09 -- Bukti

Florios atau dikenal sebagai Flo, dulu orang-orang begitu mengagumi dirinya karena Apollo menjadikan gadis itu sebagai oracle paling hebat dan istimewa di Delos. Tidak hanya karena kemampuan untuk mengartikan mimpi, ia kadang-kadang diberitahu Apollo mengenai beberapa ramalan khusus yang seringkali pria itu dapatkan.

Karena darah lycan mengalir deras di tubuhnya, kadang-kadang Artemis mengajak Flo pergi berburu. Itu menyenangkan karena dengan cara ini gadis itu tidak perlu pergi diam-diam ke hutan hanya untuk menerkam mangsa dan melahapnya mentah-mentah.

"Kau melamun lagi? Ah, sepertinya setelah kejadian itu berlalu, kau malah jadi kehilangan jati dirimu, ya? Kau tidak lagi datang ke kuil untuk ikut memujaku. Kau juga tidak lagi berdoa kepadaku dan justru malah berdoa kepada Artemis."

Flo memaksakan diri untuk tersenyum. Sedari tadi ia menyangga wajah sambil menatap sekelompok nymph yang sedang berkumpul di tepi sungai, tidak jauh dari rumah Leto, Apollo, dan Artemis.

"Sudah seharusnya saya berdoa kepada Dewi Artemis. Saya seorang lycan dan ayah saya adalah pemuja sekaligus lycan pertama yang Dewi Artemis ciptakan. Maaf sebelumnya, tetapi beberapa waktu lalu pembicaraan Anda dan Dewi Artemis terdengar sampai ke telinga saya. Saya memang mencintai Anda, tetapi setelah mendengar semua fakta itu, saya merasa sulit untuk bertindak seakan-akan tidak tahu apapun. Maaf sekali lagi, tetapi terus terang saya merasa begitu kecewa dengan Anda berdua."

Untuk sekejap, iris mata lavender Flo berubah menjadi hitam. Wajah Orion sekilas muncul di mata Apollo.

"Kau tahu rahasia itu?" Apollo mengulang ucapan Flo dengan lirih.

Pria itu pun menatap Flo dengan rasa bersalah yang membuncah di dadanya. "Bukan kau yang harus meminta maaf, tetapi kami yang seharusnya meminta pengampunan padamu. Artemis mungkin sudah membuat ayahmu mati dalam keadaan bersalah dan membuat ibumu melupakanmu. Namun, daripada itu, aku jauh lebih berdosa darinya. Jika bukan karena aku ikut campur dalam percintaan segitiga itu, mungkin kau tidak akan mengalami krisis identitas seperti sekarang. Kau bahkan pantas untuk membenciku. Maaf, karena kami kau mengalami kesialan seperti sekarang."

Air mata Flo turun membasahi pipinya. Kalau sudah begini, ia tidak akan pernah bisa membenci Apollo ataupun Artemis. Sebab jika dipahami satu per satu masalahnya, kedua orang tuanya memang bersalah. Mereka telah menjalin cinta di belakang Artemis diam-diam. Seharusnya kalau dari awal Orion menyukai Eos, pria itu tidak perlu mendekati Artemis hingga membuat sang dewi hampir saja melepaskan status sebagai salah satu dewi perawan Olympus.

Jika dari awal Orion dan Eos bisa lebih 'tegas' dengan hubungan mereka, tragedi takkan pernah terjadi.

"Saya memang kecewa dengan Anda berdua. Cinta saya kepada Anda seperti dihancurkan dalam sekejap oleh fakta itu. Namun, semua ini pasti sudah ditakdirkan oleh para moirai. Saya tetap menghormati Anda berdua karena selama ini saya bisa hidup berkat kemurahan hati Anda ... juga Dewi Artemis."

Flo mengusap air matanya yang terus mengalir. Ia pun tersenyum lebar. "Terima kasih karena sudah memberikan kehidupan kedua kepada saya."

¤¤¤¤¤¤¤

Rion menyodorkan buah-buahan pesanan Melinoe dengan pandangan menyelidik. Tentu saja! Hey, bukankah tadi Melinoe berkata kalau dirinya tidak punya rumah dan diusir oleh sang ayah hingga mau tidak mau harus menemui Rion untuk menjalankan tugas, lantas mengapa saat akan makan, gadis itu memberikan kantong berukuran sedang berisi banyak obolos emas kepada Rion?

"Aku sudah bilang padamu kalau aku ini sedang diusir oleh ayahku. Walaupun aku punya banyak obolos emas, tetapi aku tetap harus ada di dekatmu sampai tugas selesai. Kalau kau kabur, aku tidak akan berhasil membawamu pergi ke Olympus."

