01 -- Awal
'Lavender terpetik, Kinthos pun kacau. Kisah cinta dua dunia yang belum usai akan timbul kembali. Pembunuh dan pecinta bersatu. Sanggupkah dua cahaya Leto bangkit setelah terluka?'
"Demi Leto!" Lengkingan suara di tengah keheningan pagi tiba-tiba terdengar dari sebuah ruangan.
Apollo terduduk di ranjang dengan napas terengah-engah. Ia menyibak rambut pirangnya ke belakang dengan kasar, segera beranjak dari ranjang, dan buru-buru meraih busur perak di atas meja sebelah kanan ranjang dengan kaki yang sibuk mencari-cari sandal emasnya di balik kolong ranjang.
Tidak menunggu waktu lama, tepatnya setelah sepasang sandal emas Apollo sudah ditemukan. Dalam sekejap, pemuda berambut pirang itu pun hilang dari pandangan.
¤¤¤¤¤¤¤
"Selamat pagi, Foibe!"
Gadis berambut perak panjang sepinggang dengan mahkota bunga asphodel itu menunduk, mengerutkan kening ketika melihat saudaranya tiba-tiba muncul di bawah pohon pinus yang sedang ia duduki.
"Kau datang kesiangan lagi? Lihatlah! Karenamu Helios turun tangan hari ini."
Apollo refleks menoleh ke arah timur, di sana ia melihat seorang pria tua tengah 'mengatur' matahari untuk keluar dari balik Gunung Kinthos. Ia tersenyum lebar sambil mengusap tengkuknya canggung.
Artemis mendengkus, lantas melompat turun dari pohon. "Apa ada masalah, Foebus?"
Senyum lebar Apollo langsung menghilang, kemudian pemuda itu menghela napas panjang. "Akan ada sesuatu yang terjadi di pulau ini, Foibe. Tidak hanya itu, aku juga mendapatkan pesan dari mimpi jika kekasihmu dan selingkuhannya akan datang ke sini."
Artemis kembali mengerutkan kening. "Kekasihku dan selingkuhannya?"
Apollo lantas berdecak pelan. "Orion dan Eos. Kau ingat?"
Artemis sontak memperlihatkan wajah datarnya. "Apa Orion sudah terlahir kembali?"
Apollo tersenyum sendu. "Sepertinya begitu. Maaf, aku sudah membuatmu mengingat kembali perselingkuhan mereka."
Artemis kembali mendengkus. "Terserah. Sudahlah, ayo kita pulang! Hari ini Mama akan pulang dan kita harus bersih-bersih rumah secepatnya."
"Bukankah ada banyak nymph di sana?"
Artemis lantas melotot ke arah Apollo. "Foebus!"
Apollo berdecak pelan, kemudian memilih diam, menatap datar saudarinya yang terus saja mengomel. Apa aku salah? Tidak, kan? Memangnya kenapa? Bukankah pekerjaan bersih-bersih rumah memang sudah diatur oleh mereka semua?
Persis seperti Apollo saat akan pergi dari kamar, keduanya lantas menghilang dalam sekejap dari pandangan.
¤¤¤¤¤¤¤
"Selamat datang, Mama!"
Apollo dan Artemis baru saja selesai membantu para nymph beres-beres rumah begitu Leto—sang mama—pulang sambil membawa keranjang bunga berisi bunga asphodel dan mawar. Tidak sendiri, kali ini ia datang bersama Demeter dan Persephone.
Diam-diam Apollo mengeluh dalam hati. Setelah menikahi Hades, Demeter sudah tidak menyembunyikan Persephone. Apa sekarang ia datang ke sini demi memamerkan itu semua?
"Tumben sekali kalian datang ke Delos."
Persephone tersenyum kecil, samar-samar wangi bunga hyacinth pun tercium dari tubuhnya. "Aku datang ke sini untuk menemuimu, Apollo. Aku ingin meminta maaf atas apa yang selama ini Melinoe lakukan padamu. Leto bilang setelah Melinoe menolakmu, ia mengusilimu selama setahun penuh. Kau pasti merasa sangat tertekan. Maafkan putriku, Apollo."
Artemis refleks menoleh ke arah Apollo. "Apa hal ini juga yang membuatmu sering terlambat bangun dan berulang kali menyusahkan Helios?"
Apollo lantas menghela napas panjang, mengabaikan pertanyaan Artemis, dan lebih memilih berbicara dengan Persephone. "Bukan kau yang seharusnya datang ke Delos. Ini adalah masalahku dan Melinoe. Lagipula jika sampai Hera tahu kalian datang ke sini, aku yakin wanita itu akan berpikir jika kalian datang ke mari untuk berkomplot dengan kami."
Bukan hal mengejutkan jika Hera yang menjadi istri Zeus satu-satunya sering berprasangka buruk kepada orang lain, terutama kepada para wanita Zeus seperti Leto dan Demeter juga anak hasil dari hubungan mereka seperti Apollo-Artemis dan Persephone.
Konyol. Apollo berpikir jika pemikiran Hera sangatlah konyol. Jika Zeus tidak lebih dulu menghampiri wanita-wanita itu, perselingkuhan tidak akan mungkin terjadi.
