02 -- Ambisi

Hera tahu betul seperti apa Zeus saat sedang tidak bersamanya. Banyak hal tidak terduga yang bisa ia lakukan, kadangkala menimbulkan kekacauan hingga membuatnya naik pitam. Di seantero Olympus, pria itu lebih dikenal sebagai seorang dewa yang senang berhubungan dengan para dewi, nymph, bahkan manusia yang ia rasa cantik dan menarik. Entah itu wanita ataupun ... pria.

Zeus selalu merasa tidak puas dengan rumah tangganya bersama Hera dan diam-diam menjalin hubungan dengan orang lain di belakangnya. Bukankah itu menjijikkan?

Kali ini Hera kembali geram dengan kelakuan Zeus setelah tahu kabar mengenai datangnya pria itu ke Kuil Delos demi 'mengunjungi' seorang gadis oracle pemuja Apollo dengan menggunakan bantuan ilusi.

Dari mana Hera tahu? Ah, itu—tadi tengah malam Aphrodite sempat memberi tahu dirinya kalau Oracle Flo yang selama ini selalu berdoa dan memuja Apollo, tiba-tiba berdoa kepada Aphrodite. Gadis itu meminta ampun karena terlambat sadar kalau dirinya sudah berbuat tidak bermoral dengan Zeus di dalam kuil suci karena pengaruh ilusi dan bukannya cinta yang suci.

Malam itu pun Aphrodite berkata, sepertinya gadis itu berpikir kalau cintanya terhadap Apollo sudah ternoda dan karena itu ada kemungkinan besar jika kepercayaan Apollo terhadap Flo mulai hancur secara perlahan. Ia mengira kalau aku yang seorang dewi cinta akan merasa terhina atas apa yang sudah Flo lakukan bersama dengan Zeus. Ia mengira kalau dirinya tak cepat-cepat meminta maaf pada dewi cinta, maka dirinya benar-benar akan hancur.

"Sayang sekali Oracle Flo justru memohon maaf pada dewi yang salah. Sebenarnya aku ingin memaafkan gadis kecil itu, tetapi jika ia saja bersikap seperti ini padaku, maka aku takkan diam saja," ucap Hera lirih.

Hera lantas mendengkus pelan. Ia menggoyang-goyangkan gelas emas berisi ambrosia sambil menatap jenuh sepasang kekasih di hadapannya. Di seberang wanita itu ada Eros dan Psyche yang tengah asyik memakan anggur hijau sambil bermesraan. Mereka tampak tidak mempedulikan suasana maupun keadaan sekitar.

"Di mana Aphrodite sekarang?"

Kekehan Eros ketika melihat Psyche yang marah padanya karena berbuat usil saat makan harus terhenti. Pria cantik berambut merah gelap keriting itu lantas menoleh ke arah Hera. Wajah wanita itu sedari tadi sudah masam dan Eros tebak ini pasti karena ulah Zeus lagi.

"Mama sedang memisahkan Ares dan Poseidon di taman."

Hera mengerutkan dahi karena heran. "Tumben sekali Aphrodite mau ikut campur dengan perkelahian para pria itu."

Eros pun tertawa lebar. "Mereka kembali bertengkar karena Ares mencemburui perhatian Mama terhadap Poseidon. Padahal Mama memberi perhatian sebagai bentuk balas budi karena tiga hari yang lalu Poseidon menyelamatkannya dari amukan Hades."

"Amukan Hades?"

Eros mengangguk pelan. "Mama sempat bertengkar dengan Persephone dan Hades. Ia hampir dibakar Hades jika saja tidak ada Poseidon."

Hera masih mengerutkan dahi. Ia heran dan bingung. "Karena apa mereka bertengkar?"

Eros pun mendengkus pelan. "Mama mengejek Persephone yang tengah fokus memandangi Apollo dengan rasa bersalah. Aku tidak tahu kenapa Persephone merasa begitu hanya karena Apollo sedang bermasalah dengan Melinoe."

Hera lantas terdiam. Ia tahu apa masalah Apollo akhir-akhir ini. Pria itu sulit tidur karena Melinoe sering memberinya mimpi buruk. Padahal dulu Melinoe yang menolak cinta Apollo, tetapi mengapa justru sekarang gadis itu mau repot-repot menjahili Apollo?

"Ah, ternyata begitu." Hera lantas tersenyum kecil. Wanita itu pun beranjak dari kursi sambil membawa gelas berisi ambrosia. Dalam hatinya, ia akan menunggu saat yang tepat untuk memberi pelajaran kepada Zeus maupun Flo. Kali ini ia akan diam dulu seakan-akan tidak tahu apapun.

Aphrodite yang seharusnya dibakar Hades karena sudah berbuat lancang kepada Persephone pun tetap saja mendapatkan perlindungan dari Poseidon. Wanita penggoda itu memang salah, tetapi karena Hades terang-terangan ingin membakar Aphrodite, maka pria itu yang terlihat lebih buruk.

"Jika aku berperilaku seperti Hades saat akan menghadapi Zeus maupun Flo, maka aku yang akan dipandang buruk. Karena itu, kali ini aku akan menggunakan cara halus dan tertata untuk memberi mereka pelajaran."

¤¤¤¤¤¤¤

Jika di Olympus Hera sedang sibuk menyusun berbagai jenis rencana balas dendamnya, maka di Delos sang oracle tengah bersimpuh di depan patung Apollo. Sudah satu hari satu malam Flo masih mempertahankan posisinya.

