06 -- Ingatan

Hari ini Eris melihat Eos yang memiliki sepasang sayap burung berwarna putih bersih tengah mengenakan pakaian yang terbuat dari kelopak-kelopak mawar merah yang disulam. Sang dewi memiliki wajah mungil, berhidung mancung, berbibir merah nan tipis, dan beriris mata amber. Rambutnya yang berwarna cokelat kemerah-merahan pun tergerai indah dengan tiara cantik bertatahkan batu rubi.

Setiap pagi sebelum kakaknya—Helios, Dewa Matahari terbit— Sang dewi fajar terbang melintasi langit dan dengan jari - jari tangannya yang berwarna kemerahan, ia pun menaburkan banyak air embun. Setelah itu, ia akan bertugas untuk membuka gerbang Kerajaan Emas yang terletak di timur agar Helios dapat terbang melintasi langit.

Sebagai dewi perselisihan, Eris sangat senang apabila melihat para makhluk di sekitarnya berselisih. Melihat raut wajah ceria Eos saat tengah menjalankan tugas, ia pun berencana untuk membuat perselisihan lain masuk ke dalam hidup Eos. Sang dewi melakukannya demi Hera yang beberapa waktu lalu datang padanya untuk meminta tolong. Eris diminta Hera agar menyampaikan rahasia kalau sebenarnya Eos pernah menjalin hubungan dengan Orion dan memiliki seorang putri dari hubungan itu.

"Sudah ada banyak dewa-dewi yang ikut campur dalam kehidupan gadis lavender itu. Aku selalu senang saat melihat perselisihan, tetapi begitu aku melihat takdir putri Eos dan Orion, mengapa aku merasa kalau hidupnya itu lumayan menyedihkan? Ah, tapi itu tidak ada hubungannya denganku, sih. Ck ... sudahlah, itu juga bukan urusanku, untuk apa juga aku peduli?"

Eris menghela napas, kemudian melangkah mendekati Eos. Namun, sebelum benar-benar dekat, tiga orang dewa lebih dulu menemuinya. Mereka adalah Euros (dewa angin timur), Apeliotes (dewa angin tenggara), dan Eosphoros (dewa bintang fajar). Ketiganya adalah anak Eos dan Astraios.

"Tumben sekali pagi-pagi begini kau sudah ada di padang bunga. Kau akan menemui siapa?" Apeliotes lebih dulu bertanya karena merasa aneh saat melihat Eris berkeliaran bahkan ketika matahari belum terbit.

Eris pun tersenyum tipis. "Aku ingin menemui Eos. Ada hal penting yang harus ia ketahui secepatnya."

Euros pun menyipitkan mata, menatap Eris dengan curiga. Setahunya, selama ini Eris selalu membuat perselisihan. "Aku tidak yakin dengan ucapanmu. Bisa saja kau datang kemari untuk membuat kekacauan seperti yang beberapa waktu lalu dilakukan oleh Hecate dan para graiai di Pulau Delos."

Apeliotes dan Eosphoros lantas menoleh ke arah Euros secara bersamaan. "Kau benar!!"

Eris pun mendengkus geli. "Tapi tujuanku datang sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan apa yang sudah mereka lakukan." Dewi itu lalu mengibas-ngibaskan tangan. "Sebaiknya kalian lekas pulang, sebentar lagi Helios atau Apollo akan datang untuk mengatur matahari. Jika kalian terus ada di sini, maka saudara kalian yang lain akan terlambat untuk menjalankan tugas."

Rasa-rasanya Euros ingin menghajar dewi di hadapannya kini, tetapi kedua saudaranya yang lain pun memegangi kedua tangannya.

"Eris benar, Euros. Biarkan dia melakukan apapun. Toh, Mama bisa melindung dirinya sendiri."

Euros pun mendelik tidak setuju. "Kenapa hari ini kau pulang terlambat? Harusnya setelah gerbang Kerajaan Emas dibuka, kau pergi bersama Mama. Jangan malah mengikuti kami yang menjalankan tugas dengan perlahan."

Eosphoros menganga, kemudian berdecak pelan. "Bukan seperti itu, tapi tadi malam aku datang terlambat karena menyaksikan gerhana bulan total sampai selesai."