Rion pun duduk di samping Melinoe, diam-diam mencomot apel di keranjang buah. "Apa kau bisa mendengarkan suara hatiku? Aku bahkan tidak mengeluh apapun padamu." Pria itu mengunyah apel sambil memasang ekspresi yang serius.

Melinoe lantas mengangguk pelan. "Aku tetaplah seorang dewi walau sekarang dibuang oleh ayahku ke dunia manusia. Kau tahu Hades? Nah,  pria suram itu adalah ayahku."

Rion langsung tersedak, matanya melotot kaget. "A-apa?!" Pria itu buru-buru meneguk air minum langsung dari tekonya.

"Aku adalah Melinoe, putri pertama Hades dan Persephone, kakak dari Macaria, dan sahabat para erinyes."

"Kau serius dengan ucapanmu?! M-mana mungkin dewi roh itu diusir dari Dunia Bawah. Kau pasti sedang mencoba untuk menipuku."

Melinoe mengerutkan dahi heran. "Apa yang membuatmu tidak percaya? Untuk apa aku berbohong?"

"Kau tidak terlihat seperti Dewi Melinoe. Aku pernah melihat dewi itu di dalam mimpiku."

Melinoe pun berdecak pelan. Belum satu hari di dekat Rion, ia sudah merasa sangat kesal. Gadis itu tiba-tiba merasa rindu kepada Apollo.

Ah, merepotkan!

"Bukan dalam mimpi, tetapi kau melihatku di alam roh. Kau sudah pernah mati sekali dan kehidupan sebagai Rion adalah kehidupan keduamu."

Teko air yang Rion pegang langsung jatuh ke lantai. Entah fakta atau tipuan, tetapi Rion belum mau percaya!

Namun, dewi roh itu tahu jika Rion belum mempercayainya dan untuk membuktikan semua ucapannya, maka ia harus membeberkan semua fakta tentang Rion yang sudah telanjur muncul di hadapannya.

"Kau adalah demigod, itu yang membuat banyak makhluk dengan wujud yang tidak normal mengincarmu. Kau beruntung karena darah Ares mengalir di tubuhmu. Kemampuan bertarungmu memang pas-pasan, tetapi karena pada dasarnya Ares senang berperang, kau pun merasakan hal yang sama. Bukannya takut, kau justru bahagia saat tengah menghadapi makhluk-makhluk itu. Apa ucapanku benar?"

Rion pun mengangguk, tetapi pandangan menyelidiknya belum juga menghilang. Ia masih tidak percaya.

"Apa yang membuat Hera dan Ares ingin melihatku di Olympus? Mengapa mereka tidak datang saja ke sini? Bukankah Olympus adalah tanah yang suci? Setahuku tidak semua makhluk dapat keluar masuk ke tempat itu."

Melinoe terdiam. Ia memandang Rion sambil berpikir sejenak. Benar juga ucapan Rion, kenapa Hera tidak datang saja ke sini? Lagipula Ares tidak tahu apapun mengenai tugas pribadi dari Hera. Apa jadinya jika sampai di Olympus, Ares justru tidak mau mengingat kalau dirinya pernah menikah dengan manusia dan menghasilkan anak dari pernikahan itu?

"Hmmm ... Kau benar juga. Bagaimana kalau sebelum datang ke Olympus, kau pergi dulu ke Delos untuk berburu makhluk. Kau dapat kesenangan dan ucapanku bisa dibuktikan. Selain itu, Hera dan Ares pasti akan bangga padamu. Bagaimana?"

Rion mengelus dagunya dengan kening yang berkerut. Aku dengar Arthea pernah pergi ke sana untuk mengunjungi kuil Apollo. Ia mendapatkan kesempatan emas untuk diberi banyak bunga asphodel oleh Dewi Leto. Jika aku dapat membawa pulang banyak bunga Asphodel untuknya secara cuma-cuma, aku bisa meminta banyak obolos pada Arthea tanpa perlu dikejar-kejar lagi oleh dua 'penjaganya' seperti seorang pencuri.

Melinoe lantas tersenyum geli setelah mendengar ucapan batin Rion. "Bukan hanya bunga asphodel, kau juga akan mendapatkan barang langka seperti air mata mermaid, tanduk kuda unicorn, sisik siren, kulit ular raksasa, dan beberapa barang langka lain yang akan kau dapatkan di sana."

Rion mendengkus pelan, tetapi pada akhirnya ia setuju juga dengan ide Melinoe. Hitung-hitung cari pengalaman, katanya.

¤¤¤¤¤¤¤

Awalnya Hera ragu untuk meminta Melinoe membujuk reinkarnasi Orion datang ke Olympus agar pria itu bisa ia manfaatkan untuk menghancurkan Pulau Delos. Namun, berkat pikiran buntu Melinoe saat tengah mencoba meyakinkan Rion, rencana utama Hera justru berjalan lebih cepat dari perkiraannya.

