Part 6: The Truth

PELURU TAJAM YANG MENEMBUS TUBUHKU.
TIDAK ADA APA-APANYA DIBANDING MELIHAT AIRMATA GADIS ITU.

(Budi Ramadan)

+++++

"Ak-47, Magnum 344, Shotgun, Spas-12, Rifle, Katana, Badik, granat, flashbom, Tokalev, mmm... Sebenarnya masih banyak lagi. Kau mau pilih yang mana?" tanya Budi sambil menatap Emily.

Emily merasa rahangnya jatuh ke bawah. Pemuda itu membawa sekoper penuh senjata!

"Kau mau liburan atau ikut perang sih?"

Budi terkekeh. "Bisa dibilang perang sambil liburan." jawabnya.

Emily menepuk kening dengan tangannya. "Aku bisa memakai panah." ucapnya.

Budi mengambil sebuah benda dari koper besi miliknya. Benda itu seperti busur panah, tapi terlihat lebih besar dan gagah. Serta terbuat dari besi.

"Apa itu? Bentuknya seperti busur?" tanya Emily.

Budi menganggukkan kepala. "Ini Crossbow, seperti busur panah. Tapi punya satu keistimewaan."

"Apa itu?"

Budi mengambil sebuah panah dari kantong panah Emily, memasangnya pada Crossbow itu dan membidik salah satu dahan pohon terdekat setelah menekan pelatuknya.

"Wow! Kelihatannya praktis!" puji Emily.

Budi mengangguk. "Memang, kau tinggal menekan pelatuknya dan panah akan langsung melesat."

Budi menyerahkan Crossbow itu pada Emily yang langsung memeluk benda itu dengan senang. Pemuda itu merasa sangat ingin menukar tempat si Crossbow dengan dirinya saat ini.

"Aku punya panah tambahan, kau bisa memakai..."

BRUK!

+++++

Emily pingsan. Gadis itu kini tengah terbaring di pelukan Budi dengan kain basah dikeningnya. Matanya memandang sekeliling dengan sayu. Sesekali dia meracau, seperti bicara dengan seseorang.

"Budi, mama itu apa? Tomi selalu bilang dia menyayangi mamanya." racau Emily. Wajahnya semakin memerah.

Budi menyentuh kening Emily. Gadis itu demam tinggi. Keningnya panas sekali.

"Mama itu adalah orang yang melahirkan kita." jawab Budi.

"Kalau papa? Itu apa?" Tanya Emily, lagi.

"Papa itu orang yang ikut melahirkan kita, tapi dia tak mengandung. Hanya mama yang mengandung."

"Oohh begitu, aku tak tahu siapa mama dan papaku. Apa aku lahir begitu saja?"

"Kalau itu, aku tak tahu. Tapi aku yakin, mereka ada di suatu tempat." jawab Budi dengan sabar.

Kemudian, dia terdiam. Disaat Budi mengira gadis itu tertidur, tubuhnya bergetar hebat dan tiba-tiba dia berbisik dengan sangat lirih,

"Budi, aku takut. Mereka itu siapa?"

"Mereka? Tidak ada siapapun disini."

"Mereka semua berpakaian serba putih, kupikir mereka malaikat tapi nyatanya mereka semua iblis. Aku takut."

Budi mengeratkan pelukannya dan mengecup pucuk kepala Emily. Mencoba menenangkan gadis itu.

"Tenang, aku ada di sini." bisiknya sambil tersenyum.

"Benarkah?"

Budi menganggukkan kepala. "Aku janji."

"Mereka membawaku ke hutan ini." ucap Emily, tiba-tiba.

"Siapa?" tanya Budi.

"Orang-orang berjubah putih itu, mereka memasukkanku ke dalam kotak kayu."

"Lalu?"

"Aku dimasukkan ke dalam sebuah kendaraan, aku tak tahu apa itu. Yang jelas, aku bergerak. Sesekali tergoncang di dalam kotak."

"Apa yang terjadi setelahnya?"

"Saat itu terjadi goncangan yang cukup keras. Aku yang di dalam kotak terlempar keluar, dan mendarat di hutan ini."

Kemudian, Emily benar-benar tertidur pulas. Suara dengkuran kecilnya terdengar di telinga Budi.

"Tak salah lagi, dia hilang ingatan." gumam Budi.

+++++

(Emily POV)

Entah kenapa kepalaku terasa pening. Aku membuka mata dan hal yang kuingat pertama kali adalah setumpuk senjata berbagai jenis di hadapanku. Oh iya, Budi. Pemuda itu punya banyak sekali senjata.

Hei, di mana dia? Aku mengedarkan pandangan ke segala arah, dia tak ada di manapun. Apa dia keluar tenda?

Kulit sekitar leherku terasa hidup saat sebuah kepala tersuruk di sana. Aku menoleh dan menyadari Budi yang duduk di belakangku. Kedua lengannya melingkat di perutku. Kepalanya di balik punggungku, dan tubuh kami saling menempel.

Rasa itu kembali muncul.

Astaga, rasa itu lagi. Dulu, rasa ini tak pernah muncul hingga aku bertemu pemuda ini. Jantung berdegup kencang, semburat merah yang membuat pipiku merona, dan rasa malu yang menelusup di dalam benak.

Tidak, rasa ini tidak bisa dibilang malu.

"Itu bukan malu bodoh."

Aku menoleh dan menyadari dia yang menatapku dengan mata sayu. Hei, wajahnya juga memerah. Apa-apaan ini?! Bagaimana dia tahu isi pikiranku?

