Lima Belas | Topik Memalukan dan Pertanyaan Mikasa

Berdasarkan pesan dari Erwin yang disampaikan melalui Hange, hari ini Levi datang ke markas Pasukan Pengintai yang letaknya di Wall Rose. Sebelum kemari, ia lebih dulu mengantarkan Mikasa ke barak tempat para anggota timnya tinggal.

Tidak mungkin bukan jika dia membiarkan Mikasa sendirian di rumahnya. Ia mengkhawatirkan sesuatu tentang gadis itu kalau dia hanya sendirian. Karena itu, meskipun di dalam dirinya ia merasa sedikit canggung (sebab kejadian semalam), Levi tetap berusaha bersikap seperti biasanya.

“Aku mungkin baru akan kembali sore hari, kau tunggulah disini,” ucap Levi yang dibalasi anggukan oleh Mikasa setelah itu ia pergi dengan menunggangi kuda.

Dari tempatnya berdiri, Mikasa memandangi punggung Levi yang perlahan mengecil hingga akhirnya Sasha mengejutkannya.

🖤🖤🖤

Bisa dikatakan kalau Mikasa sedang piknik sekarang bersama Sasha, Eren, dan juga Armin. Hanya mereka berempat karena dua anggota lainnya sedang pulang kampung katanya.

Sangat tidak disangka sebenarnya seorang Jean mau pulang kampung padahal biasanya dia sangat menghindari untuk kembali kesana. Atau mungkin ada sesuatu yang mengharuskannya kembali kesana. Yah, entahlah. Lain halnya dengan Connie yang selalu rajin dalam urusan pulang kampung, kali ini katanya dia ingin mengunjungi ibunya yang sedang sakit. Karena itulah, hanya tersisa mereka berempat sekarang.

Sebenarnya Eren juga hendak pergi untuk menemui kekasihnya. Namun karena ada sesuatu hal yang mendesak membuat kekasihnya tak bisa menemui Eren hari ini.

Tentu saja, mau bagaimana lagi, kekasihnya adalah Ibu Negeri ini. Ratu yang merupakan sang Penguasa Dinding. Historia Reiss.

Dengan wajah masam Eren terus mengunyah roti nya hingga tersisa setengah.

“Yang sabar, Eren. Historia takkan menemuimu hari ini,” canda Sasha melihat wajah Eren yang merengut tak senang tersebut.

“Sudahlah Sasha. Dia akan semakin marah nanti,” tegur Armin setengah tertawa. Diliriknya Eren yang duduk disebelahnya dan benar saja, rengutan di wajahnya semakin menjadi.

“Historia?” Mikasa bertanya.

“Ahh, kau tidak mengenalnya? Dia sang Ratu, loh!” Sasha berseru bersemangat memberitahu Mikasa.

Mikasa sedikit mengangguk. Dia pernah diberitahu Levi kalau ratu negeri ini masih sangat muda, mungkin dia seumuran dengan Mikasa.

Jadi dia kekasihnya Eren? pikir Mikasa.

“Sudahlah, jangan membahas Historia disini,” sungut Eren karena teman-temannya tak kunjung berhenti membahasnya.

“Tak apa, Eren. Kita hanya sedikit membicarakannya” balas Armin.

“Ya, benar. Bukankah kalian saling suka?” Sasha membenarkan, “aku pernah melihat kalian berciuman,” lanjutnya yang membuat Eren membulatkan matanya.

“Hei, kenapa kau harus mengatakannya disini, huh?” emosi Eren. Wajahnya memanas karena Sasha tiba-tiba mengatakan tentang hal itu.

“Kenapa tidak?” balas Sasha enteng. “Kalian tahu,” kini Sasha menatap Armin dan Mikasa bergantian, tampak bersemangat melanjutkan ceritanya mengenai Eren dan Historia. “waktu itu aku sedikit tersesat di istana lalu saat aku melewati sebuah lorong tanpa sengaja aku melihatnya ... Eren dan Historia mereka berciuman. Astaga ....” wajah Sasha memerah hanya dengan menceritakannya sementara Armin tampak antusias mendengarkan. Kapan lagi dia mendapat cerita memalukan tentang Eren seperti ini, huh?

