04 -- Fakta
Sesungguhnya langit baik-baik saja.
Atlas juga baik-baik saja.
Lantas mengapa langit di Pulau Delos terlihat retak dan bisa kapan saja runtuh?
Itu—
"Apa yang sedang kau lakukan, Hecate?"
Dewi pemilik tiga wajah itu menoleh ke arah suara, kemudian tersenyum kecil. Ia menyingkirkan tangan dari sebuah bola kaca yang sedang menampakkan keadaan Pulau Delos.
"Persephone, aku hanya ingin menambah daya magis ilusi ketiga graiai saja. Bukankah sebelum bahagia mereka harus menderita terlebih dahulu?"
"Tapi ...."
Hecate menggeleng tidak setuju. "Entah mereka dewa-dewi atau manusia. Selagi hidup mereka masih diatur oleh ketiga moirai. Bagiku itu sama saja."
Persephone pun menghela napas. Sebentar lagi ia akan kembali pulang ke Dunia Bawah, tetapi kegelisahan karena Melinoe dan Apollo pun belum berkurang. Belum selesai kasus keduanya, sekarang ketiga graiai dan Hecate seakan menambah kadar kemalangan Apollo.
"Ketiga graiai, Melinoe, dan aku hanyalah menjalankan tugas sesuai ketentuan ketiga moirai. Dionysus mengatur kelahiran Orion kembali bukan dengan tanpa tujuan. Pria itu harus lahir kembali untuk tugas baru."
Persephone mengerutkan dahi. "Tugas baru?"
Hecate pun mengangguk pelan. "Apa kau pernah melihat kedua mata Oracle Flo?" Sang dewi kemudian memperlihatkan sosok Flo melalui bola kaca miliknya.
"Matanya, ya? Ah, sekilas aku seperti sedang melihat mata Orion saat ia dalam wujud lycan. Ada penyesalan, keputusasaan, dan cinta yang hancur. Awalnya iris mata Orion hitam, tetapi lama-kelamaan berubah menjadi lavender karena terus-menerus menatap bulan. Orion mati dalam keadaan buta dan waktu itu Hades bilang tugas Orion di dunia belum selesai."
Hecate tersenyum masam. "Nyx dan Selene bahkan pernah mengatakan padaku kalau Orion itu menyedihkan. Ia mencintai Artemis, tetapi Apollo tahu kalau Orion juga menjalin hubungan dengan Eos. Orion juga tak tahu kalau setelah kematiannya, Eos datang ke tempat kematian Orion sambil membawa bayi hasil percintaan mereka. Eos kehilangan ingatan mengenai Orion dan putrinya setelah terpapar sinar bulan purnama. Sinar bulan yang biasanya bersinar untuk menerangi malam, kemudian berubah menjadi sinar bulan merah yang mengerikan. Waktu itu Artemis sengaja menghapus ingatan Eos karena masih sangat membencinya."
Kedua mata Persephone membola. "Apa itu artinya—"
"—ya, tebakanmu benar, Persephone. Oracle Flo adalah putri Orion dan Eos. Setelah Eos pingsan, Artemis pun membawa bayi Flo kepada Nyx dan Selene. Mereka berdua diminta merawat bayi itu sampai Flo sudah bisa mengendalikan diri agar tidak berubah menjadi lycan sesuka hati. Setelah itu Artemis pun membawanya ke kuil Apollo. Seperti yang kita ketahui selama ini, Apollo menemukan Flo, lalu merawatnya sampai dewasa bahkan sampai menjadikannya sebagai seorang oracle berkat dirinya yang mampu mengartikan mimpi orang-orang dengan tepat."
Hecate lantas mendengkus pelan. "Apollo-Artemis sama-sama bersalah. Apollo membuat Artemis membenci dan mengutuk Orion menjadi lycan. Artemis pun membuat Eos kehilangan ingatannya mengenai Orion dan Flo. Mereka sudah mempermainkan hidup seseorang dan secara tidak langsung mereka sudah mempertaruhkan kehidupan mereka sendiri."
¤¤¤¤¤¤¤
'Lavender terpetik, Kinthos pun kacau. Kisah cinta dua dunia yang belum usai akan timbul kembali. Pembunuh dan pecinta bersatu. Sanggupkah dua cahaya Leto bangkit setelah terluka?'
Malam itu Melinoe kembali mengingatkan Apollo akan ramalannya saat pria itu ketiduran di ruang tengah melalui mimpi buruk. Ia juga memberi tahu Apollo kalau langit di Pulau Delos baik-baik saja.
"Dengan banyak masalah di sekitar kita akhir-akhir ini, aku pikir kita sedang diperingatkan. Ada kesalahan di masa lalu yang membuat kita menjadi begini."
Apollo menatap Pulau Delos yang sudah mulai pulih kembali. Setelah satu bulan sejak bencana alam terjadi, keadaan mulai membaik. Walau begitu, Apollo sama sekali tidak merasa lega.
