16 -- Takut

Argos dan Sterotes adalah dua cyclops yang diberi tugas untuk menjaga pintu masuk utama menuju kediaman keluarga Leto. Sambil mengisi waktu luang, mereka menempa besi, perak, emas, dan sejenisnya untuk dijadikan sebagai bermacam-macam kerajinan. Kadangkala tugas mereka juga digantikan oleh sebagian dari para chimera jika sewaktu-waktu Hepaesthus mengumpulkan para cyclops. Makhluk bermata satu ini memang terlihat menyeramkan, tetapi mereka cukup ramah terhadap para warga Delos.

Para cyclops hanya akan bertindak agresif terhadap orang berniat buruk yang mereka jumpai, entah siapapun itu. Mereka juga cukup ketat untuk menyeleksi setiap makhluk yang ingin mendatangi kediaman keluarga Leto, memastikan tidak ada hal-hal buruk yang bisa keluar masuk kapan saja.

"Mau apa kalian kemari? Keluarga Leto saat ini sedang tidak bisa menerima tamu."

Arthur dan Arthea yang masih belum terbiasa melihat jenis makhluk selain manusia merasa takut saat salah satu cyclops beranjak dari batu besar yang sedang ia duduki, lain dengan Rion yang memilih diam mengamati interaksi di hadapannya. Makhluk mengerikan bermata satu dan bertubuh besar itu menatap kedua manusia itu dengan tajam dan anehnya justru mengabaikan Rion begitu saja.

"Argos, kami ingin datang berkunjung. Apakah tidak boleh?"

Sebelum terkena masalah lebih banyak, Melinoe buru-buru menegur cyclops yang sedang berdiri dan mencoba menakut-nakuti Arthur maupun Arthea.

Argos lantas mengalihkan pandangan dari kedua makhluk asing di hadapannya, menoleh ke arah seorang gadis yang mengetahui namanya.

Saat pandangan Argos bertemu dengan manik biru Melinoe, makhluk besar itu pun tersentak kaget. Sebab dalam pandangan Argos, bukan gadis pirang nekat yang memanggilnya, tetapi ia justru melihat sosok lain dalam diri gadis itu. Melinoe, Sang Dewi Arwah tampak menyeringai tipis padanya.

"M-Melinoe? K-kau putri Hades?!"

Melinoe pun mengangguk pelan. "Ya, aku putri Hades. Kami datang karena ada keperluan dengan Apollo."

Sterotes sontak ikut berdiri. "K-kami akan mengizinkan Anda masuk, t-tapi tolong jangan lapor kepada Hades jika kami baru saja mencoba menakut-nakuti kalian. K-kami mohon ...." Cyclops itu lantas bersujud di depan Melinoe. Rasa takut terlihat begitu jelas menguar dari diri Sterotes.

Melinoe tersenyum kecil mendengar ungkapan Sterotes. Ia lantas menoleh ke arah Argos dan langsung memasang wajah serius. "Bawa Sterotes kembali ke Tartarus. Minta para erinyes untuk menggantinya dengan cyclops lain."

Argos menoleh sekilas ke arah Sterotes sebentar dengan ekspresi pasrah, menghela napas, lalu mengiakan perintah Melinoe.

Bukan hal yang baru bagi Argos ketika dirinya tiba-tiba diperintah oleh Melinoe untuk mengganti seseorang dari Dunia Bawah yang bertugas di bumi. Biasanya mereka yang diganti adalah makhluk yang tidak punya keyakinan, keberanian, dan ketegasan ketika mereka sedang berhadapan dengan para dewa-dewi dari Dunia Bawah.

Bagi Melinoe, tugas apapun harus dilakukan dengan penuh keyakinan, keberanian, dan ketegasan. Jika mereka tidak mempunyai hal itu, maka mereka tidak pantas menyandang sebutan sebagai pekerja dari Dunia Bawah. Dewa-dewi Dunia Bawah tidak bisa menjadi alasan dan kelemahan atas tugas yang mereka emban. Mereka juga sama-sama sedang bertugas demi kelancaran hidup semua makhluk, kan?

Walaupun sebenarnya ada satu bagian paling menakutkan dari Dunia Bawah yang memang pantas ditakuti oleh semua penghuninya. Itu adalah ... diri mereka sendiri.

"Aku tidak yakin kau datang kemari untuk menemui adikku. Ada tujuan lain yang mungkin saja sedang kau sembunyikan."

Melinoe sontak menoleh ke arah suara yang tiba-tiba mengomentari kedatangannya. "Foibe?"

