang," ujar gadis itu menatapku. Mata emeraldnya membiusku, membuatku terpaku pada keindahan matanya.
"Wajahmu?" gadis itu menyadari kalau wajahku lebam.
"Ahh.. aku terlibat masalah hari ini."
Gadis itu tersenyum tertahan. "Dan kurasa kau ke sini karna ingin melupakan masalahmu?"
"Kau benar." Aku terkekeh, kami berdua tertawa. Kemudian menceritakan pengalaman masing-masing.
Percakapan kami berlangsung sangat lama. Hingga tak terasa jam menunjukan pukul 8 malam. Kami memutuskan untuk pulang dan aku mengantarkan gadis itu kerumahnya. Sebuah rumah yang sangat besar dan mewah. Setelah berpamitan aku pergi meninggalkannya.
***
Aku pulang ke rumah, karna nasehat gadis itu yang membuatku merasa kalau ada benarnya juga jika aku pulang ke rumah. Lari dari masalah tak akan bisa menyelesaikannya, itu adalah ungkapan dari gadis bernama Anita itu.
Aku memasuki rumah dan berusaha menghindari Ayah yang tengah duduk bersama Ibu di meja makan.
"Kau dari mana saja, Sam?"
"Aku dari danau, Bu," ujarku menoleh ke arah mereka.
"Wajahmu kenapa?" Tanya Ibu.
"Aku berkelahi."
"Dengan siapa?" Tanya Ayah.
"Bukan urusan Ayah." Jawabku dengan nada menyebalkan.
"Kau ini ... " wajah Ayah tampak marah.
"Sabar Tian. Dia baru pulang." Ibu menenangkannya.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Ibu kali ini.
"Ya. Aku harus ke kamar, Bu." Sebenarnya aku harus ke kamar karna aku merasakan nyeri yang hebat pada rusukku. Aku tak mau mereka tahu apa yang terjadi padaku.
"Tunggu. Kita belum selesai."
"Apa lagi yah??" Ujarku. Tanganku refleks memegangi rusuk kiriku.
"Kau kenapa?" Tanya Ayah kini.
"Aku baik-baik saja." Jawabku menaiki tangga menuju kamarku di lantai dua.
Aku menghempaskan tasku ke ranjang begitu membuka pintu kamar, menguncinya lalu segera ke kamar mandi untuk mandi.
Pertemuanku dengan gadis itu sangatlah istimewa. Aku benar-benar terpukau padanya. Ada sesuatu yang berbeda padanya, caranya tertawa, caranya menenangkanku saat aku menceritakan semua masalahku, dan caranya membuatku nyaman saat berada di dekatnya, aku menyukainya.
-Tbc-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top