15 -- Ego
Pada dasarnya setiap dewa-dewi di Olympus memiliki kemampuan dasar untuk melakukan ilusi. Mereka bisa menipu mata banyak orang jika mau. Namun, karena mereka punya tugas khusus sendiri, kemampuan itu tidak terasah dengan baik.
Di antara dewa-dewi di Olympus, Zeus dan Poseidon yang paling sering melakukan ilusi. Entah untuk menipu istri mereka saat akan berselingkuh atau untuk membahagiakan dan bisa juga malah menyelamatkan orang lain. Karena kemampuan itu mereka bisa menyamar menjadi orang lain sesuka hati.
Hades bisa melakukan ilusi, tetapi ia jarang sekali menggunakan kemampuan itu. Baginya itu terlalu merepotkan. Lagipula jika hanya untuk menghindar dan bersembunyi dari orang lain, ia bisa menggunakan helm khusus yang dulu ia dapatkan saat dirinya dinobatkan menjadi raja Underworld.
Hades tidak seperti kedua saudaranya yang lain. Ia tidak memanfaatkan kemampuan ilusi untuk hal-hal tidak bermanfaat. Dirinya sudah terlihat gagah berani tanpa harus menggunakan efek ilusi. Setiap ucapannya juga selalu didengarkan. Jadi, apa gunanya ilusi?
Hari ini Hades memberitahukan fakta ini kepada Persephone. Ia pikir istrinya akan bangga karena walaupun punya kemampuan ilusi, dirinya tidak melakukan hal aneh-aneh di belakang Persephone.
Namun, kenapa sekarang Persephone justru marah padanya?! Kenapa!
"Mungkin Mama berpikir jika selama ini kau juga berbuat seperti kedua pamanku. Mama itu sensitif dan walau sudah bertahun-tahun hidup bersama, kau masih saja tidak tahu hal itu. Yang benar saja!"
Hades sontak menoleh ke arah suara dan mendapati putri keduanya yang tengah berkacak pinggang dengan Thanatos di sampingnya.
"Kau ...."
Macaria mendengkus pelan, kemudian memberikan keranjang bunga kepada Thanatos. Gadis berambut putih salju itu lantas mendekati sang ayah. Ia pun menyodorkan setangkai bunga lily putih kepada Hades.
"Pergilah untuk menemui Mama. Bujuk dia agar mau pulang kesini. Untuk beberapa urusan penting Underworld, serahkan saja padaku dan Thanatos."
Macaria lantas tersenyum lebar. "Aku mengandalkanmu, Papa!"
Hades tertegun. Ia tahu dirinya adalah seorang dewa, tetapi tetap saja dirinya kadang-kadang takjub dan tidak percaya jika buah hatinya dan Persephone tumbuh semakin dewasa. Lain lagi dengan Thanatos yang justru tersenyum lembut sambil memperhatikan sikap Macaria terhadap sang ayah.
Seperti biasa, Macaria yang lembut berhasil memberikan nasihat tanpa harus menyalahkan orang lain, sekalipun itu adalah ayahnya yang terkenal punya aura suram khas Underworld.
¤¤¤¤¤¤¤
Ilusi Zeus membuat Pulau Delos dan sekitarnya terlihat begitu menakjubkan. Sepanjang mata memandang, orang akan melihat hamparan hijau pepohonan dan berbagai jenis tanaman, entah itu bunga, tanaman herbal, sayuran, buah, bahkan racun juga penawarnya.
Pulau Delos juga memiliki perisai transparan untuk mencegah munculnya bahaya dari luar. Tidak sembarang orang bisa masuk ke sana. Hanya mereka yang berasal dari pulau itu dan kebetulan punya hubungan dekat dengan anggota keluarga Leto saja yang bisa keluar masuk Pulau Delos kapan saja.
Selama bertahun-tahun hidup di Pulau Delos, Artemis jarang sekali melihat Apollo menurunkan ego saat akan membantu orang. Namun, ketika para warga Delos butuh pertolongan, ia bahkan sudi meminta kepada Athena yang notabenenya adalah 'kesayangan' Zeus yang lain.
Alam semesta kadangkala membuat Apollo-Artemis dan Athena bersaing untuk mendapatkan perhatian dari Zeus. Karenanya perang dingin pun bisa kapan saja terjadi.
Bukannya munafik atau tidak mau mengakui, tetapi ada kalanya Apollo-Artemis iri dengan nasib Athena.
"Kau yakin kita harus melakukan ini?"
Apollo menoleh ke arah Artemis, menyeringai tipis dan refleks menyibak rambutnya ke belakang. "Ada kalanya kita juga harus menurunkan ego, Foibe. Perang dingin dan apapun sejenisnya itu jadi urusan kita belakangan saja."
