14 -- Ilusi
"Mengapa kau mengizinkan mereka masuk ke Delos? Kau benar-benar ingin kita hancur seperti ramalan yang kau dapatkan?"
Apollo tertawa lebar, tetapi tidak menunggu waktu yang lama, dalam sekejap ekspresi itu menghilang dari wajahnya. Sang dewa matahari kemudian menatap lekat Artemis dengan hawa yang terasa sedikit 'mendung'.
"Takdir memang bisa diubah, tetapi pada akhirnya, efek buruk yang lebih besar justru yang akan muncul. Biarkan saja semua berjalan seperti seharusnya."
Artemis menyeringai, menatap remeh sang adik yang tumben sekali pasrah dengan segala macam bentuk takdir yang dirangkai para moirai. Setahu gadis pemburu itu, Apollo adalah seorang dewa yang bebas seperti angin, mengalir ke segala arah yang bisa dijangkau seperti air, dan bersinar terang di segala penjuru Olympus. Semua orang di Olympus pun tahu seberapa angkuhnya Apollo. Dewa itu tidak akan mudah untuk tunduk terhadap peraturan orang lain. Namun, sekarang?
"Kau yakin? Lalu bagaimana dengan Flo?"
Apollo membuka mulut untuk menjawab pertanyaan, tetapi sebelum kata-kata terucap, Florios sudah lebih dulu datang sambil membawa sekeranjang bunga asphodel.
"Saya baik-baik saja, Dewi. Bertahun-tahun dengan fisik yang tidak berubah memang menyenangkan, tetapi dapat kembali melihat kedua orang tua saya yang sudah lama 'pergi' adalah hal yang membahagiakan. Setidaknya jika di masa depan nanti takdir buruk datang, saya bisa mengingat masa-masa membahagiakan saya."
Artemis berhenti mengelap busur panahnya. Ia menatap senyum Florios dengan perasaan yang kurang nyaman. "Kedua orang tuamu kali ini mengambil dua jalan yang berbeda, Flo. Mungkin saja Eos akan datang sebagai pelindungmu, tetapi tidak dengan Orion. Kau tahu sendiri jika Melinoe naik ke alam manusia untuk apa. Flo, belum terlambat untuk mengubah takdir."
Florios menggeleng pelan sambil tersenyum tipis. "Saya tidak ingin mengubah takdir walaupun bisa, Dewi. Seperti yang dibilang adik Anda, ada kalanya takdir yang sengaja diubah membawa konsekuensi yang lebih besar. Tentu saya tidak mau mengambil risiko itu."
Suhu Pulau Delos memanas ketika menjelang siang dan ini membuat rona merah muncul di kedua pipi gadis itu. Dress biru berlengan pendek buatan Leto pun tidak bisa menghalangi panas yang menerpa Florios. Gadis lavender itu lantas menyeka keringat di wajahnya dengan kain lap yang Apollo sodorkan di tengah fokusnya dalam mendengarkan pembicaraan Artemis-Florios.
"Orion akan datang sebagai seorang pemburu dan penjarah. Ada kemungkinan besar kalau sumber daya di Delos akan berkurang banyak. Untuk mengantisipasi kekacauan yang bisa saja terjadi kepada para warga Delos, aku menyarankan kalau ada baiknya para warga pindah ke pulau lain. Bagaimana?"
Artemis dan Florios refleks menoleh ke arah Apollo. Pria berambut pirang itu lantas tersenyum sinis. "Takdir memang sulit diubah, tetapi orang lain yang tidak berhak dihukum tetap harus selamat."
"Ke mana kita akan memindahkan mereka?"
Apollo pun tersenyum miring sambil menyibak rambut ke belakang. "Ke tempat di mana para pemuja Athena berada. Banyak orang dengan pikiran jernih ada di sana. Kalaupun Hera ingin menganggu warga Delos, ia harus lebih dulu memberikan alasan yang masuk akal."
¤¤¤¤¤¤¤
"Seperti biasanya, mereka sama sekali tidak pernah mau menyerah jika lawannya adalah diriku. Ah, bukan hanya aku, mereka memang keras kepala saat menghadapi orang lain."
Ares yang melihat senyum sang ibu kemudian menghela napas panjang. "Apa Mama tidak lelah? Mengapa Mama senang sekali berurusan dengan para kekasih Zeus? Terus terang daripada balas dendam seperti ini, bukanlah lebih baik berdamai? Ma, jika Flo mencintai Zeus juga, mungkin wajar jika Mama cemburu. Namun, lihatlah keadaan Flo sekarang, Ma. Ia bahkan terlihat begitu terbebani dengan takdir yang ia miliki."
