07 -- Waktu
Setiap nasib yang para moirai pintal sudah diatur porsinya dengan adil. Tidak ada yang terlalu beruntung, tidak ada juga yang terlalu sial. Hanya saja memang tidak semua makhluk mau memahami hal itu.
Eos mungkin tidak tahu berapa lama dirinya hidup. Ia berpikir ingatan seorang dewi pun bisa menghilang. Jadi, wajar saja kalau tidak semua kejadian di hidupnya bisa ia ingat. Namun, ketika Eris memberitahukan sebuah rahasia tentang ingatannya yang hilang, Eos tidak lagi menganggap kalau ingatannya yang hilang termasuk hal yang normal.
"Kau bukan manusia yang punya memori otak terbatas, kau seorang dewi. Kalaupun kau melupakan sesuatu, kau hanya akan melupakan apa yang menurutmu kurang penting di hidupmu. Apa menurutmu pengalaman memiliki kekasih dan bayi untuk yang pertama kalinya bukanlah hal yang penting?"
Eos menggenggam erat liontin kalungnya. Air mata Sang dewi fajar turun begitu saja. Ia shock.
"Artemis memberimu air Sungai Lethe atas saran dari Apollo agar kau melupakan apa yang sudah terjadi padamu. Kau telah melukai harga diri sekaligus perasaan mereka. Kau sudah merebut prianya, Eos."
Para pemintal nasib itu pasti punya alasan mengapa hidup Flo terlihat begitu menyedihkan di dalam ramalan Apollo. Mungkin ada hubungannya dengan balasan dari apa yang sudah Eos lakukan selama ini, batin Eris mengira-ira.
"A-aku melupakan hubunganku dengan kekasih dan bayi pertamaku, tetapi aku tidak bisa melupakan hari-hari ketika bersama Astraios, Tithonus, Cephalus, bahkan Zeus. Itu terdengar tidak adil untuk Orion dan Flo."
Apeliotes yang masih duduk di lantai sambil menggenggam tangan Eos sontak menggeleng tidak setuju. "Ini bukan sepenuhnya salahmu, Ma. Semua makhluk yang meminum air Sungai Lethe memang akan melupakan apa dan siapa jati diri mereka. Mama beruntung karena tidak sampai lupa kalau Mama adalah seorang dewi."
Eos tersenyum sendu ketika melihat usaha salah satu putranya untuk menghibur dirinya. "Mama juga beruntung karena hari ini tahu sebuah rahasia yang selama ini disembunyikan rapat-rapat dari Mama."
Eris tiba-tiba mendengkus pelan. "Kau mungkin beruntung karena berhasil mengingat kenangan lamamu, tetapi tidak dengan Flo. Putrimu yang tahu rahasia ini sangat terluka karena penyebab dirinya jauh darimu adalah orang-orang yang selama ini merawatnya."
Rahang Euros bergemeletuk saat mendengar ucapan Eris. "Tidak hanya itu. Jika sampai Flo tahu kalau ibunya pernah menjadi salah satu selingkuhan Zeus, ia pasti akan jauh lebih terluka. Harga diri Flo sebagai oracle kesayangan Apollo sudah telanjur hancur dan pria yang menghancurkan hidupnya juga hampir saja menghancurkan pernikahan ibunya."
Eosphoros dan Apeliotes kali ini setuju dengan pendapat Euros. Mereka yang tidak mengalami apa yang Flo alami saja sudah kesal, bagaimana dengan gadis itu sendiri?
Flo tetaplah seorang manusia ... manusia serigala, lycan. Gadis itu pastinya punya perasaan seperti seorang manusia, apalagi dia bukanlah seorang pria. Flo seorang wanita dan ia juga seorang manusia. Perpaduan yang super merepotkan.
Eos menatap sendu Euros. Ia ingat dirinya pernah melakukan perselingkuhan dengan Zeus, bahkan sampai memiliki dua anak. Mungkin bagi sebagian besar dewa-dewi sepertinya, perselingkuhan adalah hal yang normal, tetapi bagi beberapa keturunan Astraios dan dirinya, seperti Euros, Apeliotes, dan Eusphoros, hal itu adalah hal yang tercela.
Ketiga dewa itu menyayangi kedua orang tuanya, tetapi mereka masih menyimpan kekecewaan terhadap Eos karena wanita itu beberapa kali ketahuan memiliki kekasih dan anak baru secara diam-diam.
Pergolakan perasaan Eos dan ketiga putranya diam-diam membuat Eris menyeringai senang. Sang dewi perselisihan merasa kalau sebentar lagi masalah baru akan segera datang.
Entah itu dari Eos dan keluarganya, bisa juga dari Hera dan Zeus, atau malah dari kelompok Apollo dan Artemis. Ah ... jangan lupa kalau Orion juga akan punya andil dalam kisah rumit ini.
"Aku hanya ditugaskan oleh para moirai untuk menyampaikan rahasia ini padamu, Eos. Namun, aku juga ingin mengatakan padamu tentang sesuatu yang jauh lebih besar dari masa lalu gelapmu."
Eos pun mengerutkan dahi. "Apa ada hal yang lain?"
Eris mengangguk pelan. "Aku tahu kau kecewa dengan fakta kalau selama ini ada yang menyembunyikan hal sebesar ini darimu. Namun, kau jangan lupa kalau Flo sedang mendapatkan banyak masalah karena rahasia ini. Belum lagi dengan Orion yang mendapatkan kesempatan untuk hidup kembali. Eos, selain bermasalah dengan kelompok Apollo, putrimu juga sudah memicu kecemburuan Hera."