Artemis mendengkus pelan. Ia pun segera mengetuk pintu besar kuil. Kebetulan karena hari ini Athena sedang ada di kuil bersama pengikutnya, maka Apollo dan Artemis memutuskan untuk bertemu di kuil saja.
Seorang gadis berkulit putih kemerah-merahan pun segera membuka pintu. Namun, karena yang bertamu adalah dewa-dewi, otomatis penutup mata yang baru dilepasnya kini gadis itu pakai kembali.
Ingat tentang alasan kenapa para manusia dilarang menyaksikan dewa-dewi dengan mata langsung dan tanpa perantara apapun? Yap, karena jika pandangan mereka bertemu, manusia yang memandang akan langsung terbakar.
"Tolong pertemukan kami berdua dengan Athena. Bisa?" Apollo berucap menggunakan nada suara yang halus. Secara otomatis gadis di depannya pun merona. Sementara Artemis yang sudah cukup bosan ketika melihat tingkah sang adik saat sedang menggoda seseorang, justru langsung masuk ke kuil begitu saja. Jika sang adik sudah 'bergerak', ia tidak akan berhenti sampai merasa bosan. Berengsek? Ah, entahlah ....
Apa gunanya meminta izin jika semalam sebelum datang ke kuil dirinya sudah izin lebih dulu? Athena pun tentu sudah mewanti-wanti para pengikutnya jika mereka akan datang hari ini.
"Maafkan kakakku, ya. Dia memang seperti itu. Sudahlah, mari masuk." Apollo tersenyum manis, kemudian langsung merangkul gadis yang entah siapa itu.
Mendapat kesempatan yang begitu langka ini, pengikut Athena itu pun hanya bisa menurut saja sambil menunduk. Kapan lagi dirinya digoda duluan oleh seorang dewa, kan? Apollo, si dewa tampan pula ....
Tepat seperti isi pikiran Artemis, Apollo dan godaannya itu memanglah perpaduan berengsek yang sesungguhnya.
¤¤¤¤¤¤¤
"Aku merasa pulau ini terlalu mudah untuk dilewati. Sudah cukup lama kita berkeliling dan anehnya tidak ada apapun yang menghalangi perjalanan kita. Maksudku, niat kita untuk datang ke sini saja sudah tidak baik. Apa kita sedang dijebak?"
Rion awalnya merasa senang karena dapat menemukan banyak bunga asphodel, beberapa peri kecil hutan yang berkeliaran bebas di sepanjang jalan, tanaman obat langka, bahkan tanaman ambrosia. Hanya saja, lama-kelamaan dirinya merasa tidak nyaman. Seperti ada yang sedang mengawasi dan bisa menyerang kapan saja.
"Tidak. Kita tidak sedang dijebak. Seingatku dulu, hutan ini dijaga oleh para nymph. Ada juga beberapa monster yang tersebar di sekitar sini."
Rion refleks menoleh ke arah Melinoe. "Monster?!"
Sang putri Hades pun mengangguk pelan. "Ada dua cyclops di jalan depan tidak jauh dari tempat kita berdiri sekarang, mereka ada di sisi kiri kanan jalan besar. Ada pula beberapa minotaur di padang bunga khusus milik Artemis. Kadang-kadang para chimera pun ikut berjaga. Lalu, bila matahari sudah hampir tenggelam, manticore dan empusa mulai berdatangan."
Arthea dan Arthur sontak saling berpelukan erat. "Yang benar saja! Kita bisa mati sewaktu-waktu! Ayo pulang saja sekarang!"
Entah bagaimana bisa kakak beradik itu berucap sama secara bersamaan. Namun, yang pasti sekarang mereka tidak ingin lama-lama ada di Pulau Delos, terutama di wilayah Gunung Kinthos.
"Tugas Rion baru dimulai. Aku juga belum bertemu dengan Foebus. Jika baru segini saja sudah takut, bagaimana caranya kalian akan menghadapi kemarahan Hera nanti? Kenapa juga malah takut pada sesuatu yang belum terjadi?" Melinoe mengomel dengan raut wajah kesal, sontak hal ini pun langsung menjadi 'cambukan' untuk Rion, Arthea, dan Arthur.
Takdir memang sudah diatur sedemikian rupa oleh para moirai, tetapi sayangnya mereka bahkan tidak tahu apa yang akan mereka dapatkan di masa depan nanti. Untuk apa pula harus takut.
Iya, kan?
¤¤¤¤¤¤¤
Purwokerto, 01 Februari 2023
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top