[1] -Three Blessings and A Curse-
Three Blessings and A Curse
[Written By Ruce Morgan]
08 August 2022
|Completed|
____________________________
Tak seperti hari ketika cuaca tersipu direngkuh awan pudarkan terik mentari, hari itu hangat pagi terasa angkuh menampakkan diri sisihkan desau mimpi dari sisa geliat lelap semalam.
Riuh lalu lalang manusia terdengar bersemangat menyebut-nyebut nama Raja Stefan dan Ratu Leah beserta putri mereka—Aurora, enggan memudar tertelan hentakan kaki-kaki kuda yang menggiring ratusan pasukan berzirah dan para petinggi dari Kerajaan seberang.
Alun-alun kota Hamsel diwarnai gelembung merah muda kegembiraan, susup dalam gelak tawa anak-anak kecil berlarian--saling mengejar sembari memegang boneka kayu yang telah dipahat menyerupai bentuk Raja Stefan dan Ratu Leah sebagai penguasa Kerajaan Stendert.
Seperti sebuah festival di hari-hari besar, seisi Kerajaan menyambut penuh perayaan itu. Ungkapan selamat dan syukur tak bosan terlontar, turut memberkahi kelahiran Putri Aurora yang kini berusia 3 bulan sebagai satu-satunya pewaris dan harapan Kerajaan Stendert di masa depan.
Raja Stefan menarik seulas senyum tipis menatap Pangeran Philip kecil yang datang bersama Ayahnya—Raja Zerg dari Kerajaan Peru. Peru bersahabat baik dengan Stendert, bahkan kedatangan Pangeran Philip dan Raja Zerg hari ini memiliki maksud tertentu selain memberi selamat kepada Raja Stefan dan Ratunya.
“Selamat datang Yang Mulia Raja Zerg dan Pangeran Philip,” ucap Raja Stefan yang disambut tawa kecil dari Raja Zerg. Pria paruh baya itu merengkuh bahu Raja Stefan, nampak sangat akrab dan antusias, seperti teman yang telah lama tidak bertemu.
“Nah, di mana putri kecil yang selalu kau bicarakan itu? Biarkan aku dan Philip melihatnya, bukan begitu Philip? Tidakkah kau sangat ingin bertemu dengan tunanganmu?” canda Raja Zerg mengedipkan mata jahil pada Pangeran Philip yang menghela napas tidak berdaya, bocah berusia 7 tahun itu benar-benar tahu tabiat ayahnya—selalu suka bercanda, pengecualian untuk keadaan yang sangat serius.
Mereka berdua mengikuti Ratu Leah menuju keranjang bayi Aurora yang diletakkan tepat di samping singgasana. Aurora kecil menatap Pangeran Philip dengan kedua mata hitam bundar berairnya, rambut kuning keemasan khas keluarga bangsawan Stendert melengkapi kelucuan bayi berusia tiga bulan itu. Menggumamkan beberapa suara yang tidak dimengerti Pangeran Philip.
Setelah dua perwakilan Kerajaan Peru undur diri, Raja Stefan kembali menyambut tiga tamu kehormatannya dengan suara lantang sang pengawal mengumumkan, “Selamat datang Peri Flora, Peri Fauna, dan Peri Merryweather!”
Ketiga peri kecil kepercayaan Stendert itu turun tepat di depan Raja Stefan dan Ratu Leah bersama kemerlap cahaya yang melingkupi mereka. “Hormat kami, Yang Mulia Raja Stefan dan Yang Mulia Ratu Leah. Semoga selalu diberkati.”
Ketiga peri itu memberikan hadiah berkah kepada Aurora. Flora memberkahi Aurora dengan kecantikan menakjubkan, Fauna dengan suara indah yang dapat menggetarkan hati siapa pun yang mendengarnya.
Namun, ketika berkah terakhir akan diberikan Merryweather, suasana seluruh istana berangsur dikepung kesuraman dan gelap disertai angin kencang. Debuman keras pintu istana yang dihentak terbuka lebar—membawa sosok tinggi bertanduk dan berenergi jahat memasuki istana.
“Peri jahat yang dilaknat di dunia manusia ... Maleficent!” napas Raja Stefan tersendat, jelas dia tahu, kedatangan Maleficent tidak akan pernah membawa hal baik untuk mereka.
“Ah, senang mengetahui kau tetap mengenaliku ... Yang Mulia. Itu menandakan eksistensiku di dunia ini bukanlah sesuatu yang remeh. Bukan begitu?” Maleficent menyeret jubah panjang hitamnya di sepanjang karpet merah—mendekati singgasana Raja Stefan, tiap langkahnya seolah ikut menarik semua manusia yang hadir ke jurang neraka meski telah mencoba meminimalisir keberadaan dengan menahan napas—menciutkan diri.
