10 -- Perdebatan
Ganymede sudah lama berubah menjadi rasi bintang di langit. Saat tiba-tiba dirinya diubah lagi menjadi seorang manusia abadi semacam Psyche, ia sangat senang. Pria itu sudah begitu merindukan Zeus dan karena keajaiban itu, ia bisa bertemu lagi dengan kekasihnya.
Namun, setelah beberapa waktu ada di samping Zeus, ia mendapati hal lain yang cukup membuatnya terkejut. Beberapa waktu ini, diam-diam Eris menemui Ganymede untuk memberi tahu tentang kebenaran yang disembunyikan Zeus dari pria itu.
Belum reda kecemburuannya karena ucapan Hedone, baru saja Eris datang lagi untuk memberitahu dirinya kalau selama ini Zeus masih saja tertarik dengan seorang wanita lycangod yang katanya saat ini sedang hamil anak Zeus. Ngomong-ngomong, lycangod itu adalah putri dari Dewi Eos dan Lycan Orion.
Yang mengejutkan, Zeus berusaha keras untuk menjaga jarak dengan Florios meskipun ia menyukai wanita itu. Dewa itu sering menguntit Florios menggunakan helm Hades, senantiasa memastikan keamanan wanita itu dari gangguan luar, mengingat kalau anak seorang dewa akan rentan terhadap gangguan dari makhluk lain semacam lamia dan minotaur.
Biasanya Zeus akan pergi setelah berhasil menghamili seorang gadis. Terdengar begitu berengsek, tetapi itu nyatanya.
Lalu mengapa sekarang Zeus masih sangat menjaga Florios? Bahkan tanpa seorang pun yang menyadari akan hal itu. Ah ... kecuali Florios yang tahu berkat insting serigala dan calon bayinya. Jangan lupa kalau Eris dan para graiai tahu karena selama ini mereka mengamati Florios dari jauh.
"Kau tahu betul kalau suamiku adalah pribadi yang mudah menyukai sesuatu. Ia menyukai apapun yang tampak indah di matanya. Kenapa kau tampak terkejut saat tahu kalau Zeus sangat mencintaiku?"
Ganymede menghela napas, lalu menoleh ke arah Hera yang tiba-tiba menghampirinya. Pria itu pun tersenyum kecil.
"Ya, saya tahu kalau Dewa Zeus sangat mencintai Anda. Saya hampir melupakan hal itu jika saja Dewi Hedone tidak mengingatkan saya. Namun, ada fakta lain yang jauh lebih mengejutkan saya daripada kisah cinta Anda dan Dewa Zeus."
Ganymede menundukkan badan sembilan puluh derajat, lantas tersenyum miring setelah kembali berdiri menghadap Hera. "Maafkan saya, tetapi apa Anda tahu kalau setelah Florios hamil, ia tetap begitu dijaga oleh Dewa Zeus?"
"Apa katamu? Jangan mengarang cerita! Selama ini Zeus selalu ada di Olympus setelah aku memberitahu dirinya kalau aku akan membunuh Florios jika Zeus masih saja menemuinya. Tidak mungkin Zeus membohongiku!"
Ganymede pun terkekeh pelan. "Mungkin saja Dewa Zeus mencintai Anda, tetapi tidak ada jaminan kalau ia tidak bisa menyukai orang lain. Cinta Anda dan Dewa Zeus memang sangat tersohor di penjuru Olympus. Namun, apa selama ini ia pernah memperhatikan Anda dengan tatapan penuh kasih sayang? Bahkan tanpa meminta imbalan atas perhatiannya. Apa pernah?"
Wajah Hera memerah padam. Ia pun mengepalkan kedua tangannya. Wanita itu lantas mendengkus pelan, kemudian tersenyum manis. Pandai sekali wanita itu mengganti ekspresi wajahnya. Ckck ....