Apeliotes menatap pertengkaran kedua saudaranya dengan malas. Ia pun menghela napas panjang. Dewa itu pun sudah lebih dulu berjalan menjauhi padang bunga. Setelah sampai di rumah, ia akan lebih dulu menemui Eos dan memintanya waspada terhadap setiap ucapan Eris.

Beberapa menit kemudian, Eris yang terjebak di antara pertengkaran kedua saudara itu lantas sadar kalau Apeliotes sudah pergi. Ia kalah cepat dibandingkan dewa itu.

¤¤¤¤¤¤¤

Apeliotes sudah sampai di rumah. Ia berjalan santai menuju kamar. Namun, ketika sampai di ruang tengah, dirinya melihat Eos tengah menata bunga mawar di vas bunga.

"Di mana Papa sekarang, Ma?"

Eos menoleh ke arah suara, lantas tersenyum kecil. "Ia sedang ada di langit. Setelah Hecate membuat ilusi di sana, banyak rasi bintang yang berantakan. Tidak heran jika Ganymede pun sampai diturunkan Zeus untuk sementara waktu, setidaknya hingga papamu selesai menyusun ulang rasi bintang di langit sana."

Apeliotes pun duduk di kursi rotan, lantas mendengkus pelan. "Aku dengar dari Hermes kalau ia teringat dengan kekasih barunya saat melihat kerlip rasi bintang Ganymede. Kebetulan saja rasi bintang berantakan bersamaan dengan kerinduan pria itu."

Eos terkekeh pelan, kemudian memberikan segelas ambrosia kepada Apeliotes. "Efek sihir Hecate memang seberbahaya itu. Jadi, kau jangan macam-macam padanya. Ah, lebih tepatnya lagi, sebenarnya kau tidak usah macam-macam dengan semua dewa-dewi itu, sih. Cukup diam saja ketika kau masih bisa bersabar."

Apeliotes terkekeh pelan sambil menggoyang-goyangkan gelas berisi ambrosia. "Apa itu artinya aku boleh bermain-main dengan titan, manusia, atau nymph? Ada juga makhluk lain, sih, macam siren, mermaid, ... juga lycan."

Mendengar kata-kata terakhir Apeliotes, tiba-tiba kepala Eos berdenyut. Sang dewi fajar refleks memegangi kepala bagian depannya.

"Mama!" Apeliotes sontak meletakkan gelas ambrosia di meja dan langsung menahan tubuh Eos yang terhuyung. Wanita itu lantas jatuh pingsan.

Saat kekhawatiran tengah menyelimuti perasaan sang bintang fajar, Eris tiba-tiba datang dengan Euros dan Eosphoros di belakangnya.

Kedua putra Eos kaget dan langsung menghampiri Sang mama yang sudah dibaringkan Apeliotes di kursi panjang. "Ada apa dengan Mama? Kenapa tiba-tiba ia pingsan?!"

Apeliotes menggeleng tidak tahu. Ia panik, tetapi matanya terfokus pada Eris yang justru tenang-tenang saja saat melihat Eos jatuh pingsan. Ekspresi wanita itu terlihat janggal. Mengapa Eris malah tersenyum?

"Sepertinya kau berhasil memancing ingatan terpendam milik Eos untuk keluar. Satu tugas yang seharusnya kulakukan sudah kau kerjakan untukku. Terima kasih."

Eris kemudian mengepalkan tangan kiri, asap hitam lantas menyelimuti kepalan itu selama beberapa detik hingga akhirnya ia membuka kepalannya.

Tangan dewi perselisihan memperlihatkan sebuah kalung berliontin batu rubi bulat sempurna. Wanita itu lalu mengalungkan perhiasan emas itu di leher Eos.

"Mamaku, Nyx, memintaku untuk menyembunyikan kalung ini dari semua orang. Kalung batu rubi ini dibuat Orion dari darahnya sendiri khusus untuk Eos sebagai kenang-kenangan."

Eris meletakkan tangan kanannya di kening Eos. "Satu bulan setelah sepasang kekasih itu berpisah, Eos tahu kalau dirinya hamil putri Orion. Namun, karena perpisahan sudah terjadi, Eos pun memilih diam. Waktu itu mama kalian merasa bersalah karena sudah berhubungan dengan teman dekat Artemis diam-diam. Ketika putri mereka lahir, Orion sendiri malah tidak tahu."