“Jadi, Eren.” Kini tatapan Sasha beralih pada Eren yang membuang muka, berusaha menyembunyikan malu karena tertangkap basah melakukan hal seperti itu di depan temannya. “Bagaimana rasanya berciuman dengan Historia?”

Pertanyaan Sasha benar-benar ....

Mengapa dia harus menanyakan hal itu?

Wajah Eren memerah. Dia tak tahu harus menjawab apa. Dia bahkan tak bisa berkata apa-apa. Armin tampak meneguk ludah, menunggu jawaban Eren dengan tegang berbanding terbalik dengan Mikasa yang menjadi diam sejak ciuman menjadi topik pembicaraan mereka kali ini.

Di samping diamnya itu, Mikasa juga merasakan sesuatu yang menjalar disekitar wajahnya.

“Mikasa, kenapa wajahmu merah sekali? Apakah kau demam?” Armin yang pertama menyadari. Seluruh atensi sekarang teralih kepada Mikasa.

“Seingatku sikap Mikasa juga cukup aneh saat dia datang tadi. Nee, Mikasa, apakah terjadi sesuatu antara kau dan Kapten?” tatapan Sasha menerawang. Tapi dia tidak mungkin akan bisa menebak apa yang ada di dalam pikiran Mikasa saat ini.

Kedua mata Mikasa berkedip. Kini ia berpikir apakah ia harus mengatakan pada mereka tentang apa yang telah terjadi padanya semalam.

Tidak!

Tidak bisa!

Ia terlalu malu untuk mengatakannya!

Lihat saja reaksi Eren tadi saat Sasha menceritakan tentang ciuman tadi, dia bahkan sampai kehilangan kata-kata. Jadi bagaimana dengan Mikasa? Ia takkan mampu mengatakannya sendiri.

“Aku tidak apa-apa,” sahut Mikasa memeluk lututnya sendiri. Wajahnya semakin merah dan kini ia menyembunyikan wajahnya di sela lututnya.

“Kau yakin?” tanya Eren melihat kelakuan Mikasa tampak lain dari biasanya. “Kalau kau merasa kurang sehat, aku akan mengantarkanmu ke dalam,” tawar Eren selanjutnya.

Mikasa mengangguk, menerima tawaran Eren yang mengantarkannya ke salah satu kamar kosong yang ada di barak mereka.

“Istirahatlah, aku akan memberitahu kalau Kapten kembali,” ucap Eren.

“Eren,” panggil Mikasa yang sedang duduk di pinggir kasur sedangkan Eren ada berdiri di depannya tepat membelakangi jendela.

“Ya?”

“Apakah kau suka berciuman dengan Historia?”

Ekspresi Eren mengerut. Ia dapat merasakan wajahnya kembali memanas. Kenapa dari sekian hal yang bisa ditanyakan Mikasa justru ikut menanyakan hal ini padanya?

Eren sama sekali tidak menyangka akan mendapat pertanyaan seperti itu dari Mikasa. Seperti bukan Mikasa yang biasanya.

Jika demikian pasti ada alasan yang mendorong Mikasa untuk bertanya demikian dan Eren sangat yakin kalau penyebabnya bukan Sasha atau Armin yang tiba-tiba saja di hari ini menjadikan ciuman sebagai topik pembicaraan mereka.

Meski cukup lama terdiam, Eren memutuskan untuk menjawab pertanyaan Mikasa dengan anggukan, ia akan menjawab dengan sungguh-sungguh, “ya, aku suka.”

“Apa karena kau menyukainya?”

Sekali lagi Eren mengangguk. “Ya, karena aku menyukainya.”

“Apakah mungkin kau mencium seseorang karena terbawa suasana, misalnya?” Mikasa benar-benar bisa dibilang banyak bertanya kali ini. Tidak seperti biasanya membuat Eren semakin curiga kalau terjadi sesuatu pada Mikasa.

Dengan terkekeh Eren menjawab, “Aku hanya akan mencium orang yang aku sukai, Mikasa,” jawab Eren diakhiri dengan senyuman.

Mikasa menatap mata Eren. Dari tatapannya dia tahu kalau Eren tidak berbohong.

“Terimakasih, maaf kalau pertanyaanku mengganggumu,” ucap Mikasa akhirnya mengakhiri sesi pertanyaannya.