"Sebenarnya rencana Melinoe ini jauh lebih efektif, sih. Ya, walau aku tahu kalau sebenarnya gadis itu hanya tidak tahan untuk terus-terusan merindukan Apollo."

Hera tersenyum bahagia sambil mengamati pesta yang sedang Dionysus selenggarakan di aula utama istana Zeus. Namun, ketika pandangan Hera terhenti di Ganymede, wanita itu langsung menyipitkan mata untuk memastikan apa yang sedang ia pandang saat ini.

"Aku tahu kalau Eros itu usil dan Psyche terlalu mencintai bocah itu hingga mau-mau saja mengikuti semua pekerjaannya. Namun, kenapa Hedone ikut-ikutan usil seperti kedua orang tuanya? Sedang apa kembaran Aphrodite itu di sana?"

Hera melihat Hedone tengah menggoda Ganymede dan Hermes yang tengah memanas-manasi Zeus agar membuat Hedone pergi dari hadapan Ganymede.

Apa-apaan itu!

¤¤¤¤¤¤¤

"Selama bertahun-tahun hidup, mengapa aku baru tahu kalau ada pria setampan dirimu di Olympus? Selama ini kau pasti sengaja bersembunyi, ya?"

Ganymede yang mendapatkan godaan terang-terangan dari Hedone pun tersipu malu. Pipinya yang putih bersih lantas memerah samar.

"Heh, kembaran Aphrodite, apa kau belum pernah dengar kisah cinta tentang Zeus dan Ganymede?"

Hedone mengibaskan rambut merah batanya ke belakang sambil mengerutkan dahi. "Tunggu dulu ... Zeus dan Ganymede?"

Hermes yang ucapannya diragukan lantas mengangguk malas. "Aku yakin kau tahu mengenai kisah cinta ini. Ketika kau bertemu ibumu, ia pasti rajin menceritakan kisah-kisah semacam itu padamu."

Hedone menatap Ganymede dan Zeus secara bergantian, senyum miringnya lantas muncul. "Bagiku kisah mereka bukanlah sebuah kisah cinta. Zeus hanya terobsesi oleh keindahan rupa Ganymede saja. Jika Zeus mencintai Ganymede, ia akan memperjuangkan dan menjaga cintanya. Kalau kau tanya aku siapa yang Zeus cinta, maka aku akan mengatakan dengan yakin kalau Hera yang paling Zeus cintai."

Ganymede sontak menundukkan kepala sedih, Hermes tersenyum masam, Zeus merengut tidak setuju, dan Hera tersenyum lebar.

"Aku sudah melihat banyak jenis cinta di dunia ini. Ada yang seperti Eros-Psyche, Ares-Aphrodite, Zeus-Hera, Hades-Persephone, Thanatos-Macaria, bahkan ... Orion-Eos. Aku bukanlah dewi cinta, tapi aku tahu banyak perbedaan antara ketertarikan, cinta, obsesi, dan kerelaan."

Ucapan Hedone membuat Aphrodite yang tengah digoda Ares beranjak dari kursi. Sang dewi cinta menghampiri dewi kesenangan, keduanya saling menatap untuk sejenak.

"Ucapanmu benar, tetapi tidak semua orang mengerti akan cinta. Kadang-kadang orang akan menganggap jika obsesi merupakan bukti terbesar kalau perasaan mereka bernama cinta. Saat kau melepaskan orang yang kau cinta, kadang-kadang orang akan menganggap kalau kerelaan adalah bukti seberapa lemahnya cinta seseorang. Penjelasan tentang cinta itu banyak, kau tidak akan paham kalau kau belum pernah merasakan apa itu jatuh cinta."

Perkataan Hedone dan Aphrodite sama-sama punya keunggulan juga kelemahannya. Semua orang tahu itu.

Ganymede tersenyum sendu. Ia meletakkan gelas berisi campuran nektar dan ambrosia yang sedari dipegangnya. Pria tampan itu lantas pergi dari pesta.

Awalnya Zeus ingin mengejar kepergian Ganymede, tetapi tiba-tiba Hades muncul di hadapannya tanpa aba-aba sedikitpun.

"Kembalikan helm milikku, Zeus. Aku ingin pergi sebentar untuk mengecek keadaan Melinoe dan Macaria di dunia manusia."

Apollo yang sedari tadi diam di pojok ruangan bersama Athena dan Artemis, lantas menoleh ke arah Zeus. Jadi, apa selama ini Zeus pergi menemui Flo menggunakan alat dari Hades? Pantas saja aku hanya dapat merasakan hawa keberadaan Zeus tanpa tahu di mana ia berada.

¤¤¤¤¤¤¤

Wonosobo, 21 November 2022

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top