Artemis diam-diam mengingat Orion, Eos, dan ... Flo. Walau Orion yang awalnya bersalah karena sudah mengkhianati Artemis, tetapi pada akhirnya pria itu mati dalam penyesalan. Bukan hanya Orion, Artemis juga bersalah kepada Eos dan Flo. Ia sudah memisahkan seorang ibu dan anak. Ia sudah melakukan dosa besar.
"Foebus, jika aku memberitahumu kalau diriku sudah melakukan dosa besar, apa kau percaya?"
Apollo mengalihkan pandangan dari langit, kemudian tersenyum kecil. "Manusia menganggap kita sebagai dewa, walau pada nyatanya, kita sama seperti mereka. Kita hanya terlahir dengan julukan makhluk 'suci' karena memiliki banyak keunggulan dan hidup abadi. Selebihnya, kita sama seperti mereka. Kita bernapas, makan, minum, tidur, bahkan dapat merasakan cinta dan benci. Bisa dipastikan kalau kita punya sisi terang dan sisi gelap layaknya manusia. Hidup kita juga diatur oleh ketiga moirai."
Apollo menghela napas panjang, kemudian mengelus rambut panjang Artemis. "Katakan padaku apa yang ingin kau katakan. Aku akan mendengarkan."
Artemis lantas duduk di kursi taman, kemudian menatap Apollo dengan sendu. "Flo adalah putri Orion dan Eos. Sesaat setelah ia lahir, aku membuat Eos lupa ingatan, tepat ketika ia menatap bulan merah. Aku menitipkan Flo kepada Nyx dan Selene selama tujuh tahun, sebelum akhirnya aku membawa Flo ke kuilmu. Awalnya aku mengira kau akan membunuh gadis itu karena ia punya potensi besar untuk melampauimu, tetapi aku salah duga karena pada nyatanya kau justru merawat gadis itu hingga saat ini."
Apollo yang awalnya ingin menghibur Artemis yang tengah bersedih hati, tiba-tiba terdiam. Mendadak kepalanya terasa begitu kosong, sesuatu seperti baru saja meninggalkan otaknya.
"Apa katamu?!"
Artemis tersentak kaget, lantas menunduk ketakutan ketika melihat kilat api di balik bola mata Apollo. Sang adik jarang sekali marah, ia adalah tipe orang yang sabar. Ia bukan Ares yang mudah mengacungkan pedang kepada lawan karena marah, ia juga bukan Hephaestus yang sensitif terhadap ucapan orang lain.
"Maaf, maafkan aku, Foebus. A-aku ... aku ... aku sudah sal—"
"Diam! Sekarang kau diam! Dengarkan aku baik-baik!" Apollo mencengkeram bahu mungil Artemis dengan wajah memerah padam.
Artemis mendongak, menatap Apollo dengan ragu. "Foebus ...."
Apollo kemudian tersenyum sendu. Pria itu tiba-tiba memeluk Artemis dengan erat. "Aku sudah tahu, Foibe. Aku tak sembarangan menjadikan Flo sebagai seorang oracle di kuilku. Secara tidak langsung, aku telah membuatmu membenci Orion dan Eos. Aku melindungi Flo bukan karena aku ingin, aku merasa bersalah kepadanya. Sama sepertimu, aku sudah membuatnya berpisah dari Orion dan Eos. Foibe, aku juga ingin menebus kesalahanku."
Apollo dan Artemis sama-sama tahu dan mereka sama-sama diam. Orion dan Eos mungkin sudah berbuat bersalah kepada Artemis, tetapi putra-putri Leto tahu jika Flo tidak memiliki salah kepada mereka.
"Flo adalah seorang lycangod. Apa jadinya ia jika anak Zeus benar-benar ada?"
Apollo melepas pelukannya, kemudian mendengkus kesal. "Aku benci mengakui itu, tapi sepertinya anak mereka akan memiliki kekuatan yang besar. Campuran darah Orion dan Eos mengalir deras di tubuh Flo sudah membuatnya tumbuh menjadi kuat. Flo hamil dan kekuatan milik Zeus pasti akan melindungi gadis itu juga calon bayinya."
"Apa itu tidak masalah?"
Apollo pun menggeleng pelan. "Aku tidak tahu pasti. Entahlah, kita lihat saja nanti."
Apollo merasa marah, sedih, kesal, juga kecewa setelah tahu kalau sang kakak pandai sekali menyembunyikan rahasia sebesar ini dari dirinya. Mengapa selama ini Apollo tidak bisa menyadari semuanya bahkan setelah dirinya curiga dengan banyak kelainan yang Flo miliki?
Apollo ingin melampiaskan semua rasa sesaknya karena sudah terlalu menahan diri, tetapi ia tidak bisa melampiaskannya kepada Artemis.
Mau bagaimana lagi, setiap orang pasti punya rahasia yang tidak bisa dibagikan kepada orang lain. Ini normal, tidak aneh.
Apollo lebih baik diam dan pura-pura tahu rencana kakaknya. Dengan begini, mungkin rasa marah yang mendominasi dirinya akan segera berkurang. Semoga saja.
Toh, mereka berdua sama saja, kan?
¤¤¤¤¤¤¤
Wonosobo, 05 November 2022
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top