18 -- Tujuan

Ungkapan Apollo tentang Hera lantas membuat dewi pernikahan itu semakin mengamuk. "Kau berharap aku mati?!"

Melinoe yang masih dalam pengaruh Hera lantas mengayunkan tangan, berniat untuk memukul Apollo. Namun, sebelum hal itu benar-benar terjadi, tiba-tiba saja Apollo memeluknya.

"Kau! Lepas! Berengsek, lepas!"

Rontaan dan penolakan berusaha diperlihatkan, tetapi Apollo masih enggan untuk melepaskan pelukannya. Pria itu bahkan mengelus kepala manusia jelmaan sang dewi dengan penuh perhatian.

"Aku tahu kau masih ada di dalam sana, Noe. Kau tidak selemah ini sampai nyawa asing menguasai tubuhmu. Ayo, bangun! Bukankah kau datang kemari untuk menemuiku?"

"Melinoe sudah tidur! Lepas! Untuk apa kau memelukku?!"

Pelukan Apollo semakin erat ketika teriakan sang dewi terdengar semakin nyaring. "Bangunlah, Noe. Aku tengah menantimu di sini. Kau yakin tidak mau bertemu denganku?"

Deep voice Apollo akhirnya menyapa pendengaran Melinoe. Jauh di alam bawah sadar, ia pun mulai membuka matanya.

Namun, ketika Melinoe benar-benar terbangun, ia justru mendapati Hades tengah berdiri di depannya dengan Persephone yang memangku kepalanya.

Melihat ke sekeliling tempat, Melinoe sadar jika ia sudah kembali ke Dunia Bawah, tetapi kenapa secepat ini? Bukankah seharusnya ia masih dihukum di dunia manusia? Bagaimana pula dengan perjuangan cintanya?

"Ibumu terlalu khawatir jika kau tetap berada di Delos. Hukumanmu untuk turun sebagai manusia terpaksa dibatalkan, tetapi cinta yang telanjur kau rasakan belum menghilang. Kau akan kembali hidup sebagai Melinoe seperti sebelum kau dihukum. Namun, karena hukumanmu dihentikan sebelum waktunya, kau masih akan memiliki perasaan terhadap Apollo."

Melinoe perlahan bangun dari pangkuan ibunya, kemudian merapikan pakaian, dan menatap kedua orang tuanya dengan bingung. "Bukankah sebelum dihukum, kalian sudah tahu konsekuensi macam apa yang akan aku hadapi? Kenapa Mama tiba-tiba bilang khawatir denganku? Jika yang Mama khawatirkan adalah nyawaku, itu sama sekali tidak perlu. Aku adalah dewi arwah dan aku sudah biasa melihat kematian."

Persephone tidak langsung menjawab, tetapi wanita itu justru menoleh ke arah Hades sambil melotot. Pria suram itu sontak menjawab pertanyaan sang anak.

"Demi meredakan kecemburuan Hera, wujud asli pulau itu akan diperlihatkan. Kemungkinan paling besar adalah hilangnya ilusi di Pulau Delos. Zeus tidak ingin Florios mati dan sebagai imbalannya, keindahan pulau yang selama ini dibanggakan Leto dan kedua anaknya yang akan dikorbankan."

Melinoe justru semakin bingung karena penjelasan dari Hades. Bukannya paham, ia justru semakin pusing. Ilusi? Wujud asli Pulau Delos? Jadi, maksudnya adalah ....

"Sejak awal sudah ada banyak orang yang menginginkan mereka tiada. Beruntung sekali waktu itu ada Pulau Delos yang tidak tunduk terhadap pengaruh Hera. Pulau Delos sejatinya tandus dan gersang, tetapi karena bantuan ilusi dari Zeus secara diam-diam, Leto dan kedua anaknya pun bisa hidup aman, nyaman, dan berkecukupan sampai sekarang. Hanya saja, ramalan Hecate tentang kehidupan Leto setelah kedua anaknya dewasa tidak cukup baik. Menurut ramalan Hecate, suatu saat setelah spesies monster baru lahir di Pulau Delos, monster itu akan menjadi penentu masa depan Pulau Delos. Hal baik jika monster itu berbaik hati terhadap para penghuni Delos. Sayangnya, monster itu membawa dendam besar dan aku tidak tahu dendam semacam apa yang monster itu bawa."

Hades hanya bercerita tentang alasan mengapa ilusi di Pulau Delos akan dihentikan kepada Persephone. Pria itu sama sekali tidak bicara mengenai ramalan Hecate untuk Leto.

