Empat | Cattleya

Pintu sudah diketuk beberapa kali tapi masih belum ada jawaban membuat Levi bertanya-tanya mungkinkah mereka sudah ditipu.

Setelah menunggu setelah hampir sepuluh menit, pintu akhirnya terbuka dan seorang wanita keluar dari sana. Rambut wanita tersebut tampak basah juga sebuah handuk berada ditangan yang menunjukan kalau wanita tersebut sepertinya baru selesai mandi.

Wanita tersebut tidak menyembunyikan raut terkejutnya ketika melihat siapa yang bertamu ke rumahnya yang mungil dan kumuh bahkan terlihat hampir rubuh tersebut.

“Ada yang bisa dibantu?” tanya wanita tersebut.

“Nona Cattleya?” Levi langsung menanyakan nama wanita tersebut yang dibalasi anggukan oleh wanita tersebut.

Akhirnya, mereka berhasil menemukannya.

“Silakan masuk.”

Mikasa dan Levi masuk ke dalam rumah Cattleya. Hal pertama yang Levi lihat ketika masuk kesana adalah sebuah mesik ketik yang berada di atas meja yang jika diperhatikan nampak baru saja selesai digunakan. Selain mesin ketik tersebut, tidak banyak perabot lain yang ada di rumah tersebut.

“Apa kalian datang kemari untuk menangkapku?” Cattleya bertanya langsung setelah mempersilakan kedua tamunya untuk duduk di sofa tua miliknya. Ia sudah menduga kalau akan ada seseorang dari militer yang mencarinya nanti.

“Baguslah jika kau sudah mengerti,” sahut Levi membuat raut Cattleya diseberang sana berubah menjadi sendu.

“Bisakah ... bisakah kalian tidak usah menangkapku?” tanya Cattleya penuh harap. Matanya menatap lantai rumahnya yang sudah usang. “Hanya sebentar ... bisakah kalian tidak menangkapku setidaknya untuk malam ini?”

Mikasa dan Levi saling tatap untuk sesaat. “Kami tidak mengerti maksud permintaanmu, Nona Cattleya,” beritahu Levi.

Cattleya menatap mata Levi. Tatapannya seperti ingin memberitahukan sesuatu. “Jika kalian menangkapku malam ini, aku yakin berita pasti tersebar hingga ke kota bawah tanah dan orang-orang disana tidak akan senang. Mereka akan menyerang Polisi Militer dan mungkin itu akan berdampak pada pasukan militer yang lainnya,” jelas Cattleya. Suaranya cukup lirih namun tetap bisa di dengar oleh Levi yang membuat alis Levi bertaut untuk sesaat.

“Jadi kau ingin kami menunda penangkapanmu?” tanya Levi yang langsung dibalasi anggukan oleh Cattleya.

“Hanya satu malam, besok pagi kalian bisa kembali lagi kemari.”

Levi memperhatikan wajah Cattleya cukup lama seperti mencari kebohongan yang tersirat diwajahnya. Namun ia tidak menemukannya.

Sebenarnya jika yang dikhawatirkan Cattleya adalah berita penangkapannya yang tersebar yang mungkin bisa menciptakan keributan, Levi bisa saja membuat semua orang bungkam akan hal ini.

Tapi ....

“Baiklah, aku akan membiarkanmu hanya untuk malam ini,” putus Levi memberi kesempatan. Mungkin Cattleya ingin berpamitan dengan seseorang atau semacamnya sehingga meminta waktu kepada Levi untuk menangguhkan waktu penangkapannya.

“Ayo Mikasa, kita kembali,” ajak Levi melihat Mikasa sama sekali tak bergeming ditempatnya dan memandangi Cattleya dengan tatapan yang tak bisa diartikan oleh Levi sendiri.

“Mikasa, kau ingin mengatakan sesuatu pada Nona Cattleya?” tanya Levi.

Mikasa menggeleng, lantas menyusul Levi yang sudah mendahului keluar dari rumah Cattleya. Hari sudah cukup larut sekarang, sebaiknya mereka segera pulang, bersih-bersih dan makan malam.

“Kami akan kembali besok pagi, Nona Cattleya,” ucap Levi sebelum mereka menyusuri jalan kembali untuk pulang kerumah.

🖤🖤🖤

Mikasa berjalan disamping Levi tanpa bicara sepatan kata pun. Gadis itu tampak memikirkan sesuatu yang tak bisa Levi tebak.

Memperhatikan gadis berambut segelap malam itu, Levi jadi teringat kejadian hari ini dimana gadis itu menendang dan membanting pria dewasa yang tubuhnya jelas lebih besar daripada nya dengan sangat mudah.