Flo tidak pernah menyangka jika dirinya akan menjadi salah satu korban tipu daya Zeus. Cinta suci yang selama ini ia jaga hanya untuk Apollo seorang, kini telah rusak karena ilusi.

"Walaupun kau bersimpuh di sana selamanya, itu takkan mengubah apapun."

Flo langsung menghentikan tangisannya begitu merasa Apollo sedang menghampirinya. Tangan Flo gemetar saat ia berusaha untuk menutup pandangannya menggunakan kain merah.

"Kau tidak perlu menutup matamu dengan kain lagi, Flo. Kau bukan lagi seorang oracle suci di kuilku. Kau akan segera bebas dari tugas itu. Sebenarnya ini sangat aneh karena kau tidak terbakar walau sudah menatap Zeus. Bukan hanya Zeus, tetapi aku dan Foibe juga. Mata itu ... aku curiga dengan mata itu."

Bukannya merasa lega, Flo justru merasa begitu sesak. Gadis beriris mata lavender itu menunduk sedih dan kembali menangis.

Artemis menatap sekilas Apollo yang masih mempertahankan wajah datarnya, kemudian menoleh ke arah Flo. Gadis itu menghela napas panjang, lantas memilih menghampiri 'mantan' oracle kebanggaan Apollo di Delos. Ia pun berjongkok dan mengelus rambut panjang berwarna hitam keunguan milik Flo.

"Kau takkan kembali ke Delphi selama kau mengandung anak Zeus. Jika Hera sampai melihatmu sendirian di sana, maka kau akan segera dibunuh. Karena itu, setelah semua yang sudah terjadi, kau akan tinggal bersama kami."

Flo menoleh ke arah Artemis dan Apollo secara bergantian. Dalam pandangannya, kedua dewa-dewi itu terlihat begitu mirip.

Apollo yang tengah menatapnya dengan lekat memiliki wajah yang begitu tampan. Iris matanya berwarna emas, rambut pirangnya yang pendek terlihat berantakan. Ia memiliki hidung yang mancung dengan bibir merah tipis. Terdapat tato kecil simbol matahari di dahinya. Perawakannya tinggi dengan tubuh yang tegap.

Sementara Artemis yang sedang mengelus rambutnya memiliki wajah yang begitu cantik. Iris matanya berwarna perak, rambut putih kebiruan miliknya tampak bersinar. Ia memiliki hidung mancung dengan bibir merah tipis. Terdapat tato kecil simbol bulan di dahinya. Perawakannya sedang dengan tubuh yang ramping.

Bila dipahami baik-baik, Apollo jauh lebih indah daripada Zeus yang kemarin menipunya dengan wajah yang sama. Aura Apollo bersinar hangat layaknya matahari pagi yang baru saja muncul dari balik gunung, berbeda dengan aura Zeus yang terlihat seperti petir yang menyambar di saat hujan deras turun.

Aura Apollo dan Zeus sangat berbeda, seharusnya Flo tahu itu. Zeus bisa saja berubah bentuk menjadi Apollo, tetapi bukankah aura pria itu tidak bisa dimanipulasi?

"Sudah hampir sepuluh tahun kau menjadi oracle di Delos. Aku sering mendatangimu, entah datang secara langsung atau melalui mimpi. Sekalipun orang lain merubah bentuk mereka menjadi diriku, bukankah seharusnya kau bisa membedakannya? Kau sendiri yang bilang jika kau begitu mencintaiku, lantas mengapa kau tidak mampu mengenaliku?"

Selama beribu-ribu tahun Apollo hidup, ia memang sudah memiliki banyak kekasih maupun pemuja. Namun, setiap kali ada orang lain yang ingin merebut perhatian mereka dari Apollo, rasa marah dan kecewa pun muncul. Terdengar egois, tetapi itu nyata adanya. Apollo tidak suka saat miliknya diusik.

Flo sontak menunduk, menggigit bibir bawahnya hingga terluka. Wanita itu menahan diri agar tidak menangis. Ia tahu Apollo begitu kecewa padanya. Amarah dewa itu samar-samar bisa ia lihat.

Artemis pun menatap Apollo, mencoba untuk memperingati pria itu dengan isyarat mata agar tak mengeluarkan amarah di hadapan Flo. Namun, sepertinya kali ini isyarat mata saja tak cukup. Kali ini Apollo 'sedikit' lebih kacau dari biasanya.

"Auramu dan Zeus memang sangat berbeda, tetapi Flo mungkin tidak tahu kalau aura orang yang menghampirinya kemarin berbeda dengan aura orang yang selama ini ia cintai. Saat itu Flo mungkin berpikir jika kau punya kepribadian lain yang membuatmu terlihat lain dari biasanya."

Zeus yang bersalah dan Flo tidak pantas untuk menerima kemarahan maupun kekecewaan dari Apollo begitu saja.

Artemis merangkul Flo, kemudian memapah oracle itu menjauhi kuil. Di belakang mereka, Apollo hanya bisa mendengkus pelan. Pria itu pun mengikuti kepergian keduanya. Mereka bertiga menghilang dalam sekejap.

Tidak ada yang tahu jika sedari tadi Zeus duduk diam di dekat Flo dengan menggunakan helm ajaib milik Hades yang bisa membuat pemakainya tidak terlihat maupun terasa hawa kehadirannya oleh siapapun.

"Aku adalah Zeus sang penguasa langit dan tidak ada satu pun makhluk hidup di bawah langit yang bisa lepas dari genggamanku kecuali atas kehendakku sendiri. Aku pastikan itu."

¤¤¤¤¤¤¤

Wonosobo, 22 Oktober 2022

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top