"Kau tidak pernah bercerita kepadaku jika Hecate pernah meramal nasib Leto. Kenapa?"

Hades kemudian menoleh ke arah Persephone, lantas menghela napas panjang. "Melinoe ikut berperan dalam ramalan ini dan aku tidak mau kau terlalu mengkhawatirkannya. Calon monster baru itu adalah anak dari Florios dan Zeus yang saat ini belum lahir. Kita lihat saja nanti alasan sebenarnya dari apa yang membuat anak itu lahir dengan membawa dendam besar."

####

"Kau mengambil alih tubuh Melinoe?!"

Saat Apollo berbisik kepada Melinoe, untuk sesaat ia seperti merasakan kalau nyawa gadis itu terbangun. Namun, ketika dirinya kembali menatap kedua mata sosok yang masih ia dekap, iris matanya masih berwarna hijau dan itu artinya bukan Hera yang keluar dari tubuh Melinoe, tetapi justru Melinoe sendiri yang keluar dari tubuhnya!

Hera menyeringai, lantas tertawa keras. Terdengar sangat meremehkan dan itu membuat emosi Apollo naik. Dekapan pria itu lantas dieratkan, sama sekali tidak ada niatan untuk dilepas. Walau begitu, Hera tetaplah Hera, wanita itu suka sekali menganggu ketenangan anak-anak selingkuhan Zeus, termasuk Apollo ataupun Artemis.

"Kau salah paham denganku, Bodoh! Bukan aku yang mengambil alih tubuh ini, tetapi Hades sendirilah yang menjemput nyawa putrinya. Kenapa kau malah menyalahkanku?"

Apollo yang emosinya naik masih tetap diam, tetapi perasaannya mulai tidak karuan.

"Keindahan Pulau Delos adalah ilusi Zeus dan aku meminta Zeus mencabut semua itu. Namun, kau lihat aku sekarang? Bukan ilusi pulau ini yang dia cabut, tetapi justru nyawaku yang dicabut. Bukankah ini tidak adil, Foebus? Ah, tapi apa pedulimu? Kau kan punya banyak pemuja di pulau lain. Kau bisa pindah ke tempat lain yang jauh lebih indah. Iya, kan? Nyawaku juga sepertinya tidak penting bagimu. Uhm, tapi terus terang aku sedikit kasihan padamu dan warga Delos yang lain. Kalian terperangkap ilusi Zeus dan menggembor-gemborkan ekspektasi kalian sendiri, berkata kalau pulau ini indah karena dulunya tercipta dari keinginan Zeus yang diwujudkan Poseidon. Menyedihkan, tapi cukup untuk membuatku tertawa. Maafkan aku, tapi aku berkata jujur."

Kenapa aku baru tahu kalau keindahan pulau ini hanyalah sebuah ilusi semata? Apollo sontak melepaskan dekapan, emosinya mendadak hilang entah kemana. Pria itu jatuh terduduk sambil menatap Hera dengan pandangan terluka.

"Walau kau tahu keindahan pulau ini hanyalah sebuah ilusi, tapi kau masih ingin Zeus menghilangkannya dari pandangan kami?"

Hera mengangguk dengan ekspresi datar. "Bukan hanya keindahan yang bisa kau lihat, yang kau dengar dan rasakan di sini juga adalah bagian dari ilusi Zeus. Tempat ini tandus, gersang, dan penuh bahaya. Aku tidak tahu hal macam apa yang saat itu sedang Poseidon pikirkan sampai dirinya menciptakan pulau semengerikan Delos."

Apollo pun langsung menunduk sedih, selama ini aku, Foibe, dan Mama hidup dalam ilusi. Memalukan. Kenapa pula selama ini aku tidak tahu apapun mengenai kebenaran Pulau Delos?

"Ah, sudahlah! Aku tidak mau membicarakan kekonyolan itu lagi. Aku mau melanjutkan langkah untuk mencari wanita lycan itu." Hera melambaikan tangan, tersenyum manis, lalu beranjak dari hadapan Apollo. Wanita itu pun bergerak menuju halaman belakang.

Tunggu dulu ...

Menuju halaman belakang?!

"AAAAAAAAAAAAA ...."

Teriakan wanita yang tiba-tiba menyapa pendengaran Apollo, lantas membuat dewa itu melotot kaget. "Florios!"

Apollo pun langsung berdiri dan berlari menyusul Hera. Sial! Ia hampir saja lupa kalau tujuan Hera datang ke Delos adalah Florios. Aish ....

####

Purwokerto, 18 Mei 2023

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top