Mengingat hal itu membuat Levi sedikit penasaran tentang bagaimana masa lalu gadis tersebut. Melihatnya yang seperti tadi, membuat Levi bertanya-tanya apakah dia memang hanya sebatas senjata yang diciptakan oleh Hizuru untuk perang?

Walaupun baru sebentar ia tinggal bersamanya, ia merasa kalau Mikasa bukan hanya sebatas itu. Mikasa adalah seorang manusia, punya perasaan, punya keinginannya sendiri.

Setidaknya begitulah yang Levi yakini.

Langkah kaki Levi berhenti menyadari kalau Mikasa tidak ada disampingnya. Pria itu berbalik dan menemukan Mikasa sedang berdiri di tepi sungai seperti memandangi arus pelan air disana.

“Apa yang kau perhatikan?” tanya Levi.

Mikasa tidak langsung meresponnya. Dia menatap wajah Levi terlebih dahulu dengan ekspresi yang terlihat sedih membuat Levi terkesiap karenanya tidak menyangka kalau gadis itu akan berekspresi seperti itu lalu menunjuk ke arah sungai tanpa mengatakan apa-apa.

🖤🖤🖤

Aktivitas pagi hari di rumah Levi cukup sibuk.

Pagi-pagi Levi sudah menyiapkan sarapan untuknya dan untuk Mikasa yang sekarang tinggal bersamanya. Tidak lupa membuatkan coklat hangat yang disukai gadis itu. Levi selalu suka memperhatikan wajah Mikasa saat meminum coklat hangat yang dibuatnya, terlihat seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan permen. Sangat menggemaskan.

Yah, lagipula Mikasa memang masih kecil dimata Levi. Kira-kira seperti anak kecil berusia lima tahunan, mungkin.

“Hari ini aku akan ke rumah Nona Cattleya lagi, kau mau ikut?” Levi bertanya seusai menghabiskan sarapannya. Ia mengambil cangkir teh didepannya.

“Tidak.”

Tidak? Levi mengira gadis itu akan memaksa untuk ikut seperti kemarin.

“Le ... Levi,” panggil Mikasa ragu pasalnya ini pertama kalinya dia memanggil nama Levi langsung. Levi menunggu apa yang akan Mikasa katakan berikutnya cukup lama. “Cepat kembali.”

🖤🖤🖤

Distrik Stohess tampak ramai pagi itu.

Beberapa polisi militer tampak berlalu lalang dengan raut marah disana.

Levi merasa ada yang aneh terlebih saat melihat kerumunan penduduk yang berdiri tak jauh dari sungai yang ia dan Mikasa lihat kemarin karena itu Levi pun menghampiri kerumunan itu.

“Apa yang terjadi?” tanya Levi pada warga sekitar.

“Ada wanita yang ditemukan mati tenggelam di sungai. Jasadnya sedang diangkut oleh polisi militer sekarang.”

Mendengar hal tersebut, Levi langsung mendekati tempat jenazah wanita tersebut. Ada perasaan khawatir dalam dirinya. Ia berharap kekhawatirannya ini adalah sia-sia dan wanita yang dimaksud itu bukanlah wanita yang kemarin malam Levi temui bersama Mikasa.

Hanya itu yang Levi harapkan.

Tapi nihil. Sepertinya Tuhan tidak sedang berbaik hati kepada Levi sekarang ini.

Wajah Levi berubah pucat pasi. Saat ia membuka kain yang menutupi jenazah wanita tersebut, yang ia temui adalah wajah pucat wanita yang kemarin malam bicara dengannya.

Cattleya.

Bagaimana ini bisa terjadi?

Mikasa ....

Levi tiba-tiba teringat tentang Mikasa dan tingkah anehnya kemarin malam. Apakah Mikasa sudah memperkirakan semua ini? Pikiran Levi sedang tak karuan sekarang.

“Minggirlah, ini bukan tempat untuk bermain,” usir seorang Polisi Militer yang merasa geram melihat Levi seenaknya saja memasuki tempat kejadian perkara.

“Ka ... kapan kalian menemukannya?” Levi bertanya.

“Dia ditemukan setengah jam yang lalu, seorang warga yang melihatnya melaporkannya. Sepertinya dia sudah cukup lama tenggelam. Cepatlah pergi.”

Levi hampir tak bergeming. Dengan langkah agak kaku ia menjauh dari TKP.

Seorang wanita dengan seragam militer yang melihat Levi langsung menghampirinya. Ia sudah mencari-cari Levi sejak tadi. Wanita itu memberikan salam khas pasukan militer lalu memberikan sebuah kertas pada Levi yang membuat Levi segera bergegas untuk pulang setelahnya.

🖤🖤🖤


Published: 12 Juli 2021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top