"Apa itu mempengaruhimu, Foebus? Sudah dari dulu wanita itu membenci kita. Ini bukan hal yang baru." Artemis kembali menginterupsi pembicaraan Apollo. Ia tidak suka diabaikan apalagi oleh saudaranya.
Apollo menggeleng pelan, menatap saudarinya yang tengah menata bunga-bunga dari Leto di pot. "Hera adalah wanita yang tidak waras jika sudah berhubungan dengan para wanita dan anak Zeus yang lain. Ia licik, kau paham dengan ucapanku?"
Wangi bunga hyacinth menghilang, bersamaan dengan munculnya wangi lain, wangi buah jeruk muda yang asam. Persephone mendengkus pelan. "Bukan hanya kepada Mama, Hera juga membenciku. Kau benar sekali jika mengatakan semua bentuk perselingkuhan itu terjadi karena Zeus."
Demeter mengelus rambut pirang panjang Persephone yang hari ini digerai dan diberi mahkota bunga mawar merah. "Maafkan aku karena waktu itu aku sampai kecolongan hingga kau berhasil terperdaya olehnya, Persephone."
Persephone menoleh ke arah Demeter, tersenyum sendu sambil menggeleng pelan. "Bukan kau yang salah, Mama. Hanya memang nasibku yang waktu itu tidak mujur. Mama, sekarang aku sudah bahagia bersama Hades. Tidak apa-apa."
Apollo tersenyum tipis mendengar ungkapan Persephone. Ia kemudian memeluk Leto dari belakang, sementara tatapannya jatuh kepada Persephone. "Ma, aku juga akan selalu berusaha untuk hidup bahagia. Kau tidak perlu khawatir."
Wangi lavender yang lembut menyapa indra penciuman Apollo, membuatnya mendengkus pelan. Jika saja Hades tidak pernah membawamu pergi, mimpi buruk karena Melinoe tentunya takkan datang padaku, Persephone.
Artemis diam-diam menyeringai ketika tahu reaksi canggung Persephone saat Apollo menatapnya dalam. Naif sekali.
¤¤¤¤¤¤¤
Demeter dan Persephone kembali ke Olympus setelah selesai memakan jamuan makan siang. Setelah kedua wanita itu pergi, Leto pun tidur siang, sementara Artemis tiba-tiba menarik lengan Apollo keluar rumah, membawanya pergi ke padang bunga.
"Aku sudah mengenalmu sejak kecil, Foebus. Kau bukan seseorang yang seperti ini. Hera bukanlah apa-apa bagimu. Kau menyembunyikan sesuatu dariku, kan?"
Apollo terkekeh canggung ketika Artemis memelototinya. Ia mengusap tengkuk, lantas duduk menyenderkan diri di pohon pinus yang pagi tadi Artemis panjat. Ekspresinya pun berubah dalam sekejap. Ia terlihat begitu gusar.
"Zeus keluar dari kuilku yang Oracle Flo jaga. Ia menyamar menjadi diriku dan memasang ilusi di sana."
Artemis berkacak pinggang, menatap Apollo yang memejamkan mata dengan curiga. "Oracle Flo adalah gadis cantik dari Delphi yang sangat mencintaimu hingga mau tinggal di Delos. Ia takkan menolak perintah maupun keinginanmu dan sepertinya Zeus menggunakan cinta Flo untukmu demi kepentingannya sendiri."
Apollo membuka mata, lantas tersenyum sendu. "Aku berusaha menghilangkan efek ilusi Zeus menggunakan irama lira milikku, lalu ketika aku berhasil masuk ke kuil, Flo langsung bersujud padaku sambil meminta maaf. Ia memintaku untuk tidak mengusirnya dari kuilku. Bahkan sampai hari ini, aku belum bisa memberikan jawabanku untuknya."
Artemis lantas duduk di samping Apollo. "Kau takut kalau Hera sampai mengutuk Oracle Flo?"
Apollo menghela napas panjang, kemudian tersenyum masam. "Flo tidak bersalah, tetapi Hera mungkin akan segera tahu kalau Zeus datang ke kuilku untuk menemui Flo. Zeus yang bermain api dan orang lain yang akan terbakar."
Artemis terdiam sejenak, saudaranya terlihat begitu gusar dan ia tidak suka hal itu. Namun, ia juga penasaran dengan ramalan lain yang Apollo beritahukan padanya. "Apa yang membuat reinkarnasi Orion datang ke Delos bersama dengan Eos? Tidak mungkin mereka datang hanya untuk memamerkan kemesraan padaku, kan?"
Apollo pun terkekeh pelan. "Orion dan Eos mungkin datang ke Delos karena ia masih terikat padamu. Bisa juga karena hal yang lain. Entahlah ...."
Apollo menghela napas sebentar kemudian kembali melanjutkan pembicaraan. "Pesan Melinoe di akhir mimpi burukku muncul tadi pagi setelah seminggu sejak hari di mana Dionysus memberitahuku kalau Orion telah lahir kembali di bumi dan kedua pesan ini pasti saling berkaitan dengan apa yang akan terjadi kepada Flo nanti. Semoga saja tidak, tetapi mustahil jika Hera tidak menghukum seseorang yang telah membuatnya marah. Iya, kan?"
¤¤¤¤¤¤¤
Wonosobo, 19 Oktober 2022
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top