Eos refleks menutup mulutnya yang melongo. "A-apa?"
Eris kembali mengangguk. "Selama ini hubunganmu dan Zeus mungkin aman-aman saja karena Helios, Astraios, dan keturunanmu tidak membeberkan rahasia itu kepada Hera. Namun, tidak dengan Flo. Sebelum hal buruk terjadi pada putrimu, kau harus segera menyelamatkan nyawa gadis itu. Jangan sampai kau gagal lagi menyelamatkan keturunanmu seperti dulu."
Tidak semua keturunan dewa-dewi dapat tumbuh lebih cepat dibandingkan keturunan manusia biasa. Karena itu walaupun Flo merupakan anak pertama Eos, gadis itu tumbuh dengan begitu lambat hingga membuatnya nampak sebaya dengan adik-adiknya sendiri. Sebenarnya, ini terdengar aneh, tetapi karena selama ini Flo dirawat oleh Apollo, gadis itu juga diberi sebuah anugerah oleh dewa itu.
"Tidak hanya hal itu saja, Apollo juga sudah memberi anugerah khusus kepada Flo agar waktu di sekitar gadis itu berjalan begitu lambat dibandingkan dengan waktu yang sesungguhnya. Ini dimaksudkan agar Flo tetap awet muda dan dapat mengerjakan tugasnya dengan baik. Satu tahun versi Apollo dan Flo, sama dengan sepuluh bahkan seratus tahun versi waktu kita, detail jumlah umur aslinya pun tidak ada yang tahu kecuali Apollo sendiri."
Ucapan tambahan Eris memang terdengar asing di telinga Eos dan ketiga putranya, tetapi itu adalah fakta paling masuk akal yang membuat Flo begitu muda walau sudah diasuh Apollo sejak lama.
Eris lantas terkekeh pelan. "Awalnya aku berpikir itu adalah hal yang mustahil, tetapi setelah Dionysus bilang kalau manipulasi waktu memang bisa dilakukan oleh siapa saja yang mampu, aku pikir itu bukanlah hal yang aneh."
Eris kemudian beranjak dari kursi. "Hari ini aku sudah membeberkan semua hal yang perlu kau ketahui, Eos. Aku pamit pulang, sampai jumpa lagi." Setelahnya, dalam sekejap Eris pun menghilang dari pandangan.
¤¤¤¤¤¤¤
Eros dan Psyche biasanya sulit untuk menemukan keberadaan Melinoe, tetapi di saat mereka berdua mendapatkan tugas untuk membuat gadis itu jatuh cinta, alam semesta sepertinya ikut membantu mereka juga.
"Meli, apa kau yakin kalau kita bisa membuat gadis itu jatuh cinta kepada Apollo? Bukannya apa, tetapi selama kita bertugas, kita selalu membuat orang lain menyukai Melinoe, bukan malah sebaliknya."
Psyche pun mendengkus pelan, ia setuju dengan pendapat Eros, tetapi tugas tetaplah tugas walau sangat sulit untuk dilakukan. Dewi jiwa itu lantas menyibak daun pohon apel yang menghalangi pandangannya, berniat untuk membidik jantung Melinoe lewat punggung kiri gadis itu dengan hati-hati.
Hari ini Melinoe sedang berdiri di depan Sungai Styx sambil bergumam pelan. Wajah Melinoe yang dari awal sudah suram, kini malah bertambah suram, membuat auranya semakin mirip dengan aura ayahnya, Hades.
"Aku tidak mau bernasib sama seperti makhluk lain yang pernah menyukai dan menjadi kekasih Apollo. Aku tidak ingin jatuh cinta kepadanya setelah aku menolak pernyataan cintanya kepadaku."
Setelah Melinoe mengucap sumpah, ia pun segera mengambil air Sungai Styx menggunakan kedua tangannya, meminum airnya dengan mata yang terpejam.
Ketika air Sungai Styx baru saja membasahi tenggorokan Melinoe, panah cinta milik Eros yang Psyche bidikkan tepat mengenai jantung Melinoe dari belakang.
Melinoe membelalakkan mata untuk beberapa saat sebelum akhirnya sadar dan segera mencabut panah yang menancap di punggung kiri hingga menembus jantungnya. "P-panah emas Eros?!"
Wajah Melinoe memerah padam. Gadis itu sontak murka dan langsung berbalik untuk mencari-cari keberadaan Eros dan Psyche. Namun, sebelum gadis itu mencabut panah cinta dari jantungnya, kedua dewa-dewi cinta itu sudah lebih dulu kabur.
"KEPARAT! EROS! PSYCHE! DI MANA KALIAN, HAH?!"
Jika seorang dewa ataupun dewi bersumpah palsu menggunakan air Sungai Styx, ia akan dilarang meminum nektar dan ambrosia selama satu tahun. Selain itu, ia juga akan diusir dari kumpulan dewa-dewi lain selama sembilan tahun.
Hades menghela napas panjang ketika mendengarkan teriakan Melinoe. Pria itu mengetatkan pegangan terhadap dwisula miliknya. "Sudah waktunya masalah besar itu muncul ke permukaan."
¤¤¤¤¤¤¤
Wonosobo, 14 November 2022
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top