Pengawal di sekitar Raja Stefan sontak mengangkat pedang mereka mengepung Maleficent, namun tidak ada yang benar-benar berani menggores kulit putih pucat wanita itu.
Maleficent mengibaskan tangan, menyapu seluruh pengawal yang mengelilingi dengan kekuatannya hingga mereka semua terlempar keras menabrak pilar, tersangkut di lampu gantung besar di tengah istana atau menjadi remuk di lantai. Jeritan dan kekacauan bangsawan tidak menghalangi Maleficent untuk mencengkram leher Raja Stefan dari tempatnya berpijak, hampir mematahkan tanpa menyentuhnya.
Kemarahan ganas berkobar di mata yang awalnya hitam itu makin pekat, seolah ingin menelan semua yang ada dihadapannya. Cengkramannya di leher Raja Stefan juga turut mengencang, tangisan Ratu Leah yang memohon pada Maleficent untuk membebaskan Raja Stefan yang tergantung di udara tak pernah masuk ke telinganya. Sementara tiga peri ketakutan, menenangkan Aurora yang tangisnya akan pecah sebentar lagi.
“Kau jelas tahu kesalahanmu Stefan! Kau akan menanggung semua akibatnya, kau akan menderita, kau dan seluruh keturunanmu! Aku akan membunuh kalian semua! Mati!” Splash. Suara lesatan anak panah bersamaan dengan runtuhnya tubuh Maleficent—jatuh berlutut di karpet memegangi dadanya yang tertancap sebilah anak panah terlihat sangat menyakitkan.
“Maleficent! peri jahat tidak tahu malu yang beraninya melukai keluarga Kerajaan Stendert! Kau lah yang pantas mati biadab!” seorang pria berzirah dan lambang Kerajaan Stendert di dadanya berdiri di samping singgasana menghalangi Raja Stefan yang telah dilepaskan, dia memegang busur dan memandang Maleficent keji.
Tangisan Aurora tiba-tiba terdengar, hati Raja Stefan menegang, segalanya menjadi hening kala Maleficent terkekeh sumbang dan mencabut anak panah berlumur anyir darah dari dadanya tanpa rasa sakit sedikitpun terlukis di wajahnya.
Dia berdiri—sesekali terhuyung, lalu mengacungkan jari telunjuknya tepat ke keranjang bayi Aurora dan berucap lantang, ucapan yang merobohkan harapan terakhir Raja Stefan. “Sesuai janjiku Stefan! Aku akan membuatmu menderita, menderita sebelum menemui maut! Aku mengutuk putrimu, aku mengutuk anak itu untuk mati tertusuk jarum pemintal di usianya yang ke tujuh belas tahun sebelum terbenamnya matahari! Dan tidak ada yang bisa mematahkan kutukan itu kecuali cinta sejati ... yang jelas tidak pernah ada. Menderitalah selama sisa hidupnya!” Kemudian disertai hardikan gusar halilintar, Maleficent menghilang bersama asap hitam melilit tubuhnya. Lenyap.
Raja Stefan terbatuk keras, rasa sakit dilehernya ... sedikit lagi, sedikit lagi dia mati jikalau Jenderal Theodor tidak membidik Maleficent. Usianya yang baru menginjak 34 tahun terasa sudah seperti setengah abad, menua dalam sekejap mata karena pukulan keras yang diberikan berturut-turut. “Aurora ..., “ bisik Raja Stefan yang membuat Ratu Leah memeluknya, menangis terisak.
Setelah kejadian itu, seisi Kerajaan dirundung duka yang mendalam, meski atas bantuan Merryweather yang memberikan berkah terakhirnya agar Aurora tidak mati sesuai kutukan Maleficent tetapi hanya tertidur dan akan terbangun jika seseorang dengan cinta sejati datang menciumnya.
Hati Raja dan Ratu Stendert hancur tak bersisa, memerintahkan seluruh Kerajaan untuk membakar semua mesin roda pemintal dan merelakan putri mereka dibawa pergi oleh ketiga peri di kedalaman hutan gelap yang jauh dari istana demi keselamatannya.
______________________________
Yeay! project Re-Tale dari Keluarga Dille yang beranggotakan 9 orang ini akhirnya launching juga! Saya sangat bersemangat untuk menunjukkannya pada kalian! Untuk menikmati Retelling dari rekan saya yang lain, kalian bisa cek di part sebelumnya ya!
Siap-siap masuk ke dunia yang akan mematahkan ingatan kalian tentang dongeng-dongeng indah di masa kecil!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top