Hera berhenti mengipasi diri dengan kipas bulu meraknya, menoleh ke arah Ares dengan raut tidak suka.
"Karena Orion lahir kembali sebagai putramu, apa sekarang kau menganggap Flo sebagai cucumu?"
Ares lantas beranjak dari kursi panjang sambil menggeleng pelan. "Aku hanya merasa lelah saja ketika melihat 'drama' ini, Ma. Ditambah lagi, sekarang Apollo dan Artemis akan meminta bantuan pengikut Athena atau ... Athena itu sendiri."
Ares pun mendengkus pelan. "Aku sering kalah dari Athena dan kali ini aku tidak mau membuatnya berpikir kalau dia yang terbaik karena dirinya akan dimintai tolong oleh Apollo dan Artemis. Sudah cukup, Ma. Jangan buat ini menjadi semakin rumit."
Ares lantas membungkuk hormat, kemudian berbalik pergi dari hadapan Hera.
"Apa yang sudah telanjur terjadi tidak akan bisa dihentikan begitu saja. Mungkin aku bisa meminta 'mereka' untuk berhenti, tetapi ketika melihat keindahan di Pulau Delos, mereka tidak akan bisa lepas begitu saja dari pengaruh pulau itu. Zeus terlalu banyak memberi ilusi di pulau itu demi membuat Leto dan anak-anaknya merasa betah di sana. Menyebalkan."
¤¤¤¤¤¤¤
"Apakah takdir mereka benar-benar tidak bisa diubah? Jika sampai Gunung Kinthos mendapatkan masalah terlalu banyak, otomatis Pulau Delos akan hancur."
Hades tersenyum tipis saat mencium aroma jeruk muda yang asam dari tubuh Persephone. Kekesalan wanitanya terhadap Hera kali ini sudah semakin terlihat.
Tentu saja! Orang tua mana yang tidak khawatir jika anaknya mengalami masalah? Sekalipun ia seorang dewi, Persephone tetaplah seorang ibu.
"Sebenarnya Gunung Kinthos dan Pulau Delos tidak akan hancur, hanya ilusi Zeus yang membuat pulau itu terlihat indah dan megah saja yang akan hilang."
Aroma jeruk muda yang asam dari tubuh Persephone perlahan berganti dengan aroma mawar. Kekesalan wanita itu perlahan berganti dengan kelegaan.
Hanya saja——
"Kau tahu hal ini dari mana?"
Hades menyeringai tipis, kemudian mendekat ke arah telinga Persephone seraya berbisik, "Zeus, aku, dan Poseidon bisa melakukan ilusi semacam ini, Meli. Hanya sedikit orang yang tahu akan hal ini dan hari ini aku ingin kau mengetahuinya. Kami bisa menipu pandangan seseorang tanpa mereka sadari bahkan oleh dewa-dewi sekalipun."
Persephone sontak tersentak kaget. Ia tidak percaya jika hari ini dirinya mendapati satu fakta baru tentang suaminya. Sudah lama mereka hidup bersama dan baru hari ini fakta sepenting itu Hades beritahukan padanya?! Yang benar saja!
Aroma mawar menghilang dengan cepat, terganti dengan aroma melati yang pekat dan bagi Hades aroma ini memiliki kesan suram yang begitu kuat.
"Aku marah padamu dan hari ini aku mau pulang ke rumah Mama! Jangan temui aku sampai masalah ini selesai! Paham?!"
Tanpa mendengar jawaban Hades, Persephone langsung beranjak pergi setelah dirinya berteriak di depan tubuh sang suami yang tinggi menjulang.
Hades menganga tidak percaya. Ia kira sang istri akan senang karena mendapati jawaban dari keresahannya. Namun, nyatanya? Tidak!!
"Ah, sial! Kenapa malah jadi begini?! Memang apa salahku?" Pria beraura suram itu mengacak rambutnya karena kesal. Ekspresi datarnya pun menghilang dengan cepat.
Kekesalan Hades terlihat jelas di mata Macaria dan Thanatos yang baru saja pulang dari dunia manusia. Dewa-dewi penjemput nyawa itupun tertegun untuk sesaat.
Apa ini? Fakta macam apa yang baru saja mereka ketahui hari ini?!
¤¤¤¤¤¤¤
Purwokerto, 27 Januari 2023
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top