17 -- Nyawa

Flo dan Leto sedang merangkai bunga di halaman belakang ketika Hera masuk ke dalam rumah menggunakan raga Melinoe. Hera datang dengan amarah yang besar dan tidak terkendali. Ini sangat aneh mengingat kalau selama ini Hera duduk tenang di Olympus walau sedang menyusun banyak cara untuk membuat perhitungan terhadap Flo dan pendukungnya.

"FLORIOS! KELUAR KAU! HADAPI AKU SEKARANG! JANGAN BERSEMBUNYI LAGI! KELUAR KAU!"

Sambil mengacak-acak rumah, Hera terus mencari Flo. Kekacauan ini tentunya membuat kaget Apollo yang saat itu tengah sibuk mengelap lira miliknya sambil bersenandung pelan. Pria tampan itu pun mengerutkan dahi karena bingung.

"Gadis mana yang bisa-bisanya masuk ke rumah saat ada penjaga di luar?! Kurang ajar! Apa dia sedang mencoba untuk mengacau?!"

Apollo buru-buru keluar dari kamar dan saat baru menutup pintu, gadis asing berambut pirang yang masuk ke dalam rumah tiba-tiba sudah ada di depannya.

"DI MANA KAU SEMBUNYIKAN FLORIOS? KATAKAN! CEPAT KATAKAN!"

Kedua iris mata hijau gadis asing itu langsung mengingatkan Apollo kepada seseorang yang sangat ia kenali. Orang itu adalah—

"Hera?! K-kau ..."

Gadis asing itu pun menyeringai lebar, "Ya, ini aku, Foebus. Hera akhirnya datang ke Delos. Kau kaget?"

"Bagaimana bisa kau datang ke sini? Bukankah pulau ini dari dulu tidak bisa kau lewati? Dengan ataupun tanpa penyamaran."

Hera sontak tertawa, tapi dengan cepat pula terhenti. "Apa kau lupa atau tidak tahu jika gadis yang sedang aku rasuki ini adalah Melinoe, Sang Dewi Arwah? Tentu saja dengan mudah ia bisa membawaku ke sini."

Sejenak Apollo memikirkan kata-kata Hera, beberapa saat kemudian ia sadar akan sesuatu. "Jika Melinoe bisa membawa arwahmu dan setelah itu kau merasukinya, bukankah itu berarti kau sudah mati?"

####

"Kembalikan nyawa Mama ke tubuhnya, Bastrad! Hanya karena membela seorang wanita kau sampai berbuat begini? Dia Ratu Olympus jika kau lupa!"

Ares berdarah-darah setelah melakukan duel dengan Zeus. Walau pria tampan itu sudah jatuh tersungkur, kemarahannya masih saja membara. Tentunya ia tidak bisa menerima keputusan Zeus saat pria itu meminta Hades untuk membawa paksa nyawa Hera.

Bagaimana mungkin?!

"Dia memanglah Ratu Olympus, tetapi selama ia memimpin bersamaku, dia terus membuat masalah, mencampurkan antara urusan pribadi dan urusan banyak makhluk. Apa kau tahu? Hera telah melakukan banyak pelanggaran!"

Ares berdecih, kemudian perlahan bangkit. Langkah pria itu terseok-seok ketika dirinya menghampiri sang  ayah. Dengan perlahan tapi pasti, pedang Ares pun akhirnya teracung ke arah Zeus.

"Kau terus-terusan berselingkuh dan itu menyakiti Mama!"

Zeus dengan datar menyingkirkan pedang itu menggunakan ujung telunjuknya dan otomatis darah berwarna keemasan keluar dari sana.

"Hera berkali-kali menggunakan kuasanya untuk mempermainkan takdir orang lain. Entah bagaimana caranya, ia berhasil merayu para moirai untuk mengubah masa depan. Kali ini Flo pun ikut merasakan akibat dari perbuatan Hera dan kau masih membelanya?"

Zeus pun menghela napas panjang, "sampai kapan kau terus begini, Ares? Jika Athena yang tahu kebenaran ini, ia tidak akan mempertanyakan keputusanku kalau itu demi kebaikan banyak orang. Tidak sepertimu."

Ares mengepalkan tangan karena kesal. Lagi dan lagi dirinya dibandingkan dengan anak kesayangan Zeus.

"Arwah Hera sudah keluar dari tubuhnya, tetapi arwah wanita itu masih berkeliaran bebas. Bahkan kali ini tubuh manusia Melinoe yang jadi wadahnya saat gadis itu kehilangan kendali pada dirinya sendiri. Jika kau memang ingin ibumu kembali, maka jangan biarkan dia membunuh Flo. Pergilah ke Delos sekarang sebelum semuanya terlambat."