"Setidaknya aku adalah istri Zeus yang menjadi ratu di Olympus. Aku punya status yang jelas. Memangnya kau? Entah bagaimana bisa Zeus menyukaimu. Kau bahkan tidak lebih tampan daripada Adonis dan Orion. Kau hanyalah anak kecil yang kebetulan saja menjadi kekasih Zeus. Yang paling penting, kau tidak akan pernah bisa mengerti cinta seorang wanita sepertiku kepada Zeus. Aku dan ia adalah satu jiwa dengan tubuh yang berbeda. Jadi, aku tahu betul Zeus seperti apa. Tidak masalah seberapa banyak kekasih Zeus di dunia ini. Aku bisa dengan mudah memerintahkan orang lain untuk membunuh mereka. Sekali lagi, aku adalah seorang ratu dan semua yang kuinginkan pun akan tercapai."
¤¤¤¤¤¤¤
Hades berniat untuk mengecek keadaan Melinoe dan Macaria di tempat yang berbeda. Namun, nyatanya hari ini Thanatos dan Macaria malah ada di dekat Melinoe. Dewa-dewi itu saat ini tengah menjemput nyawa seorang pria tua di depan kuil Ares yang kebetulan sedang dihadiri oleh Melinoe, Arthur, Arthea, dan Rion (reinkarnasi Orion).
"Pelakunya adalah gadis bernama Arthea di sebelah Rion. Gadis itu sudah tidak tahan dengan kelakuan ayahnya yang hampir setiap hari melibatkan Rion ke dalam permasalahan. Ia menggunakan bunga opium yang Melinoe bawa dari Dunia Bawah."
Hades tidak melepas helm miliknya, tetapi Melinoe, Thanatos, dan Macaria tahu suara itu berasal dari siapa. Suara itu hanya bisa didengar oleh ketiga dewa-dewi itu saja. Mereka yang paham suara itu lantas menatap Arthea yang sedang dipeluk oleh Rion.
"Bunga opium yang ada di tangan ayahmu memang adalah milikku, tetapi untuk apa aku menggunakannya demi membunuh ayahmu, Arthea? Aku tidak punya masalah apapun dengannya."
Arthea pun menatap Melinoe tidak suka. Gadis itu juga melepaskan pelukan Rion. "Kau menuduhku melakukan perbuatan itu?! Sejak awal kau hadir, kau tampak begitu mencurigakan. Kau juga memiliki bunga opium yang setahuku hanya hidup di Dunia Bawah dan jalan sekitar menuju tempat itu!"
Melinoe lantas menyeringai. "Orang biasa tidak mungkin bisa mendapatkan bunga itu begitu saja. Menurut pandanganku, kau adalah salah satu pengikut Dewa Hades. Setahuku, jika ada orang yang berani menumbalkan nyawa makhluk lain, maka dewa itu akan mengabulkan permintaan si penumbal sesuai dengan apa yang ia tumbalkan."
Wajah putih kemerahan Arthea pun memerah padam. "Aku tidak pernah memberi tahu siapapun kalau aku adalah pengikut Dewa Hades. Bagaimana bisa kau tahu hal ini?!"
Melinoe terkekeh pelan sambil menutup mulut dengan tangan kanan. Beberapa saat kemudian, tawanya pun reda dan ekspresi serius gadis itu segera muncul.
"Namaku Noe. Aku adalah oracle baru di Delos yang akan menggantikan Oracle Flo. Tentu saja aku tahu apa yang tidak orang lain tahu."
Melinoe menutup matanya sebentar dan begitu ia kembali membuka mata, iris mata biru miliknya sudah berubah warna menjadi gold.
"Roh ayahmu sudah dijemput oleh dewa-dewi kematian. Roh nenek kalian yang selama ini ada di sekitar kalian pun sudah bersiap-siap untuk pergi. Sudah waktunya mereka berdua pergi ke Dunia Bawah."
Melinoe lantas menatap Arthea sekali lagi. "Bunga opium adalah bunga pemberian Dewi Melinoe untukku. Aku mendapatkan bunga itu setelah mendapatkan pesan dari Dewi Melinoe kalau sebentar lagi aku harus segera menggantikan Oracle Flo."