Setelah merasa keadaan Eos sudah membaik, Eris menyingkirkan tangannya dari kening Eos. Wanita itu tersenyum sendu.

"Kalung batu rubi ini kemudian dipakaikan kepada putri Eos begitu bayi itu lahir. Namun, nasib tidak mengizinkan Eos untuk merawat bayinya. Mama kalian langsung jatuh pingsan setelah membawa bayi itu ke 'kuburan' Orion. Artemis kemudian menghampiri ibu-bayi ini, mengambil si bayi, dan menitipkannya kepada Selene juga mamaku. Selama hampir tujuh belas tahun, Eos kehilangan sebagian ingatannya setelah meminum air dari Sungai Lethe pemberian Artemis. Ya, kalian bisa tebak sendiri mengapa aku diminta Mama untuk menyembunyikan fakta penting ini."

Eosphoros yang lebih dulu sadar dari keterkejutan, lantas menatap Eos dengan iba. "Artemis tidak mau Mama bertemu dengan putrinya karena itu hanya akan membuat Sang dewi pemburu semakin marah. Namun, meskipun Orion sudah mati, mengapa Artemis tetap menyiksa jiwa Mama?"

Dalam benak ketiga putra Eos, kemarahan dan kesedihan sudah mulai melebihi batasnya. Mereka merasa sedih karena Eos sudah kehilangan kekasih, ingatan, dan putrinya. Mereka marah karena menganggap kecemburuan Artemis sudah di luar batas.

Eris lantas kembali berdiri. Wanita itu tiba-tiba tersenyum tipis. "Ketika Orion sedang menjalin hubungan dekat dengan Artemis, pria itu diam-diam memadu kasih bersama Eos. Apollo yang tahu hal ini karena diberitahu Helios tentunya marah. Ia pun memberitahu fakta ini kepada Artemis. Hubungan dekat Artemis dan Orion pun hancur seketika. Orion menyesal dan sampai mati dirinya pun belum mendapatkan maaf."

Eris mengambil gelas ambrosia di meja, meminum isinya dalam satu tegukan. Setelahnya, ia duduk di kursi rotan dekat kursi panjang yang Eos tiduri. "Aku ingin memberitahukan hal ini pada Eos, tetapi karena Apeliotes sudah melaksanakan tugas pertamaku, sekalian saja aku memberitahukan rahasia ini kepada kalian."

Euros dan Eosphoros pun ikut duduk di seberang Eris. Sementara Apeliotes duduk di lantai marmer sambil menggenggam tangan Eos.

"Kisah leluhur lycan yang mati dalam keadaan buta karena menatap rembulan merah pasti sudah pernah kalian dengar. Selama ini kalian hanya mendengar kisah tragis itu tanpa tahu siapa nama leluhur itu. Karenanya, hari ini aku ingin memberitahu kalian kalau sebenarnya Orion, kekasih Eos, adalah lycan legendaris dalam kisah tragis itu. Namun, karena kematian Orion belum disetujui Hades, Dionysus pun membuatnya bereinkarnasi."

"APA KATAMU?!" Ketiga putra Eos berteriak secara bersamaan.

"Kalian juga harus tahu kalau putri Eos yang selama ini disembunyikan adalah orang yang sama dengan oracle spesial milik Apollo yang sejak kecil sudah dirawatnya."

Euros mengerutkan dahi, menyibak rambut keritingnya, lalu menatap Eris dengan tajam. "Apa selain kami, ada yang tahu mengenai rahasia ini?"

Eris terkekeh, tetapi ia mengangguk tanda mengiakan pertanyaan Euros. "Semua yang hadir di pesta ulang tahun pernikahan Hera tahu akan rahasia ini. Mereka memilih diam karena itu adalah perintah Zeus yang tidak mau Artemis sampai melenyapkan para kaum lycan yang waktu itu jumlahnya masih sedikit hanya karena kemarahan dan kecemburuan gadis itu. Kaum lycan harus tetap ada agar semua manusia mengingat salah satu contoh kutukan yang bisa saja mereka terima jika berani menyakiti perasaan keturunan Zeus."

¤¤¤¤¤¤¤

Wonosobo, 13 November 2022

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top