Ucapan Zeus terdengar enteng membuat suasana perasaan Ares yang sedang terluka pun kian memburuk. Seburuk-buruknya Ares sebagai seorang anak, ia tidak pernah bisa melihat wanita yang melahirkannya terhina. Ares memang sembrono, tetapi dirinya berusaha untuk tetap menghormati wanita. Ah, kecuali Athena ... mungkin saja.

"Apa sekali saja kau tidak pernah berpikir sebelum bicara dan bertindak? Tidakkah kau paham jika dalam hampir setiap masalah Mama, kau adalah salah satu pemicunya?"

Air mata Ares menetes walau pria itu tersenyum tipis. Dengan langkah gontai, ia berbalik dan pergi dari hadapan Zeus sambil menyeret pedang kesayangannya.

####

"Dewi, sebenarnya apa yang saat ini sedang terjadi? Mengapa tiba-tiba Melinoe berubah? Apa yang sedang ia lakukan di rumahmu?"

Daripada melihat Rion dan Artemis yang diam saja sambil saling memandang, Arthea pun mengajukan pertanyaan kepada Sang Dewi.

Artemis pun mendengkus pelan. Raut wajahnya terlihat masam. Ia tidak suka dengan apa yang baru saja dirinya alami. "Kekacauan akan segera terjadi. Mari masuk dan lihatlah sendiri apa yang akan terjadi."

Dewi pemburuan itu kemudian berjalan menuju rumah diikuti Arthur dan Arthea di belakangnya. Mereka bahkan tidak sadar jika Rion masih tertinggal di luar bersama dengan Argos dan Sterotes.

"Mungkin aku akan segera dibawa kembali ke asalku, tetapi kau yang diberi kesempatan hidup sekali lagi, justru akan diam saja di sini? Kau punya tugas dan kau mengabaikan nya? "

Rion pun menoleh ke arah Sterotes, iris matanya tiba-tiba berubah dari abu-abu menjadi hijau mirip seperti Melinoe saat sedang kehilangan kesadaran. "Anakku tidak akan diam saja ketika melihat neneknya berbuat buruk. Aku akan membawa Rion masuk untuk menghentikan ibuku."

Argos yang rasa-rasanya pernah mendengar nada bicara dan melihat gelagat yang mirip dengan Rion saat ini, lantas teringat dengan seseorang. "K-kau ... Ares?!"

Argos sudah hidup cukup lama di dunia manusia. Tidak hanya berdiam diri di Delos, kadang-kadang ia juga pergi jalan-jalan ke tempat lain menggunakan benda ajaib yang dibuatnya agar identitas tetap terjaga.

Dua kali Argos bertemu dengan Ares. Yang pertama saat dewa itu sedang asyik membuntuti Nyxsus—ibu Rion. Yang kedua saat ia nekat pergi ke Dunia Bawah untuk mengantar arwah wanita itu menghadapi kematian.

"Ya, aku Ares, putra Hera dan Zeus, kekasih Aphrodite, ayah Rion, dan suami Nyxsus."

Tidak hanya Melinoe yang dirasuki, Rion pun sama saja. Bedanya Ares merasuki Rion untuk menyelamatkan seseorang, sedangkan Hera merasuki Melinoe untuk melenyapkan seseorang.

Ah, satu lagi ... Ares masih hidup sebab ia meminta bantuan sihir dari Hecate agar nyawanya bisa keluar-masuk tubuh orang lain tanpa perlu merasa takut mati.

Ares memang sangat mencintai ibunya, tapi sayangnya ia hanya punya satu nyawa saja. Walau para dewa-dewi hidup abadi, mereka bisa saja mati saat nyawa keluar dari tubuh dalam waktu yang lama.

Setelahnya Ares pun pergi dari hadapan Argos dan Sterotes.

"Kenapa akhir-akhir ini kehidupan dewa-dewi kacau? Sebelumnya, tidak ada dewa ataupun dewi yang keluar dari tubuhnya, tapi sekarang? Wow ... sangat mengejutkan bahkan sekarang kita akan segera melihat perkelahian antara ibu dan anak yang terkenal senang berdebat di Olympus."

Ungkapan Sterotes pun direspon dengan sebuah anggukan pasrah dari Argos. "Kau benar sekali. Dunia kita memang sedang tidak baik-baik saja."

####

Purwokerto, 13 Mei 2023

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top