"Dari tadi kau meracau terus soal rasa, dan aku yakin betul itu bukan malu." ucapnya. Wajahnya terlihat yakin.

"Lalu, itu rasa apa?" tanyaku.

Senyumnya mengembang. "Cinta."

+++++

"Cinta? Benda apalagi itu? Mmm... Kalau cinta sih aku banyak, aku suka jamur, sate rusa, oh iya aku juga suka kelinci liar." ucapku sambil menatapnya.

Dia menggeleng. "Cinta berbeda dengan suka. Saat kau menyukai sesuatu, kau bisa sewaktu-waktu meninggalkannya karena berbagai alasan. Sedangkan cinta lebih dalam daripada itu, kau akan sangat sulit meninggalkan sesuatu yang telah kau cintai.""

"Benarkah? Artinya aku mencintaimu? Begitu?" tanyaku.

Dalam sekejap, wajahnya merah merona. Dengan artian, merah seluruhnya. Mata kuningnya itu bersinar, seperti ada cahaya di dalamnya. Alisnya mengangkat ke atas seperti orang yang baru saja melihat hantu.

"A, apa katamu tadi?"

"Tidak apa-apa! Aku tak mengatakan apapun."

Pupil matanya meredup dan kembali menjadi kuning yang suram. Dingin dan kejam. Tapi senyum tetap melekat di wajahnya. Entah perasaanku saja atau dia seperti baru saja disakiti.

"Sudahlah, aku mau menunjukkanmu sesuatu." ucapnya.

Aku menggeser tubuhku agar dia bisa berdiri. Dia berjalan menuju bagian lain tenda dan melompat ke dahan di bagian atas pohon.

"Hei, kau mau kemana?" tanyaku.

"Emily, kemarilah!" teriaknya dari atas. Aku mencoba berdiri dan kepalaku mendadak terasa pusing. Ini pasti karena demam tadi, entah kenapa sejak kemarin aku merasa tidak enak badan.

"Sebentar!" balasku. Aku melangkah sambil sesekali berpegangan pada benda di lantai. Saat aku mencoba naik, muncul sepasang tangan yang menggenggam tanganku dan mengangkatku naik.

"Maaf," ucapnya sambil menatapku. "aku lupa kau masih sakit."

Aku menggelengkan kepala. "Sudah mendingan kok." balasku.

Budi mengangkat tubuhku ke atas semudah mengangkat sehelai kain. Senyum mengembang di wajahnya saat dia menggoyang-goyangkan tubuhku.

"Astaga, tubuhmu ringan sekali! Kau makan apa sih selama ini?" ucapnya.

"Kebanyakan jamur liar, terkadang rusa atau kelinci. Penduduk desa sudah menawariku untuk tinggal dengan mereka, tapi aku memilih tinggal di tengah hutan." jawabku.

"Kenapa?"

"Aku kurang nyaman di sana, desa dekat sekali jaraknya dengan gudang milik Don." bisikku. "Mobil-mobil milik anak buahnya sering melewati desa."

"Apa kau pernah masuk ke dalam gudang?" tanya Budi.

Aku menggeleng. "Belum pernah." jawabku. "Tapi, aku punya denah bagian dalam gudang itu."

Wajah Budi terlihat kaget. "Apa? Kau punya?!"

Aku menganggukkan kepala. "Iya, gudang itu sebenarnya sangat luas. Selain luas, sebenarnya Don membangun gudang itu hingga ke bawah tanah."

"Bagus," gerutunya. "Gudang yang luas, ditambah dengan bawah tanah. Misi ini akan sangat sulit."

+++++

Suara-suara ribut terdengar dari arah ruang keluarga. Seorang anak laki-laki beriris kuning terang meringkuk di pojok kamarnya dengan seekor kucing hitam yang bergelung di pelukannya. Sesekali, kucing itu mendengkur ketakutan saat suara ribut itu semakin kencang.

PRANG! GRATAK! GRUSAK!!

Anak itu menundukkan kepala, mencoba menyembunyikan suara tangisan. Dia tahu, bila tangisannya terdengar dia pasti diseret lagi ke gudang.

Kali ini sederet kalimat makian dan sumpah serapahan yang terdengar. Membuat telinga siapapun yang mendengar akan terasa panas seketika. Anak itu berjengit saat kucing di pelukannya mengeong pelan.

Meong...

"Sstt Holmes, diamlah!" bisik si anak.

Beruntung, kucing itu menurut dan tetap diam walau sesekali dia mendengkur pelan. Anak itu tersenyum kecil, tangannya mengelus si kucing dengan perasaan senang.

Di rumah yang bagai neraka ini, hanya si kucinglah teman satu-satunya.

+++++

TO BE CONTINUED...

Haleoo!!

Akhirnya update juga ini cerita! *ngakak* pengennya sih aku mau update pas malam tahun baru, taunya telat sampe hari ini *ditimpuk readers*.

Tau Human Puppet buatanku? Hari ini cerita itu dihapus dan akan kembali dalam waktu dekat setelah direnovasi habis-habisan *melotot saat melihat eyd, tanda baca, dan diksinya yang bikin mata buta seketika* /lebay.

Oh, satu lagi...

FPW akan diundur open membernya karena sedang melakukan event. Ditambah dengan kesibukan leader serta adminnya *nangis jejeritan*.

Terakhir, terima kasih buat kalian yang udah mau ngebaca cerita abal-abal ini *lempar aja aku ke jurang!!* sampai sekarang bahkan rela komentar panjang lebar kali tinggi pangkat dua bagi seratus XD.

See ya at my next update!

-komen dan votenya jangan lupa

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top