Artemis menyeringai, mendekat ke arah Melinoe, kemudian langsung merangkul tubuh kecil gadis pirang itu. Dewi pemburuan itu lantas berbisik, "Entah karena ingin memiliki Foebus, menggantikan posisi Flo, atau menghancurkan Pulau Delos. Kau akan sulit untuk mewujudkannya. Kau mungkin putri Hades, tetapi sekarang kau sedang dihukum. Tidak mudah bagimu untuk mendapatkan bantuan dari Dunia Bawah seperti sebelum-sebelumnya."

Artemis kemudian menjauh dari Melinoe, tetapi sepertinya Sang Dewi lupa kalau Melinoe sulit untuk diintimidasi. Bukannya marah, Melinoe justru tertawa kecil.

"Kau belum pernah mendapatkan panah cinta emas dari Eros dan kau mungkin tidak tahu bagaimana rasanya orang yang sedang jatuh cinta. Mungkin aku tidak bisa menggantikan posisi Flo, tetapi aku yakin aku bisa menghancurkan pulau ini, dengan atau tanpa bantuan dari siapapun."

Artemis yang kesal sontak mengepalkan tangan kanannya sambil menatap Rion yang berdiri di belakang Melinoe. Namun, dengan cepat pula gadis itu mengendalikan ekspresi nya. "Tanpa panah cinta, aku pun sudah pernah jatuh cinta, walau pada akhirnya harus dikhianati." Rion yang merasa tidak nyaman dengan tatapan sinis sontak menunduk.

"Aku tidak tahu mengapa kau mau-mau saja menuruti keinginan Hera. Ares yang notabene nya adalah putra Hera saja lebih sering mengacuhkan perintah ibunya."

Mendengar cemoohan yang sialnya benar, Melinoe sontak menatap tajam Artemis. Tanpa sadar, warna iris mata gadis itu berubah menjadi hijau lumut. Dengan begitu mendadak, Melinoe mencekik leher Artemis. "Aku sudah pernah memberi peringatan kepada kalian untuk tidak mengusik Zeus, tetapi sekarang kalian bahkan melindungi Flo. Aku bisa saja langsung menghancurkan pulau kesayangan kalian ini, tetapi jika sampai begitu, aku akan ditegur Hades karena telah melenyapkan banyak nyawa yang tidak bersalah."

"K-kau ... Kau bukan Melinoe! S-siapa kau!" Artemis terbata-bata saat berbicara mengingat kalau tubuhnya diangkat begitu saja melalui cekikan Melinoe.

Seringai lebar pun muncul di wajah Melinoe. "Gadis ini adalah Melinoe, tetapi saat ia marah secara berlebihan, aku dapat mengendalikan raganya dengan mudah. Kau benar, saat ini aku bukan Melinoe, tetapi aku adalah Hera."

Setelahnya, Artemis dilempar begitu saja sampai tubuh terbentur pohon di belakang Argos.

Hera yang saat ini tengah mengendalikan Melinoe pun beranjak pergi, memasuki wilayah pribadi keluarga Leto. Sepanjang jalan yang ia lalui, Hera melangkah dengan amarah yang membuncah, membuat setiap tanaman yang dilaluinya layu dengan cepat.

Sebelum mengikuti langkah Hera, Rion sempat beradu pandang dengan Artemis. Walau sekilas, semua orang tahu jika hubungan mereka masihlah seburuk dulu. Meski begitu, tak ada seorang pun yang berani menegur interaksi keduanya.

Lagipula walau Rion sudah tahu tentang kisah dirinya disaat hidup sebagai seseorang yang lain. Namun, Rion tidak tahu kalau dirinya adalah reinkarnasi dari Orion.

×××××××

"Ini tidak benar, Meli. Panah emas cintamu tidak pernah digunakan untuk membuat orang lain marah. Bisakah kita hentikan kekacauan ini saja sekarang?"

Eros pun menggeleng sambil tersenyum licik. "Aku mau melihat lebih banyak lagi sisi lain dari Melinoe. Aku juga ingin tahu bagaimana caranya dia mengatasi pergolakan hatinya. Mana yang lebih penting baginya diantara tugas dan perasaan."

Eros dan sifat nakalnya memang sudah menyatu, mau dibujuk bagaimana pun caranya, Psyche tetap saja gagal.

"Ya, ya, terserah. Tapi kalau ada apa-apa, kau yang bakal bertanggungjawab atas semua itu sendirian."

×××××××

Wonosobo, 22 April 2023

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top