Bukan karena mendapatkan pesan, tapi bunga itu memang sering digunakan Melinoe agar bisa tidur nyenyak di waktu-waktu tertentu. Kadang-kadang anak itu bisa merasa lelah saat tengah menjalankan tugas. Ia adalah seorang dewi dan tidak mungkin bisa tidur dengan mudah, batin Hades.
Sang dewa penguasa Dunia Bawah lantas menghela napas panjang, kemudian pergi begitu saja setelah memastikan kalau keadaan kedua putrinya baik-baik saja di dunia manusia. Entah apa yang pria pucat itu pikirkan hingga tiba-tiba sudi mengecek keadaan kedua putrinya.
¤¤¤¤¤¤¤
Sepulang dari pesta, Apollo langsung memberitahukan apa yang telah ia lihat dan dengar kepada Artemis. Dewa matahari itu tidak menyangka jika ternyata Zeus bisa senekat itu. Rasanya terdengar aneh dan ... tumben.
"Ah, ternyata apa yang Flo katakan padaku kemarin benar-benar nyata. Aku kira itu hanya karena pengaruh ilusi Zeus yang mungkin masih tertinggal karena calon bayi Flo dari Zeus akan segera lahir."
Artemis terlihat begitu santai dan Apollo yang malah terlihat semakin panik.
Tentu saja panik karena sejak kehadiran Artemis dan Apollo di perut Leto, masalah terus datang ke dalam hidup mereka. Hera adalah akar dari masalah mereka.
"Aku tidak masalah jika Hera marah kepada kita karena Hera tidak akan bisa membunuh kita. Hanya saja kalau sampai ia mengincar nyawa Flo, kita akan sulit untuk menghentikan ulahnya. Kau tahu sendiri kalau wanita itu punya kekuasaan untuk memerintah makhluk lain di Dunia Atas. Aku takut Flo kenapa-napa."
Artemis pun tersenyum kecil. "Itu bukan hal yang baru, Foebus. Wanita itu memang senang membuat masalah dengan kekasih/istri Zeus yang lain. Kita tidak perlu takut karena kita punya kekuatan untuk melindungi Flo. Gadis itu sama seperti Mama yang harus kita jaga sepenuh hati. Jangan berprasangka buruk terus kepada takdir. Paham?"
Apollo berdecak pelan, tetapi ia tetap mengangguk setuju. "Iya, aku paham."
Apollo dan Artemis mungkin berbincang-bincang dengan nada yang lirih, tetapi bukan berarti Flo tidak bisa mendengarkan pembicaraan mereka. Dari awal pendengaran wanita muda itu sudah sangat sensitif dan setelah hamil anak Zeus, pendengarannya jadi semakin sensitif.
Wajah Flo yang dari awal sudah berwarna putih pucat, kini jadi bertambah pucat setelah mendengar pembicaraan Apollo dan Artemis. Telinganya berdenging, kepala mendadak terasa begitu pening. Flo pun langsung berjongkok sambil memegangi kepalanya.
'Lavender terpetik, Kinthos pun kacau. Kisah cinta dua dunia yang belum usai akan timbul kembali. Pembunuh dan pecinta bersatu. Sanggupkah dua cahaya Leto bangkit setelah terluka?'
Bisikan lembut seorang wanita pun tiba-tiba terdengar. Flo tahu kalau bisikan itu adalah bisikan yang sama dengan ramalan yang pernah Apollo dapatkan dari Melinoe.
Bisikan, ramalan, peringatan, entah bagaimana Flo menganggapnya, tetapi yang pasti, di masa depan sesuatu akan segera terjadi.
Kisah lama segera terulang kembali. Kisah itu melibatkan banyak pihak dan kisah itu juga yang mungkin akan menentukan bagaimana nasib Pulau Delos di masa depan.
¤¤¤¤¤¤¤
Wonosobo, 02 Desember 2022
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top