“Tidak masalah, kau bisa bertanya padaku lagi kalau kau mau,” tawarnya.

Mikasa mengangguk lalu Eren keluar dari sana membiarkan Mikasa sendirian disana.

Jadi apakah Levi juga hanya mencium orang yang disukainya? Kalau memang begitu, apakah Mikasa adalah orang yang disukai oleh Levi?

Jantung Mikasa berdebar saat memikirkan kemungkinan kalau Levi menyukainya. Ada perasaan bahagia yang meluap-luap didalam dirinya membayangkan kalau hal itu benar terjadi.

Mikasa ingin bersama dengan Levi lebih lama. Tinggal bersamanya lebih lama. Bahkan kalau bisa untuk selamanya. Hati kecil Mikasa menginginkannya!

🖤🖤🖤

Markas Pasukan Pengintai.

Hanya ada tiga orang yang berada di dalam ruangan sang komandan waktu itu. Hange, Levi, dan Erwin sendiri.

“Jadi petinggi sialan itu akhirnya setuju dengan perjanjian damai itu, huh?” cemooh Levi seusai Erwin menjelaskan mekanisme perjanjian yang akan ditandatangani nantinya.

Sang Ratu sendiri yang nanti nya akan menandatangani surat perjanjian perdamaian tersebut dan karena itu Levi diminta menjadi pengawal khusus bagi sang Ratu mengingat kemampuannya yang lebih dari cukup itu.

“Kau akan menjadi pengawal khusus kali ini dengan beberapa anggota Polisi Militer bersamamu, jadi tim mu tidak ikut dalam misi ini,” lanjut Erwin.

“Lalu Mikasa?”

“Dia akan bersamaku.” Hange menyergap, lebih dulu memberikan jawaban.

“Berdasarkan syarat yang diajukan oleh Akashi Hizuru, kita harus menjamin hidup Mikasa di Paradis. Karena itu, Mikasa tidak perlu ikut ke Hizuru. Kau bisa membiarkan Hange mengurusnya selama kau pergi.”

Levi mengangguk-angguk kecil. Bukan saran yang buruk untuk membiarkan Mikasa bersama Hange hanya saja ia mengkhawatirkan Hange akan terus mencecari Mikasa tanpa memberinya waktu untuk bernapas. Wanita itu kan entah kenapa begitu bersemangat mengobrol dengan Mikasa setiap saat.

“Tenanglah, aku akan menjaganya dengan baik, aku janji.” Membaca raut kekhawatiran di wajah Levi membuat Hange mengatakannya.

“Aku tahu,” sahut Levi datar.

“Baiklah, itu saja untuk hari ini. Kau bisa kembali.”

“Sampaikan salamku untuk Mikasa, Levi!” seru Hange terlihat bersemangat untuk menggoda Levi.

“Diamlah, Megane!” balas Levi di depan pintu. Saat ia membuka pintu ia teringat sesuatu. Ia pun menoleh ke belakang lalu memanggil sang Komandan.

“Erwin,” panggil Levi, “gadis itu mencari Kenny Ackerman,” lanjutnya yang kemudian setelahnya ia langsung keluar dari ruangan tersebut sementara Hange dan Erwin kini saling pandang.

“Sepertinya Levi cukup banyak berubah setelah bersama Mikasa,” komentar Erwin.

“Yah, kau benar. Kemarin aku melihat dia dan Mikasa saling berpegangan tangan,” kekehnya membuat Erwin cukup antusias dengan ceritanya selanjutnya. Bahkan ia semakin terkejut saat Hange mengatakan kalau ia melihat Levi mencium Mikasa kemarin.

Ia tidak sengaja melihatnya.

Di tengah perjalanan, Hange teringat kalau ada sesuatu yang ingin ia beritahu kepada Levi karena itu ia memutuskan untuk kembali ke rumahnya. Namun saat ia tiba, ia melihat sebuah pemandangan yang cukup mengejutkan. Tak ingin mengganggu, Hange memutuskan untuk menunda saja beritanya. Hange masih ingin hidup lama dan tak mau mati ditangan Pria Pendek itu.

🖤🖤🖤

Published: 19 Agustus 2021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top